

LONDON, INGGRIS (voa-islam.com) - Seorang ahli bedah asal Inggris, Dr. Ghassan Abu Sittah, mengatakan bahwa jenazah warga Palestina yang dikembalikan ke Gaza oleh Israel menunjukkan tanda-tanda pengambilan organ secara profesional.
Menurut Dr. Abu Sittah — seorang ahli bedah plastik dan rekonstruksi ternama berdarah Inggris-Palestina — tubuh-tubuh yang dimutilasi tersebut memperlihatkan indikasi kuat adanya pengambilan organ untuk tujuan perdagangan organ.
Dalam wawancara dengan Al Jazeera awal pekan ini, Abu Sittah memberikan penilaiannya setelah melihat foto-foto jenazah warga Palestina yang ditunjukkan oleh media berbasis di Qatar itu.
“Pengamatan pertama saya, pada semua jenazah yang organ-organnya diambil, adalah bahwa organ-organ tersebut merupakan organ yang biasa digunakan dalam operasi transplantasi — jantung, paru-paru, hati, ginjal, dan kornea,” ujar Abu Sittah, yang sebelumnya menghabiskan lebih dari sebulan bekerja di rumah sakit-rumah sakit Gaza selama perang berlangsung.
Ia menambahkan, tingkat ketepatan saat pengambilan organ menunjukkan keterlibatan tangan ahli medis. “Metode pengambilannya — tulang rusuk dan rongga dada dipotong menggunakan gergaji medis yang sangat tajam — gergaji tulang. Bagian tengah tulang dada diangkat untuk memungkinkan pengambilan jantung dan paru-paru tanpa merusak organ yang diambil,” jelasnya.
“Kulit para korban tampak terbakar akibat cairan nitrogen — bahan kimia yang biasa digunakan untuk mengawetkan jaringan.”
Lebih lanjut, ia menegaskan: “Poin pentingnya, tidak ada kerusakan pada organ-organ yang tersisa, yang berarti pengambilannya dilakukan secara bedah oleh ahli bedah berpengalaman.”
Dengan nada mengerikan, Abu Sittah juga mengutip beberapa kesaksian yang menyebut bahwa sebagian korban masih hidup saat organ mereka diambil.
Jenazah-jenazah yang dikembalikan oleh Israel tersebut adalah warga Palestina yang diculik atau dibunuh oleh pasukan Israel di Gaza. Tubuh mereka dikembalikan kepada pihak Palestina sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat.
Pada Oktober lalu, sedikitnya 135 jenazah dikembalikan ke Jalur Gaza oleh Israel, banyak di antaranya menunjukkan tanda-tanda penyiksaan dan mutilasi.
Salah satunya adalah Mahmoud Ismail Shabat, 34 tahun, dari Gaza utara — tubuhnya menunjukkan kakinya dilindas oleh tank dan terdapat bekas jeratan di lehernya.
Puluhan jenazah lainnya memperlihatkan tanda-tanda penyiksaan jelas, seperti tangan terikat di belakang punggung dan tali melilit di leher para korban.
Sejak Desember 2023, atau dua bulan setelah dimulainya agresi Israel di Gaza, pihak berwenang Palestina telah memperingatkan tentang kemungkinan praktik pencurian organ oleh Israel.
Petugas medis di Gaza melaporkan bahwa banyak jenazah yang dikembalikan dalam kondisi rusak parah, dengan beberapa organ hilang. (TNA/Ab)