TEL AVIV, ISRAEL (voa-islam.com) - Media Israel mengungkap detail baru tentang koordinasi antara Zionis Israel dan Amerika Serikat terkait serangan terbaru di ibu kota Qatar, Doha, yang menargetkan pimpinan Hamas pada Kamis (9/9/2025).
Channel 13 mengutip seorang pejabat senior Israel yang mengatakan bahwa serangan itu dikoordinasikan dengan Washington. Laporan itu menyoroti sejauh mana perencanaan bersama antara kedua sekutu tersebut menjelang operasi.
Menurut koresponden Channel 14, koordinasi mencakup sedikitnya dua pertemuan penting dalam beberapa hari terakhir. Pertemuan pertama melibatkan Kepala Komando Pusat AS Jenderal Brad Cooper, yang baru saja tiba di wilayah Palestina yang diduduki dan mengadakan pertemuan pertamanya dengan Kepala Staf Israel Eyal Zamir.
Keduanya disebut menjalin komunikasi harian, bahkan lebih dari sekali sehari, dengan fokus besar pada koordinasi militer terkait operasi.
Pertemuan kedua dilaporkan berlangsung dalam 24 jam terakhir antara Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer dan utusan AS Steve Witkoff, semakin menegaskan keterlibatan tingkat tinggi di antara kedua pihak.
Dalam pernyataan bersama dengan badan keamanan dalam negeri Shin Bet, militer Israel mengumumkan bahwa mereka melakukan serangan udara ke ibu kota Qatar, Doha, dengan klaim menargetkan pimpinan senior gerakan perlawanan Palestina, Hamas.
Channel 12 Israel, mengutip sumber militer, melaporkan bahwa serangan itu menargetkan anggota delegasi perunding Hamas saat mereka sedang membahas proposal terbaru yang dimediasi AS di Doha.
Namun, seorang sumber senior Hamas mengatakan kepada Al Mayadeen bahwa delegasi perunding gerakan tersebut selamat dari upaya pembunuhan Israel di Doha.
Koresponden Reuters mengonfirmasi mendengar ledakan keras di ibu kota Qatar, dengan asap membumbung di atas distrik Katara.
Serangan berani Israel terhadap delegasi perunding Hamas di Doha ini sekali lagi memperlihatkan pola agresi yang menjadi ciri perilaku Israel dan Amerika, menggunakan kekerasan tepat pada saat pembicaraan damai sedang berlangsung. Sama seperti Washington dan Tel Aviv yang merusak dialog sebelum menyerang Iran pada Juni lalu, kini mereka mengulang taktik yang sama terhadap perlawanan Palestina, menargetkan perwakilan yang sedang berunding.
Alih-alih mencari perdamaian, tindakan semacam itu menunjukkan sabotase yang disengaja terhadap negosiasi dan mengungkap bahwa hanya pihak Palestina yang benar-benar berkomitmen mengakhiri perang, sementara rezim pendudukan Israel dan AS menggunakan diplomasi sebagai kedok untuk eskalasi. (MYD/Ab)