AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - CEO McDonald’s Chris Kempczinski pada hari Kamis (4/1/2024) mengatakan bahwa beberapa pasar, termasuk jaringan makanan cepat saji, di Timur Tengah dan di seluruh dunia telah terkena dampak seruan boikot untuk mendukung Gaza.
Kampanye boikot telah menghantam beberapa merek Barat, seperti Starbucks dan KFC, yang dilaporkan memiliki sikap pro-Israel atau diduga memiliki hubungan keuangan dengan Israel dan melakukan investasi di sana.
Sejak tanggal 7 Oktober, setelah serangan udara dan invasi darat Zionis Israel yang tiada henti di Jalur Gaza menyusul serangan lintas batas Hamas, seruan boikot telah beredar luas di media sosial. Aktivis pro-Palestina meminta masyarakat untuk membeli produk alternatif lokal.
McDonald's, khususnya, menerima dampak terparah setelah cabang McDonald's di Israel mengunggah di akun media sosialnya bahwa mereka memberikan ribuan makanan gratis kepada personel tentara Zionis Israel kurang dari dua minggu setelah perang dimulai.
“Saya menyadari bahwa beberapa pasar di Timur Tengah dan beberapa pasar di luar kawasan mengalami dampak bisnis yang berarti akibat perang dan misinformasi terkait yang memengaruhi merek seperti McDonald’s,” kata CEO tersebut dalam postingan di LinkedIn.
“Ini mengecewakan dan tidak berdasar. Di setiap negara tempat kami beroperasi, termasuk negara-negara Muslim, McDonald’s dengan bangga diwakili oleh pemilik-operator lokal yang bekerja tanpa kenal lelah untuk melayani dan mendukung komunitas mereka sambil mempekerjakan ribuan warganya,” tambahnya.
Timur Tengah bereaksi
Setelah postingan tersebut, waralaba McDonald’s di Uni Emirat Arab, Kuwait, Yordania, Mesir, Oman, Arab Saudi, dan Libanon mengeluarkan pernyataan yang menyangkal hubungan mereka dengan waralaba Israel, dan beberapa diantaranya menjanjikan sumbangan ke Gaza.
“Sehubungan dengan pemberitaan bahwa McDonald’s di Israel menyumbangkan makanan. Kami menegaskan bahwa ini adalah keputusan individu mereka,” kata waralaba McDonald’s di Arab Saudi dalam sebuah pernyataan.
“Baik McDonald’s global, kami, maupun negara lain tidak memiliki peran atau hubungan dengan keputusan tersebut, baik secara langsung maupun tidak langsung.”
Bagi Shahed Helmy, warga Kuwait, pernyataan CEO tersebut menjadi bukti bahwa boikot bisa berdampak dan menjadi motivasi untuk terus meningkatkan kesadaran akan perang Israel di Gaza.
“Saat ini, masyarakat berada pada titik di mana mereka telah menyaksikan kekejaman yang sangat besar di Gaza dan hal ini tidak dapat dimaafkan. Mereka akan mengingat apakah Anda mendukung genosida atau tidak. Jika Anda mendukung genosida, mereka akan memastikan Anda tidak melupakannya, dan itulah tujuan saya,” katanya kepada Al Arabiya English.
“Satu-satunya cara untuk menyampaikan pesan kami adalah dengan menyampaikan bahasa mereka, yaitu melalui uang, dan kami memastikan bahwa mereka akan kehilangan banyak uang. Satu-satunya cara agar mereka dapat mengubah cara hidup mereka adalah jika keadaan terus memburuk. Keberadaan mereka sepenuhnya bergantung pada dukungan kita,” imbuhnya.
Bagi Jawaher Abdulrahman, warga negara Saudi, keputusan untuk memboikot jaringan burger tersebut adalah keputusan yang mudah diambil.
“Kami akan memboikot karena warga Palestina kelaparan oleh Israel dan McDonald’s mengirimkan makanan gratis kepada [tentara Israel]. Pasar lokal bisa melakukan apa yang dilakukan Rusia ketika segala sesuatunya ditarik dari mereka. Mereka bisa mengubah citranya dan semua orang akan mendukung mereka,” katanya kepada Al Arabiya English.
“Merek-merek ini secara terbuka mendukung Israel, jadi kami akan terus melakukannya kecuali mereka tiba-tiba memutuskan untuk memutuskan hubungan dengan Israel.” (Aby)