AMERIKA SERIKAT (voa-islam.com) - Para pejabat keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Eropa telah memperingatkan bahwa afiliasi Islamic State (IS) di Afghanistan dapat memanfaatkan deportasi massal warga Afghanistan dari Iran dan Pakistan untuk memperkuat barisannya.
Sejak Januari, lebih dari 2,6 juta warga Afghanistan telah kembali, banyak di antaranya setelah puluhan tahun di luar negeri, menurut data PBB. Para diplomat mengatakan gelombang pengungsi yang tiba-tiba ini berisiko menciptakan kumpulan rekrutan untuk IS-Khorasan, yang tetap aktif meskipun Taliban mengklaim keamanan telah dipulihkan.
Hans-Jakob Schindler, mantan pejabat PBB yang melacak kelompok-kelompok ekstremis, mengatakan kepada AFP bahwa bahayanya "sangat tinggi" bahwa IS-K akan memandang para pengungsi yang kembali sebagai sumber tenaga kerja potensial. Seorang diplomat Uni Eropa mengklaim bahwa banyak warga Afghanistan bergabung dengan kelompok bersenjata karena keputusasaan ekonomi, bukan ideologi.
Badan-badan bantuan memperingatkan bahwa warga Afghanistan yang dideportasi menghadapi kondisi yang mengerikan. Badan pengungsi PBB memperkirakan sebanyak 4 juta orang dapat kembali pada akhir tahun 2025, dengan sebagian besar kekurangan pekerjaan, perumahan, dan akses ke layanan. Bank Dunia menyatakan hampir separuh penduduknya sudah hidup di bawah garis kemiskinan.
Kekuatan regional juga khawatir. Rusia menyatakan sekitar 23.000 pejuang dari 20 kelompok jihadis beroperasi di Afghanistan, dengan IS-K menjalankan kamp pelatihan di timur dan utara. Moskow, yang telah mengakui otoritas Taliban, menyebut Islamic State-Khurasan sebagai "kekhawatiran terbesarnya" terhadap keamanan regional.
PBB menggambarkan situasi Afghanistan sebagai "bom waktu yang terus berdetak", memperingatkan bahwa beberapa rencana yang digagalkan di Eropa antara tahun 2023 dan 2025 terkait dengan jaringan Islamic State. Para analis mengatakan para pengungsi yang kecewa, kehilangan mata pencaharian, dan dipandang sebagai orang luar, berisiko menjadi target utama para perekrut radikal.
Para pejabat kemanusiaan berpendapat bahwa hanya bantuan internasional berskala besar yang dapat mengurangi ancaman tersebut. Namun, dengan Washington yang memangkas bantuan secara drastis untuk menghindari penguatan kekuasaan Taliban, para diplomat khawatir kemiskinan yang memburuk dapat memberi IS-K peluang untuk memperluas jangkauannya. (KP/Ab)