View Full Version
Jum'at, 31 May 2024

40% Pemukim Ilegal Yahudi Israel Di Utara Tdak Akan Kembali Lagi Meskipun Perang Berakhir

TEL AVIV, ISRAEL (voa-islam.com) - Sebuah studi baru yang dilakukan oleh Tel Hai Academic College di “Israel” mengungkapkan bahwa sekitar 40% pengungsi dari pemukiman di wilayah pendudukan utara Palestina mempertimbangkan untuk tidak kembali bahkan setelah perang berakhir.

Sejak 8 Oktober, gerakan Perlawanan Libanon - Syi'ah Hizbulata telah menembakkan ribuan roket, rudal anti-tank, dan drone dari Lebanon menuju pemukiman dan pos-pos militer di Upper al-Jalil dan Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki.

Serangan harian ini telah menyebabkan kerusakan parah pada unit perumahan, bangunan, dan infrastruktur, sehingga sangat mengganggu keamanan banyak pemukim ilegal Yahudi. Sebagai tanggapan, pemerintah Israel mengevakuasi sejumlah pemukim tak lama setelah perang di Gaza dimulai, dan merelokasi sementara mereka ke hotel selama lebih dari tujuh bulan.

Ayala Cohen, kepala Pusat Pengetahuan perguruan tinggi yang melakukan jajak pendapat tersebut, mengatakan, “Penduduk di wilayah utara harus menghadapi banyak kesulitan karena tinggal di hotel dalam waktu lama. Mereka menghadapi ketidakpastian yang besar dari sudut pandang keamanan, politik, ekonomi, dan sosial.”

Para pemukim enggan kembali setelah perang

Dua ribu pemukim ilegal Yahudi dari wilayah al-Jalil, termasuk mereka yang dievakuasi oleh pemerintah dan mereka yang keluar secara mandiri, disurvei untuk mengetahui apakah mereka berniat kembali ke komunitas pemukim setelah perang berakhir dan keadaan kembali normal.

Empat puluh persen pemukim ilegal Yahudi yang dievakuasi oleh negara mengindikasikan bahwa mereka mempertimbangkan untuk tidak kembali ke pemukiman mereka, sementara hanya 60 persen yang mengatakan mereka akan kembali.

Di antara mereka yang meninggalkan pemukiman secara mandiri, 38 persen mempertimbangkan untuk tidak kembali, dan hanya 62 persen yang berencana untuk kembali.

Sembilan puluh persen pemukim yang tidak mengungsi berencana untuk terus tinggal di wilayah mereka setelah perang, namun 10 persen berencana untuk pindah bahkan setelah situasi kembali normal.

Perang dengan Hizbulata hancurkan perekonomian Israel Utara

Jajak pendapat di Tel Hai juga menyoroti kerusakan ekonomi signifikan yang ditimbulkan oleh operasi Hizbullah di permukiman Israel utara.

Studi tersebut menunjukkan bahwa 73 persen pekerja mandiri dan 39 persen pekerja melaporkan bahwa situasi ekonomi mereka memburuk sejak sebelum tanggal 7 Oktober. Selain itu, 47 persen pekerja mandiri mengalami penurunan pendapatan sebesar 50 persen.

Lebih jauh lagi, penelitian ini mengungkapkan bahwa sekitar sepertiga dari pekerja mandiri dan sekitar seperlima pekerja sedang mempertimbangkan untuk merelokasi aktivitas mereka secara permanen dari wilayah Utara.

“Temuan survei ini sulit dan mengkhawatirkan,” tegas Dr. Cohen.

“Mereka sudah delapan bulan tidak berada di lingkungan alaminya. Bahkan warga di utara yang tidak dievakuasi menjadi saksi situasi sulit dan ketidakpastian. Seiring berjalannya waktu, situasi keamanan di Galilea semakin memburuk, begitu pula dengan situasi warganya. Negara harus segera membentuk pemerintahan yang akan mengurus penduduk wilayah utara, menanggapi kebutuhan mereka, dan menciptakan cakrawala yang jelas untuk masa depan mereka.” (MYD/Ab)


latestnews

View Full Version