AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Human Rights Watch telah memperingatkan bahwa Israel menggunakan fosfor putih “secara tidak sah” di Jalur Gaza dan Libanon, dengan alasan risiko yang ditimbulkannya terhadap warga sipil.
Kelompok hak asasi manusia itu mengatakan mereka telah memverifikasi rekaman yang diambil di kedua wilayah selama seminggu terakhir yang menunjukkan beberapa ledakan fosfor putih yang ditembakkan artileri di pelabuhan Kota Gaza, serta dua lokasi pedesaan di sepanjang perbatasan Israel-Libanon.
“Setiap kali fosfor putih digunakan di kawasan sipil yang ramai, hal itu menimbulkan risiko tinggi luka bakar yang menyiksa dan penderitaan seumur hidup,” kata Lama Fakih, direktur Human Rights Watch untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, dalam sebuah pernyataan.
Israel telah membom Jalur Gaza yang padat penduduknya setelah pejuang Palestina, yang dipimpin oleh Hamas, melancarkan serangan mendadak terhadap Israel mulai Sabtu, menewaskan sedikitnya 1.300 warga Israel dan menyandera ratusan warga Israel. Pemboman Israel terhadap Gaza sebagai balasannya telah menewaskan sedikitnya 1.500 warga Palestina, setengahnya adalah perempuan dan anak-anak.
“Fosfor putih tidak pandang bulu jika meledak di udara di wilayah perkotaan yang berpenduduk padat, karena dapat membakar rumah-rumah dan menyebabkan kerugian besar bagi warga sipil,” kata Fakih.
Human Rights Watch menyatakan mereka telah memverifikasi video yang diambil di Libanon dan Gaza pada 10 dan 11 Oktober 2023.
Fosfor putih adalah bahan kimia pembakar yang menyala ketika bersentuhan dengan udara dan dapat menyebabkan luka bakar parah pada orang atau bangunan yang bersentuhan dengannya.
“Jika bersentuhan, fosfor putih dapat membakar manusia, secara termal dan kimia, hingga ke tulang karena sangat larut dalam lemak dan juga dalam daging manusia. Fragmen fosfor putih dapat memperburuk luka bahkan setelah perawatan dan dapat memasuki aliran darah dan menyebabkan kegagalan banyak organ," menurut Human Rights Watch.
Angkatan udara Israel mengatakan pada Kamis (13/10/2023) sore bahwa mereka telah menjatuhkan 6.000 bom di Gaza sejak Sabtu dan menghantam 3.600 sasaran.
Pagi yang paling mematikan
Serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 250 orang pada Kamis pagi saja, termasuk 44 anggota keluarga yang sama di Jabalia.
Pembantaian hari Kamis terjadi di dua wilayah, Jabalia, sekitar empat kilometer utara Kota Gaza, dan kamp al-Shati, di pantai timur Mediterania. Jumlah korban tewas diperkirakan akan bertambah karena sejumlah jenazah masih terjebak di bawah reruntuhan dan tidak ada sarana untuk mengevakuasinya.
Kamp Al-Shati, yang dibangun di atas lahan seluas hanya 0,52 kilometer persegi, merupakan salah satu kawasan terpadat di dunia. Banyak keluarga di Gaza telah melarikan diri dari kampanye pemboman Israel yang tiada henti ke kamp tersebut, yang sudah memiliki populasi 90.713 orang.
Warga yang dihubungi Middle East Eye mengatakan mereka belum menerima pemberitahuan dari tentara Israel untuk mengevakuasi daerah tersebut sebelum serangan terjadi. Beberapa ahli telah menyatakan bahwa meskipun pemberitahuan diberikan kepada penduduk, hal tersebut tidak menjadikan pengeboman tersebut sah berdasarkan hukum internasional, terutama jika sasarannya adalah kawasan perumahan atau bangunan.
Para saksi mengatakan kepada Middle East Eye bahwa setidaknya 10 gedung bertingkat rata dengan tanah dalam serangan terhadap al-Shati. (MEE)