View Full Version
Rabu, 07 May 2025

Pakistan Tembak Jatuh 5 Jet Tempur India, Serang Pangkalan Militer di Kashmir sebagai Balasan

ISLAMABAD, PAKISTAN (voa-islam.com) - Pakistan telah melancarkan operasi balasan yang signifikan yang menargetkan posisi militer India di Kashmir yang dikelola India, menjatuhkan lima jet tempur dan menghancurkan markas brigade menyusul serangan India yang menyebabkan setidaknya 26 warga tewas dan 46 lainnya terluka.

Menteri Pertahanan Pakistan, Khawaja Asif, mengatakan kepada Reuters bahwa lima pesawat India ditembak jatuh pada hari Rabu (07/05/2025).

Juru bicara militer Pakistan, Letnan Jenderal Ahmad Sharif Chaudhry mengatakan kepada Reuters bahwa Pakistan menembak jatuh 3 jet tempur Rafale, satu Sukhoi SU-30 dan MIG-29 milik India.

Operasi tersebut menandai eskalasi serius antara dua negara tetangga bersenjata nuklir tersebut. Pasukan Pakistan dikatakan "memberikan balasan yang pantas kepada musuh di beberapa tempat," di tengah meningkatnya aktivitas militer di sepanjang Garis Kontrol (LoC).

Dalam sebuah posting di X, Perdana Menteri Shehbaz Sharif mengonfirmasi bahwa "respons yang tepat sedang dilaksanakan," dengan menegaskan bahwa "Pakistan memiliki hak penuh untuk menanggapi tindakan perang yang dipaksakan oleh India ini." Ia menambahkan bahwa moral nasional tetap tinggi, dan seluruh negara mendukung angkatan bersenjatanya.

Sharif juga mengadakan rapat darurat Komite Keamanan Nasional Pakistan pada pukul 10:00 pagi hari Rabu ini untuk menilai situasi yang berkembang.

Menteri Federal untuk Informasi dan Penyiaran, Attaullah Tarar, mengumumkan bahwa tiga jet tempur India dan satu pesawat drone ditembak jatuh oleh Angkatan Bersenjata Pakistan.

Kemudian, Menteri Pertahanan Pakistan, Khawaja Asif, mengatakan kepada Reuters bahwa lima pesawat India ditembak jatuh pada hari Rabu.

 

Eskalasi saat ini menyusul serangan mematikan pada 22 April di Pahalgam, Kashmir yang dikelola India, di mana 26 wisatawan Hindu tewas. India menuduh jihadis yang berbasis di Pakistan, khususnya Front Perlawanan, mengatur serangan itu, sebuah klaim yang dibantah Pakistan. Sebagai tanggapan, India meluncurkan "Operasi Sindoor," yang melakukan serangan udara terhadap dugaan infrastruktur jihadis di Pakistan dan Kashmir yang dikelola Pakistan, termasuk wilayah di Kotli, Muzaffarabad, dan Bahawalpur.

Perkembangan ini telah menyebabkan serangkaian tindakan balasan antara kedua negara, termasuk pengusiran diplomatik, penangguhan Perjanjian Perairan Indus oleh India, dan penutupan wilayah udara dan rute perdagangan oleh Pakistan.

Respons internasional menyerukan pengendalian diri

Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa telah mendesak India dan Pakistan untuk meredakan ketegangan dan terlibat dalam dialog. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menekankan perlunya pengendalian diri semaksimal mungkin untuk mencegah memburuknya situasi lebih lanjut.

Presiden AS Donald Trump, yang menanggapi krisis tersebut dari Gedung Putih, berkata, "Ini memalukan. Kami baru mendengarnya saat kami berjalan di pintu Oval [Office]."

"Saya kira orang-orang tahu sesuatu akan terjadi berdasarkan sedikit kejadian di masa lalu," tambahnya.

"Mereka telah bertempur dalam waktu yang lama. Saya harap ini segera berakhir," tegas Trump

Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan kepada Al Mayadeen, "Kami menyadari adanya eskalasi timbal balik antara India dan Pakistan, tetapi saat ini kami belum memiliki penilaian atas situasi tersebut."

Pejabat tersebut menambahkan bahwa "situasi masih berkembang dan kami memantau perkembangan tersebut dengan saksama."

Konteks historis: Konflik Kashmir yang tak kunjung usai

Wilayah Kashmir telah lama menjadi titik api antara India dan Pakistan sejak pemisahan India oleh Inggris pada tahun 1947. Kedua negara mengklaim wilayah tersebut secara penuh tetapi hanya menguasai sebagian saja. Perselisihan tersebut telah menyebabkan banyak perang dan pertikaian yang terus berlanjut, dengan Garis Kontrol (LoC) sebagai perbatasan de facto.

Situasi saat ini masih tidak stabil, dengan kekhawatiran yang meningkat akan terjadinya konflik yang lebih luas di wilayah tersebut. Kedua negara telah memobilisasi pasukan di sepanjang LoC, dan warga sipil di wilayah perbatasan bersiap menghadapi potensi permusuhan lebih lanjut. (MYD/Ab)


latestnews

View Full Version