View Full Version
Senin, 08 Jan 2024

Pelapor PBB Kritik ICC Lambat Adili Mereka Yang Bertanggung Jawab Atas Kejahatan Perang Di Gaza

AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Pelapor khusus PBB untuk Palestina, Francesca Albanese, dan pelapor khusus PBB tentang hak atas perumahan yang layak Balakrishnan Rajagopal pada hari Ahad (7/1/2024) mengkritik Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) karena lambat dalam mengadili mereka yang bertanggung jawab atas kejahatan perang yang dilakukan oleh Israel di Gaza.

Albanese mengutip postingan di X dari pejabat Save The Children yang mengatakan “rata-rata lebih dari 10 anak per hari kehilangan satu atau kedua kaki mereka di Gaza sejak konflik meletus tiga bulan lalu.”

“Uji coba juga akan diperlukan. Penjahat yang merencanakan, memerintahkan dan melaksanakan kejahatan semacam itu harus diadili,” katanya.

“Pengadilan nasional dengan yurisdiksi atas kejahatan perang, CAH (kejahatan terhadap kemanusiaan) dan genosida harus diaktifkan, karena ICC terbukti lambat dan tidak efektif dalam menangani situasi Palestina,” tambahnya.

Rajagopal juga membagikan postingan di X untuk mendukung seruan Albanese, dengan mengatakan: “Ya, kami memerlukan tindakan sekarang. Hari ini. ICC terbukti terlalu lambat.”

Pelapor PBB dan organisasi hak asasi manusia menyebut serangan Zionis Israel baru-baru ini yang menargetkan warga sipil di Gaza dan tindakan hukuman kolektif sebagai “genosida.”

Kegagalan Jaksa ICC Karim Khan untuk mengambil tindakan pencegahan seperti mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap mereka yang bertanggung jawab, termasuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, telah banyak dikritik oleh para pejabat.

Zionis Israel telah melancarkan serangan udara dan darat ke Gaza menyusul serangan lintas batas oleh kelompok perlawanan Palestina Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, menewaskan sedikitnya 22.835 warga Palestina dan melukai lebih dari 58.400 lainnya.

Hampir 1.200 warga Israel diyakini tewas dalam serangan Hamas.

Serangan gencar Israel telah menyebabkan kehancuran di Gaza, dengan 60% infrastruktur di daerah kantong tersebut rusak atau hancur, dan hampir 2 juta penduduk mengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan. (AA)


latestnews

View Full Version