KAIRO, MESIR (voa-islam.com) - Israel dilaporkan tengah melakukan kontak langsung dengan para pejabat tinggi diplomatik dan intelijen Mesir, tak lama setelah pembunuhan pemimpin Hamas Palestina Yahya Sinwar awal minggu lalu, untuk menghidupkan kembali perundingan damai dan mengamankan pembebasan tawanan Israel yang ditahan Hamas.
"Israel juga telah meminta dukungan AS dan Qatar dalam upaya mediasi. Namun, Doha memiliki keraguan tentang Tel Aviv dan [Perdana Menteri Israel Benjamin] Netanyahu yang tampaknya tidak memiliki keinginan tulus untuk mencapai kesepakatan yang memuaskan semua pihak yang terlibat sebelum presiden AS yang baru terpilih," kata seorang pejabat senior intelijen Mesir kepada The New Arab.
"Di sisi lain, pejabat Mesir dan AS memiliki pandangan yang sama: Mengejar cara untuk mengakhiri perang, terutama mengingat kerugian besar di kedua belah pihak, Israel dan Palestina, [dan] meluas hingga ke Libanon," kata pejabat itu kepada TNA dengan syarat anonim karena tidak diberi wewenang untuk berbicara kepada media.
"Sementara itu, para pemimpin Hamas menyambut baik kemungkinan mencapai gencatan senjata tetapi tetap tidak mau membuat konsesi atau mematuhi ketentuan Israel secara penuh," tambah sumber tersebut.
Selama kunjungannya ke Israel pada hari Selasa (22/10/2024), Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mendesak Netanyahu untuk memanfaatkan pembunuhan Sinwar untuk bekerja menuju gencatan senjata Gaza, mendesak lebih banyak bantuan ke Jalur Gaza yang terkepung. Kunjungan Blinken ke Israel adalah yang kesebelas ke Timur Tengah sejak perang pertama kali meletus pada 7 Oktober tahun lalu.
Kedekatan Mesir dan hubungan historisnya dengan Gaza, serta hubungannya dengan Israel, menjadikan peran Kairo penting untuk mengakhiri perang Israel.
Meskipun Israel melakukan perang genosida di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 42.000 warga Palestina, rezim Sisi memperlakukan Israel sebagai negara sahabat dengan hubungan yang kuat di beberapa bidang, khususnya ekonomi dan keamanan. Sementara itu, sebagian besar masyarakat Mesir menentang normalisasi dengan Israel.
Namun demikian, ketegangan antara Kairo dan Tel Aviv meningkat selama beberapa bulan terakhir setelah Israel menyerbu Koridor Philadelphia, juga menguasai sisi Gaza dari penyeberangan Rafah di Sinai Utara, satu-satunya pintu keluar bagi penduduk Palestina di Gaza ke dunia luar.
Dengan menguasai koridor dan penyeberangan tersebut, Israel melanggar perjanjian damai selama puluhan tahun dengan Mesir. Koridor Philadelphia adalah jalur tanah sempit sepanjang 14 kilometer yang menutupi seluruh perbatasan antara Mesir dan Gaza.
Sebelum invasi Israel ke Gaza Oktober lalu, Mesir berpatroli di sisi koridornya dan otoritas Palestina mengelola sisi Gaza sesuai dengan ketentuan Perjanjian Camp David. (TNA)