GAZA, PALESTINA (voa-islam.com) - Direktur jenderal Kementerian Kesehatan di Gaza menggambarkan situasi di wilayah utara jalur tersebut sebagai “neraka” yang telah berada di bawah serangan darat dan pengepungan Israel selama “100 hari”.
“Situasinya benar-benar seperti neraka,” kata Munir al-Barsh pada hari Ahad (12/1/2025), merujuk pada serangan harian Israel dan larangan rezim tersebut atas pengiriman makanan kepada staf medis yang terjebak di rumah sakit di wilayah utara.
Ia menambahkan bahwa “rumah sakit di Gaza utara telah berubah menjadi kuburan massal.”
Al-Barsh mencatat bahwa serangan dan penghancuran rumah sakit dan infrastruktur serta tanda-tanda kehidupan di utara ditujukan untuk mengosongkan wilayah tersebut dari penduduknya.
“Pendudukan Israel telah dengan sengaja menghancurkan sistem kesehatan sejak saat pertama,” katanya, seraya menambahkan bahwa “penghancuran rumah sakit adalah bukti terbesar genosida [Israel].”
Menurut pernyataannya, 5.000 orang telah tewas atau hilang, sementara 9.500 lainnya telah terluka sejak dimulainya serangan Israel di utara Gaza pada awal Oktober 2024. Pasukan rezim juga telah menculik sekitar 2.300 orang, termasuk 65 staf medis, selama serangan yang sedang berlangsung.
Al-Barsh mengecam kebungkaman "memalukan" dari komunitas internasional atas kekejaman Israel, yang katanya, telah "memperdalam penderitaan warga sipil yang tidak bersalah."
Israel melancarkan perang genosida di Gaza pada 7 Oktober 2023 setelah gerakan perlawanan Palestina Hamas melancarkan Operasi Badai Al-Aqsa yang mengejutkan terhadap entitas pendudukan tersebut sebagai tanggapan atas kampanye pertumpahan darah dan penghancuran yang telah berlangsung selama puluhan tahun oleh rezim Israel terhadap warga Palestina.
Serangan berdarah rezim tersebut di Gaza sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 46.565 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan melukai lebih dari 109.660 lainnya. Ribuan lainnya juga hilang dan diduga tewas di bawah reruntuhan.
Namun, jurnal medis Lancet di Inggris memperkirakan jumlah kematian sebenarnya dalam perang tersebut jauh lebih tinggi daripada jumlah resmi.
Menurut penelitian tersebut, angka yang dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan Palestina kemungkinan besar tidak menghitung jumlah korban tewas hingga 41 persen dalam sembilan bulan pertama perang karena infrastruktur layanan kesehatan di Jalur Gaza rusak parah. (ptv/Ab)