KUWAIT (voa-islam.com) - Pihak berwenang Kuwait telah memblokir perilisan Call of Duty: Black Ops 6 beberapa hari sebelum peluncuran globalnya pada 25 Oktober. Game yang berlatar Perang Teluk 1990 ini menyentuh bab sensitif dalam sejarah Kuwait, saat negara itu diserbu Irak di bawah Saddam Hussein.
Activision, pengembang game tersebut, mengonfirmasi pelarangan tersebut, dengan menyatakan: “Call of Duty: Black Ops 6 belum disetujui untuk dirilis di Kuwait. Saat ini, judul tersebut tidak akan tersedia untuk dirilis di wilayah tersebut. Akibatnya, semua prapemesanan di Kuwait akan dibatalkan dan dikembalikan ke titik pembelian awal. Kami tetap berharap bahwa otoritas setempat akan mempertimbangkan kembali dan mengizinkan pemain di Kuwait untuk menikmati pengalaman baru dalam seri Black Ops ini.”
Meskipun pemerintah Kuwait belum secara resmi menjelaskan keputusan tersebut, latar permainan yang kontroversial di tengah Perang Teluk diyakini menjadi penyebabnya. Materi promosi menampilkan tokoh-tokoh penting dari era tersebut, termasuk Bill Clinton, Margaret Thatcher, dan Saddam Hussein, yang kemungkinan berkontribusi terhadap pelarangan tersebut.
Ini bukan pertama kalinya waralaba Call of Duty menghadapi pelarangan regional. Entri sebelumnya juga telah disensor karena penggambaran konflik dunia nyata yang kontroversial, seperti Modern Warfare di Rusia dan Black Ops Cold War di Tiongkok.
Pada tahun 2021, Activision meminta maaf setelah mendapat kecaman atas sebuah adegan di Call of Duty: Vanguard yang dianggap Islamofobia. Adegan yang menyinggung tersebut menggambarkan halaman-halaman Al-Qur'an berserakan di lantai, beberapa berlumuran darah. Perusahaan yang berbasis di AS tersebut mengeluarkan permintaan maaf dan menghapus konten tersebut. (MeMo/Ab)