View Full Version
Selasa, 20 Aug 2024

Pembangunan Kembali Gaza Diperkirakan Telan Biaya Lebih Dari 1.230 Trilyun

AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Biaya pembangunan kembali Gaza setelah serangan brutal Zionis Israel di daerah kantong itu bisa mencapai $80 miliar (-+Rp 1,234,4 trilyun), menurut para ahli.

Ekonom RAND Daniel Egel mengatakan kepada Bloomberg bahwa rekonstruksi dapat mencapai jumlah tersebut jika memperhitungkan biaya tersembunyi, termasuk biaya pasar tenaga kerja yang telah terdampak oleh kematian, cedera, dan trauma.

Menurut Bank Dunia, dari sekitar Oktober 2023 hingga Januari 2024, estimasi biaya rekonstruksi mencapai $13,3 miliar untuk perumahan, $553,5 juta untuk kesehatan, dan $502,7 juta untuk air dan sanitasi, jauh lebih besar dari statistik serangan Israel tahun 2014 terhadap daerah kantong tersebut.

Estimasi ini tidak memperhitungkan invasi Israel ke Rafah yang dimulai pada bulan Mei, maupun kerusakan yang terjadi di bagian lain daerah kantong tersebut sejak Januari.

Rekonstruksi skala besar pertama-tama menuntut pemindahan 42 juta ton puing yang tertinggal setelah pemboman Israel yang tiada henti terhadap daerah kantong tersebut.

Kota Gaza, daerah perkotaan terbesar dan paling rusak, menyumbang 15,4 juta ton, sementara Deir el-Balah, daerah perkotaan dengan kerusakan paling ringan menyumbang 2,4 juta ton.

Biaya untuk itu sendiri diperkirakan mencapai $700 juta, meskipun jika wilayah tersebut dapat mendaur ulang sekitar setengah dari puing-puing, maka dapat menghemat sekitar $143 juta dari biaya dan memulihkan sepertiga dari biaya pembersihan, menurut penilaian.

Menurut perkiraan PBB, itu juga akan cukup untuk membangun kembali jaringan jalan Gaza, yang telah rusak parah akibat serangan Israel.

Membersihkan puing-puing, menemukan jenazah

PBB telah mengusulkan rencana empat tahap untuk menangani puing-puing yang meliputi tahap persiapan, pembersihan awal, pembersihan, dan pembuangan akhir. Tantangan yang diperkirakan akan muncul termasuk pembuangan bom dan bahaya seperti asbes, serta menemukan jenazah.

Upaya pembersihan puing-puing dan pembangunan kembali seperti itu kemungkinan akan menyebabkan pengungsian lebih lanjut di daerah kantong yang telah mengalami kehancuran hampir total, menurut Mark Jarzombek, seorang profesor sejarah arsitektur di Institut Teknologi Massachusetts.

Jarzombek mengatakan kepada Bloomberg bahwa lokasi konstruksi harus dibersihkan dari orang-orang, yang, ditambah dengan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk membangun kembali daerah kantong itu, akan membuat warga Palestina di Gaza harus berhadapan dengan upaya ini selama beberapa generasi mendatang.

PBB memperkirakan bahwa dibutuhkan waktu hingga 15 tahun untuk membersihkan puing-puing yang berserakan di Jalur Gaza.

Namun, resolusi politik dan akhir perang untuk memungkinkan dimulainya upaya rekonstruksi belum disepakati.

Israel dan Hamas belum menyetujui rencana gencatan senjata, dengan Palestina menuduh Israel menggunakan perundingan sebagai kedok untuk memperpanjang serangan mereka.

Israel juga menolak untuk menyetujui solusi politik untuk daerah kantong itu, dengan mengatakan bahwa mereka tidak akan mengizinkan Otoritas Palestina untuk mengendalikan wilayah itu setelah perang berakhir.

Otoritas Palestina, bersama PBB, adalah badan utama yang merencanakan upaya rekonstruksi untuk jalur itu, seperti yang telah dilakukannya pada putaran perang sebelumnya.

Perang Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 40.139 orang, melukai 92.743 orang lainnya, dan merusak atau menghancurkan sebagian besar infrastruktur penting wilayah kantong tersebut. (ANT/Ab)


latestnews

View Full Version