

DARFUR, SUDAN (voa-islam.com) - Milisi pemberontak Rapid Support Forces (RSF) yang terkenal kejam di Sudan dilaporkan menggunakan peralatan militer buatan Inggris dalam perang brutalnya melawan angkatan bersenjata resmi negara tersebut, menurut dokumen yang dilihat oleh Dewan Keamanan PBB.
Sistem penargetan dan mesin untuk kendaraan lapis baja buatan Inggris ditemukan di medan perang di Sudan, menimbulkan pertanyaan tentang ekspor senjata Inggris dan peran pemerintah Inggris dalam konflik tersebut, demikian laporan The Guardian pada hari Selasa (28/10/2025).
Peralatan itu masuk ke Sudan melalui Uni Emirat Arab (UEA) dan digunakan oleh pasukan RSF, yang telah berperang melawan tentara Sudan untuk memperebutkan kekuasaan sejak April 2023.
Milisi tersebut dikatakan telah melakukan genosida oleh PBB dan Amerika Serikat, sementara kelompok hak asasi manusia telah mendokumentasikan berbagai pembantaian biadab yang dilakukan oleh RSF.
RSF telah membunuh sedikitnya 2.000 orang setelah merebut kota Al-Fasher di Sudan barat pada pekan ini. Kelompok itu juga melakukan pembersihan etnis dan pemerkosaan dalam peperangan mereka.
UEA sendiri dilaporkan telah menyediakan dana, senjata, dan tentara bayaran bagi RSF, meski mereka tidak mau mengakui memiliki keterkaitan dengan kelompok tersebut.
Bukti bahwa peralatan buatan Inggris dipasok ke RSF tampaknya tidak memengaruhi ekspor senjata Inggris, menurut data yang menunjukkan bahwa pemerintah Inggris tetap menyetujui izin ekspor baru terlepas dari temuan tersebut.
Dua berkas laporan bertanggal Juni 2024 dan Maret 2025 yang diajukan ke Dewan Keamanan PBB disusun oleh militer Sudan, yang menyatakan bahwa dokumen tersebut merupakan “bukti dukungan UEA” terhadap RSF.
Materi baru menunjukkan bahwa sistem penargetan yang diproduksi oleh perusahaan Militec yang berbasis di Wales ditemukan di bekas markas RSF di Khartoum dan Omdurman.
Data juga menunjukkan bahwa Inggris telah menyetujui izin ekspor sistem pelatihan untuk perusahaan seperti Militec ke UEA sejak 2015. Pemerintah Inggris bahkan mengeluarkan izin baru untuk produk semacam itu pada September 2024, tiga bulan setelah muncul bukti pertama bahwa produk-produk tersebut dikirim ke Sudan.
PBB juga menerima gambar kendaraan lapis baja buatan kontraktor pertahanan UEA, Edge, yang diduga telah digunakan oleh RSF.
Salah satu foto menunjukkan mesin kendaraan lapis baja dengan tanda “Made in Great Britain by Cummins Inc”, yang menunjukkan bahwa mesin itu diproduksi oleh anak perusahaan Inggris dari perusahaan AS, Cummins.
Perusahaan tersebut menyatakan kepada The Guardian bahwa mereka tidak menemukan transaksi apa pun yang menetapkan Sudan sebagai tujuan akhir pengiriman.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri Inggris mengatakan: “Inggris memiliki salah satu sistem pengawasan ekspor paling kuat dan transparan di dunia. Semua izin ekspor dinilai berdasarkan risiko penyalahgunaan atau pengalihan kepada pengguna akhir yang tidak diinginkan.”
Ia menambahkan, “Kami mengharapkan semua negara mematuhi kewajiban mereka di bawah rezim sanksi PBB yang berlaku.”
Perang di Sudan telah menewaskan setidaknya 150.000 orang, memaksa jutaan lainnya mengungsi, dan membuat 25 juta orang menderita kelaparan akut. PBB menggambarkannya sebagai krisis kemanusiaan paling parah di dunia saat ini.
PBB juga memperingatkan bahwa milisi RSF dapat melakukan “pelanggaran dan kekejaman besar-besaran bermotif etnis” di El-Fasher setelah mereka merebut kota tersebut pada akhir pekan lalu. (TNA/Ab)