View Full Version
Kamis, 26 Apr 2012

Presiden Omar al-Bashir Bertekad Memerangi Kristen di Selatan

Presiden Sudan Umar Hasan al-Bashir bersumpah akan memerangi pemerintahan Kristen di Sudan Selatan, yang nyata-nyata menjadi alat Zionis-Israel. Umar al-Bashir menuduh Selatan sebagai "rayap" yang mengancam  Utara.

Sementera itu, Presiden Sudan Selatan, menuduh Sudan mendeklarasikan perang terhadap bangsanya. Pemimpin Sudan Selatan itu mempersingkat kunjungan ke China, karena ketegangan kedua negara semakin hebat. Sudan dan Sudan Selatan sekarang berperang memperebutkan wilayah kaya minyak di perbatasan kedua negara, Heglig. Presiden Salva Kiir membatalkan kunjungannya ke Sanghai. Rencananya Kiir akan kembali ke negaranya,Sabtu.

Kunjungan tersebut datang pada "saat yang kritis ... karena tetangga kita di Khartoum menyatakan perang terhadap Sudan Selatan, ujar Kiir kepada Hu Jintao.

Cina, sekutu penting perdagangan kedua negara, dan mendesak kedua negara  menahan diri dan melakukan negosiasi. Pemerintah Cina, pihaknya akan mengirim utusan ke Uni Afrika, Sudan dan Sudan Selatan, guna mendorong pembicaraan damai.

Beijing memiliki hubungan dagang yang erat dengan Afrika, dan memiliki hubungan diplomatik dan ekonomi dengan Sudan selama beberapa dekade. Duta Besar Zhong Jianhua melakukan kunjungan
ke kedua negara awal tahun ini, dan guna melakukan mediasi, ujar kementerian luar negeri Cina.

Sudan Selatan memisahkan diri dari Sudan tahun lalu, sebagai bagian dari kesepakatan damai 2005, yang mengakhiri perang yang sudah berlangsung  beberapa dasawarsa, yang merupakan perang terbesar di Afrika. Perang mengakibatkan 2 juta orang tewas, dan berakhir dengan perjanjian damai yang mencakup sebuah referendum kemerdekaan untuk selatan.

Sebenarnya, proyek disintegrasi (pemisahan negara) dan perang di negeri-negeri Muslim merupakan buah tangan  Zionis-Israel Amerika Serikat, yang ingin melemahkan negeri-negeri Muslim. Salah satu proyeknya yang terbesar adalah Sudan Selatan,di mana Israel mensuplai senjata dan melatih para tentara Sudan Selatan, guna menciptakan kekacauan di  wilayah itu dengan isu masalah agama.

Sesudah konflik dan perang, maka kemudian PBB turun tangan, dan diciptakan perjanjian damai, yang diikuti dengan referendum, yang hasilnya pemisahan negara. Seperti Sudan dengn Sudan Selatan. Ini adalah proyek nyata dari Zionis-Israel dan Amerika Serikat.

Sekarang,ketegangan yang  memuncak bulan ini, ketika Sudan Selatan merebut daerah penghasil kaya minyak Heglig dari Sudan. Fasilitas Heglig mencapai sekitar setengah dari produksi Sudan 115.000 barel sehari.

Uni Afrika yang beranggotakan negara-negara Afrika berusaha dalam waktu 48 jam menghentikan perang yang berkecamuk.

"Kami memiliki hak menggunakan semua cara-cara militer di dalam wilayah kita untuk menghancurkan musuh," kata Daffa-Alla Ali Osman, duta besar Sudan di PBB. "Menetapkan wilayah di dalam perbatasan kita sebagai milik mereka ... ini adalah panggilan untuk berperang sampai mereka berhenti dan menahan diri dari kejahatan mereka yang melanggar terhadap integritas wilayah Sudan."

Kecaman internasional, termasuk dari Presiden AS Barack Obama, yang mendesak kedua negara menyelesaikan masalah mereka secara damai, Sudan Selatan menarik pasukannya Sabtu, dan Sudan mengambil kembali kendali Heglig.

"Kami ingin melihat kembali perdamaian dengan tetangga kita. Kami menginginkan perdamaian, dan hidup berdampingan.," Kata Duta Besar Sudan Selatan untuk PBB, Agnes Oswaha.

Sudan Selatan menarik diri dari wilayah sengketa, dan menuduh Sudan melancarkan serangan darat dan udara ke wilayahnya. Pemboman yang dilakukan militer Sudan terhadap posisi-posisi pasukan Sudan Selatan menewaskan sedikitnya 16 tentara Sudan Selatan, dan meninggalkan 34 terluka, ujar pejabat PBB.

Pejabat  PBB di Sudan Selatan memastikan korban dari bom dekat perbatasan, kata Susan Rice, Duta Besar AS untuk PBB dan Presiden Dewan Keamanan saat ini. Anggota Dewan "Menuntut Sudan segera menghentikan pemboman udara, dan mendesak segera gencatan senjata dan kembali ke meja perundingan," katanya Selasa.

Masyarakat internasional meminta kedua belah pihak untuk menghentikan serangan mereka dan kembali ke meja perundingan. Sudan menghadapi kritik atas pemboman ke Bentiu, yaitu sekitar 60 mil (hampir 100 kilometer) dari Heglig.

Pekan lalu, Presiden Sudan Umar al-Bashir bersumpah tidak pernah menyerah  menghadapi Sudan Selatan. Umar berjanji akan terus menghancurkan kekuataan Selatan, yang merupakna proyek Zionis-Israel, yang bertujuan ingin merongrong kedaulatan Sudan. Silva Kiir merupakan kaki tangan Israel, dan memiliki kantor di Tel Aviv. (af/tm)


latestnews

View Full Version