GAZA, PALESTINA (voa-islam.com) - Selama lima tahun, Wasim Abu Shaban bertugas sebagai pengawal pribadi Ismail Haniyeh, kepala biro politik kelompok perlawanan Palestina Hamas.
Ia tetap berada di sisi Haniyeh, membayanginya dari dekat hingga kehidupan mereka berakhir dalam operasi pembunuhan di Teheran pada Rabu (31/7/2024) pagi.
Hamas berduka atas meninggalnya Abu Shaban, 36 tahun, yang dikenal dengan nama samaran "Abu Anas," yang mengabdikan hidupnya untuk bertempur dan memimpin sayap militer Hamas, Brigade Izzuddine Al-Qassam. Ia juga memberikan keamanan bagi pejabat tinggi Hamas.
Siapakah Wasim Abu Shaban?
Lahir pada tahun 1988 di lingkungan Tal al-Hawa di Kota Gaza, Abu Shaban lulus dari Fakultas Syariah dan Hukum di Universitas Islam Gaza. Ia menikah dan memiliki dua putra dan dua putri.
Dikenal karena hubungannya yang erat dengan masjid dan bacaan Al-Quran yang rutin, ia sangat dihormati karena reputasinya yang baik dan perilaku etisnya di antara teman dan keluarga.
Di awal kariernya, ia bertugas sebagai pengawal pribadi Saeed Seyam, Menteri Dalam Negeri di pemerintahan pertama Hamas. Seyam dibunuh oleh serangan udara Israel di Gaza pada tahun 2009.
Anggota pasukan elit Al-Qassam
Sebagai anggota Brigade Al-Qassam, Abu Shaban menjabat sebagai wakil komandan unit di wilayahnya, Tal al-Hawa. Sebelum ditugaskan bersama Haniyeh pada tahun 2019, ia memimpin sebuah faksi dalam pasukan elit tersebut.
Selama perang Israel di Gaza tahun 2014, ia berpartisipasi dalam operasi syahid yang menargetkan lokasi militer Israel di Nahal Oz, sebelah timur lingkungan Shujaiya di Kota Gaza.
Pada bulan Juli tahun itu, sembilan pejuang Al-Qassam melakukan serangan berani di belakang garis musuh, menyerang menara militer yang dijaga ketat milik batalion Nahal Oz. Mereka menghabisi semua personel Israel di dalamnya, termasuk 10 tentara Zionis.
Ismail Haniyeh dan Abu Shaban menjadi korban serangan udara Israel di kediaman Haniyeh di Teheran. Serangan itu terjadi sehari setelah Haniyeh menghadiri upacara pelantikan presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian.
Meskipun Israel belum mengomentari insiden itu, Hamas dan Iran telah bersumpah akan memberikan konsekuensi berat atas pembunuhan itu.
Brigade Al-Qassam berjanji akan melakukan pembalasan, menyebut peristiwa itu sebagai titik balik yang signifikan dengan implikasi yang luas bagi kawasan tersebut. (AA/Ab)