ANTALYA, TURKI (voa-islam.com) - Pekerja bandara Turki dilaporkan menolak mengisi bahan bakar pesawat penumpang Israel yang melakukan pendaratan darurat di negara tersebut, sebagai cara untuk menyampaikan protes mereka terhadap perang genosida rezim di Jalur Gaza.
Pesawat tersebut, yang berangkat dari ibu kota Polandia, Warsawa dalam perjalanan ke Tel Aviv, mendarat di Antalya di barat daya Turki pada hari Ahad (30/6/2024), diduga untuk mendapatkan perawatan medis bagi seorang penumpang yang tidak sehat, The Times of Israel melaporkan.
Namun, pesawat tersebut terpaksa berangkat ke Rhodes di Yunani untuk mengisi bahan bakar setelah staf bandara Turki menolak memberikan layanan mereka.
Pesawat tersebut kemudian lepas landas ke Yunani, di mana “pesawat tersebut akan mengisi bahan bakar sebelum lepas landas ke Israel,” kata maskapai penerbangan El Al milik rezim Israel.
Sementara itu, sumber diplomatik Turki memberikan narasi berbeda.
“Bahan bakar akan disediakan ke pesawat karena pertimbangan kemanusiaan, namun karena prosedur terkait akan segera diselesaikan, kapten memutuskan untuk pergi atas kemauannya sendiri,” kata sumber tersebut.
Turki berusaha menampilkan dirinya sebagai lawan perang Israel yang telah menewaskan lebih dari 37.800 warga Palestina, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak, dan menyebabkan hampir 87.000 lainnya terluka.
Pada awal Mei, negara tersebut mengatakan pihaknya menangguhkan ekspornya ke wilayah-wilayah pendudukan selama rezim tersebut masih melakukan pengepungan yang melumpuhkan yang telah mereka lakukan terhadap Gaza bersamaan dengan serangan militer brutal.
Namun, laporan menunjukkan bahwa Turki terus berfungsi sebagai sumber utama bahan pokok bagi rezim tersebut dengan mengabaikan larangan mereka sendiri dalam memasok komoditas ke entitas pendudukan.
Bulan lalu, sejumlah laporan mengatakan sejak diberlakukannya larangan oleh Ankara, “barang-barang Turki telah dialihkan melalui Yunani dan negara-negara terdekat lainnya” untuk mencapai wilayah-wilayah pendudukan.
“Pihak berwenang Israel bahkan tidak meminta perusahaan-perusahaan Turki untuk mengubah surat keterangan asal mereka untuk mengekspor kembali barang-barang tersebut melalui Yunani karena hal itu akan semakin meningkatkan biaya, jadi itu adalah produk-produk Turki,” demikian pernyataan seorang pengusaha Turki yang dikutip.
Pemerintahan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menderita kekalahan “signifikan” dalam pemilu pada bulan Maret.
Kerugian tersebut terutama disebabkan oleh ketidakpuasan para pendukung pemerintah yang marah terhadap kebijakan pemerintah terhadap rezim Israel atas perang Israel di Gaza. (ptv/Ab)