DOHA, QATAR (voa-islam.com) – Gerakan perlawanan Palestina Hamas menyatakan para pemimpinnya selamat dari serangan udara Israel yang menargetkan delegasi perundingannya di ibu kota Qatar, Doha. Dalam pernyataan resmi, Hamas menyebut serangan itu sebagai “upaya pembunuhan licik” dan kejahatan serius yang melanggar kedaulatan Qatar.
Hamas memastikan bahwa para pemimpinnya yang menjadi target serangan selamat, meski beberapa anggota tim dan staf keamanannya gugur sebagai syuhada. Pernyataan itu menyebutkan korban yang gugur, yakni: Jihad Lubad, direktur kantor pemimpin senior Hamas Khalil al-Hayya, serta putra al-Hayya, Hammam. Tiga lainnya, termasuk Abdullah Abdel Wahed, Moamen Hassouna, dan Ahmad al-Mamlouk, juga gugur, bersama seorang petugas keamanan Qatar, Badr Saad al-Humaidi.
Kelompok perlawanan Palestina itu mengaitkan serangan dengan proses negosiasi yang sedang berlangsung: “Menargetkan delegasi perunding, tepat pada saat mereka sedang membahas usulan terbaru Presiden AS Donald Trump, menegaskan tanpa keraguan bahwa Netanyahu dan pemerintahannya tidak ingin mencapai kesepakatan. Mereka sengaja bekerja untuk menggagalkan setiap peluang dan menggagalkan upaya internasional, tanpa peduli pada nasib tahanan mereka, kedaulatan negara, atau keamanan regional.”
Hamas juga menuduh Amerika Serikat terlibat langsung dengan Israel dalam operasi ini, menyebut Washington ikut bertanggung jawab atas kejahatan tersebut. “Kami menilai pemerintah AS ikut bertanggung jawab atas kejahatan ini, karena selalu mendukung agresi dan kejahatan yang dilakukan Israel terhadap rakyat kami.”
Pernyataan itu menambahkan bahwa serangan ini menunjukkan bahaya besar dari kebijakan pendudukan Israel:"Kejahatan ini sekali lagi membuktikan bahwa pendudukan Zionis adalah ancaman besar bagi kawasan dan dunia. Netanyahu berusaha menghapus perjuangan nasional kami dan hak-hak rakyat kami, mendorong mereka menuju pengusiran paksa, sambil melanjutkan skema kriminalnya berupa genosida, pembersihan etnis, kelaparan, dan pengusiran.”
Kelompok tersebut menegaskan bahwa upaya pembunuhan tidak akan mengubah sikap maupun tuntutan mereka, yang mencakup penghentian agresi terhadap Gaza, penarikan penuh tentara Israel, pertukaran tahanan, serta rekonstruksi wilayah.
“Kejahatan pengecut ini tidak akan melemahkan gerakan kami maupun mematahkan semangat kepemimpinan,” tegas Hamas, sambil menambahkan bahwa perlawanan akan terus berlanjut hingga berdirinya negara Palestina merdeka dengan al-Quds sebagai ibu kota. (MYD/Ab)