GAZA, PALESTINA (voa-islam.com) - Gerakan perlawanan Palestina, Hamas, menegaskan bahwa rezim Israel tidak mampu menghadapi perlawanan di Jalur Gaza dan “telah gagal untuk mematahkannya.”
Osama Hamdan, perwakilan senior kelompok yang berbasis di Gaza di Lebanon, menyampaikan pernyataan tersebut kepada jaringan televisi Al Jazeera Qatar pada hari Sabtu (12/10/2024).
Mengomentari kegagalan rezim dalam menghadapi perlawanan, ia berkata, “Pendudukan tidak menghadapi perlawanan, namun mencoba membunuh rakyat [sipil]. Pendudukan membunuh warga sipil dengan dalih menghadapi perlawanan.”
Pertahanan Sipil Palestina di Jalur Gaza mengatakan sedikitnya 30 orang tewas akibat serangan Israel di kota Jabalia di Jalur Gaza utara dan kamp pengungsinya pada hari Jumat.
Rezim melancarkan perang genosida di Gaza pada Oktober lalu dengan tujuan “menghancurkan” kelompok perlawanan di wilayah tersebut. Serangan militer sejauh ini masih belum mencapai tujuan yang diharapkan, meskipun telah menewaskan lebih dari 42.100 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak.
Pejabat Hamas itu juga mengomentari gagasan rezim tersebut mengenai “hari setelah perang,” yang mana menurut laporan mereka berencana untuk menyerahkan pemerintahan wilayah tersebut kepada “badan-badan Palestina” yang tidak disebutkan namanya, sementara rezim tersebut diberi kendali keamanan atas sebagian wilayah pesisir. .
“'Sehari setelah perang' adalah istilah Israel yang bertujuan untuk menyesatkan dan membentuk pemerintahan yang berada di bawahnya. Kami berupaya membentuk pemerintahan transisi dari pemerintah persatuan nasional atau komite untuk menangani situasi ini,” kata Hamdan.
Menekankan kembali bahwa kebrutalan Israel tidak akan membawa hasil bagi rezim tersebut, ia menyatakan, “Solusinya terletak pada rakyat Palestina mendapatkan kembali hak-hak mereka dan mendirikan negara mereka.”
Di bagian lain dalam sambutannya, ia merefleksikan rezim rezim yang semakin fokus pada wilayah yang terletak di utara Gaza, termasuk kamp pengungsi Jabalia yang telah mengalami eskalasi dan pengepungan brutal.
“Apa yang terjadi di Jalur Gaza utara adalah operasi genosida. Musuh telah mencegah pasokan makanan memasuki wilayah utara selama 10 hari,” katanya.
“Keputusan musuh adalah mengepung Jabalia dalam waktu lama hingga menguras tenaga masyarakat karena kelaparan dan kehausan. “Apa yang terjadi di kamp Jabalia adalah kejahatan terhadap kemanusiaan.” (ptv)