View Full Version
Rabu, 13 Sep 2023

Mesir Larang Niqab Di Sekolah, Bolehkan Jilbab 'Dengan Syarat'

KAIRO, MESIR (voa-islam.com) - Pemerintah Mesir telah melarang penggunaan niqab (cadar yang menutupi seluruh wajah) di sekolah-sekolah negeri dan swasta mulai tahun ajaran baru yang jatuh tempo pada tanggal 30 September, sebuah tindakan yang memicu kemarahan kelompok Muslim konservatif di negara Afrika Utara tersebut.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Senin (11/9/2023) dan dikutip oleh outlet berita lokal, Menteri Pendidikan Reda Hegazy mengatakan bahwa siswa perempuan memiliki hak “opsional” untuk menutupi rambut mereka dengan jilbab di sekolah atau tidak, tetapi tanpa menutupi wajah mereka.

Sedangkan Hegazy memperbolehkan hijab dengan syarat siswa tersebut tidak dipaksa untuk memakainya dan setelah mendapat persetujuan dari wali yang sah, biasanya ayah atau ibu, jika dia tidak hadir.

“Keputusan ini demi kesejahteraan pelajar Mesir, membatasi segala kemungkinan kecurangan, pencurian identitas, dan kemungkinan kejahatan lainnya,” klaim sumber kementerian pendidikan kepada The New Arab tanpa menyebut nama.

“Anda tidak bisa dengan mudah mengenali siapa pelajar yang menutup wajahnya. Dulu, kejanggalan yang dilakukan oleh mereka yang memakai cadar tidak bisa diketahui tepat waktu, seperti pelajar yang menggantikan siswa lain dalam ujian atau laki-laki yang menyamar sebagai perempuan bercadar di dalam ruangan. tempat khusus perempuan," sumber itu menambahkan.

Niqab telah lama dianjurkan oleh kelompok Muslim konservatif dan para syaikh Salafi, meskipun itu diketahui tidak menjadi aturan berpakaian wajib dalam Islam.

Beberapa ulama sering berargumentasi bahwa perempuan harus memperlihatkan wajah mereka saat shalat dan haji sesuai dengan ajaran Al-Qur'an, yang semakin membuktikan argumen mereka bahwa itu adalah pilihan.

Tata cara berpakaian wanita Mesir selalu menjadi bahan perdebatan di masyarakat Mesir selama beberapa dekade terakhir.

Pada tahun 2020, pengadilan Mesir memutuskan bahwa hal tersebut dilarang di kalangan staf akademik di Universitas Kairo.

Beberapa bulan kemudian, pada tahun yang sama, presenter TV yang kontroversial, Radwan El-Sherbini, memicu perdebatan sengit dengan mengatakan bahwa "wanita yang tidak mengenakan jilbab memiliki setan di dalam diri mereka".

Meskipun popularitasnya tersebar luas, investigasi BBC Arab tahun lalu mengungkapkan bahwa perempuan berhijab telah didiskriminasi di Mesir.

Penyelidikan mengungkapkan beberapa perusahaan kelas atas di Kairo, ibu kota Mesir, menolak masuknya perempuan berjilbab. Jilbab bahkan menghalangi sebagian perempuan dan keluarga untuk membeli properti di resor mewah.

Jilbab menjadi lebih umum di Mesir pada akhir tahun 1970an dan awal tahun 1980an ketika banyak orang Mesir bermigrasi ke negara-negara Teluk – terutama Arab Saudi – untuk mencari pekerjaan, dan beberapa diantaranya dipengaruhi oleh doktrin Wahabi. (ANT)


latestnews

View Full Version