TEPI BARAT, PALESTINA (voa-islam.com) - Pasukan pendudukan Zionis Israel menangkap 3.390 warga Palestina termasuk anak-anak di seluruh Tepi Barat yang diduduki sejak 7 Oktober. 260 orang ditangkap selama jeda sementara, menurut organisasi non-pemerintah (LSM) setempat pada hari Kamis (30/11/2023).
Penangkapan tersebut terjadi selama penggerebekan rumah dan di pos pemeriksaan militer, yang melibatkan warga Palestina yang menyerah di bawah tekanan atau disandera, sebagaimana dinyatakan dalam pernyataan bersama oleh Klub Tahanan Palestina dan Komisi Urusan Tahanan dan Mantan Tahanan, kantor berita Anadolu melaporkan .
Pada hari Kamis saja, tercatat ada tiga puluh penangkapan, dengan jumlah total penangkapan dari Rabu hingga Kamis malam mencapai 40 orang, demikian laporan LSM tersebut.
Belum lagi penggerebekan yang rutin dilakukan pasukan pendudukan Zionis Israel di Tepi Barat, menindak dan menahan lebih banyak lagi warga Palestina secara tidak sah, dan sering melakukan kampanye penangkapan massal. Sebagian besar dari mereka tampaknya ditahan dalam penahanan administratif, sejenis penahanan tanpa tuduhan atau pengadilan yang dapat diperpanjang oleh pihak berwenang tanpa batas waktu, yang tentu saja melanggar hukum internasional.
Selama kampanye penangkapan, pasukan Zionis Israel terlibat dalam tindakan penyiksaan, pemukulan brutal, dan ancaman terhadap tahanan dan keluarga mereka. Selain itu, terdapat banyak insiden vandalisme dan perusakan di rumah-rumah warga Palestina, seperti yang dilaporkan oleh LSM-LSM tersebut.
Ketika genosida Zionis Israel di Gaza sedang berlangsung, mungkin tampak tidak tepat untuk mengalihkan fokus ke kekerasan yang relatif lebih kecil namun meresahkan yang dilakukan pemukim ilegal Yahudi dan terorisme IOF di Tepi Barat yang diduduki. Namun, adalah suatu kesalahan jika kita meremehkan bahaya yang ditimbulkan oleh meningkatnya kekerasan terhadap warga Palestina di Tepi Barat baru-baru ini.
Hal ini sepertinya merupakan perhitungan strategis yang dilakukan “Israel” untuk memperluas pemukiman ilegalnya dan mencuri lebih banyak tanah Palestina. Laporan menunjukkan peningkatan signifikan dalam jumlah warga Palestina yang terpaksa mengungsi atau dibunuh sejak 7 Oktober. Pihak pendudukan tampaknya menyadari sepenuhnya bahwa pengalihan perhatian global dan Israel dari Tepi Barat memberikan kedok bagi lebih banyak perampasan tanah di wilayah tersebut.
Awal bulan ini, 150 warga Khirbet Zanuta kembali terpaksa mengungsi. Pada saat itu, pemukim ilegal Yahudi bersenjata, beberapa di antaranya mengenakan seragam tentara cadangan dan lainnya menyembunyikan identitas mereka, mulai masuk ke rumah mereka pada malam hari, menyerang orang dewasa, merusak dan menjarah harta benda, serta membuat anak-anak mereka trauma.
Perlu dicatat bahwa data PBB akhir-akhir ini menunjukkan bahwa minimal 247 warga Palestina, termasuk anak-anak, telah dibunuh di Tepi Barat oleh pasukan pendudukan Israel sejak 7 Oktober.
Sementara itu, di Gaza, “Israel” telah membunuh sedikitnya 15.000 orang, termasuk lebih dari 6.150 anak-anak dan lebih dari 4.000 wanita, menurut Kantor Media Pemerintah di Gaza. Pada akhir gencatan senjata, genosida terhadap warga Palestina kembali terjadi, yang mengakibatkan terbunuhnya sedikitnya 37 warga Palestina dalam waktu tiga jam. (MYD)