View Full Version
Senin, 28 Jun 2010

Jangan Coba-coba Maksiat, Karena Maut itu Dekat

BANYAK sudah kita mendengar seseorang meninggal dunia, padahal semenit yang lalu ia masih segar-bugar. Siapa nyana di pagi yang cerah dan indah, tiba-tiba tsunami datang menerjang dan menelan puluhan ribu nyawa. Tak pernah ada yang menduga sebelumnya bahwa maut begitu cepat datang menjemput.

Hal ini sama dengan yang terjadi di Surabaya dalam peristiwa kebakaran bangunan diskotek. Banyak orang yang terjebak di dalam bangunan tersebut, beberapa di antaranya mati gosong termasuk seorang ibu yang sedang hamil besar. Janin yang dikandungnya juga ikut gosong di dalam perut sang ibu. Sungguh mengenaskan.

Tak hendak menghakimi apa yang dilakukan oleh seorang ibu hamil 8 bulan di dalam sebuah diskotek, hal ini mampu memberi kita sebuah pelajaran berharga. Maut bisa datang kapan saja dan di mana saja kita berada. Bukan jaminan ketika kita berada di tempat yang penuh hura-hura dan suka-cita semacam diskotek, maut tak bisa mengintai. Bahkan ketika kita sembunyi di sebuah benteng sekokoh apapun, mau tetap tak bisa ditawar kehadirannya.

Tinggal manusia sendiri yang berhak memilih dalam kondisi apa ia mati dan di mana. Apakah ia mati dalam keadaan husnul khatimah (dalam keadaan baik) atau su’ul khatimah (dalam keadaan buruk). Ada seorang pejabat yang terkenal karena baik hati dan dermawan, ternyata ia mati dalam pelukan pelacur di sebuah lokalisasi maksiat. Ada juga seorang penjahat yang seumur hidupnya suka membunuh orang, tapi ia mati dalam keadaan bertaubat. Sungguh tak pernah bisa disangka bagaimana akhir hidup seseorang nantinya.

…Jangan membuka peluang maksiat. Bisa saja seseorang yang seumur hidupnya diisi dengan amal shalih, tiba-tiba mencoba ingin tahu asyiknya berhibur sebuah diskotek. Siapa nyana ternyata di sana ia meregang nyawa. Seluruh amalnya sia-sia ibarat panas setahun dihapus oleh hujan sehari…

Jangan pernah berbangga diri menjadi orang yang banyak amal. Jangan pernah pula berkecil hati karena sering melakukan dosa. Karena sesungguhnya hanya Allah yang tahu kemurnian niat dari amal kita, apakah ikhlas karena-Nya ataukah penuh riya’ atau pamer agar dilihat manusia. Begitu pula ketika ada seseorang yang seolah-olah penuh lumuran dosa, jangan dulu pandang sebelah mata. Kita tak pernah tahu ada setitik cahaya di hatinya untuk menjemput hidayah sehingga ia bertaubatan nasuha.

Apa pun kondisinya, satu hal yang harus kita camkan. Jaga diri dan keluarga kita dari siksa api neraka. Jangan membuka peluang maksiat yang mengakibatkan dosa menghampiri kita. Bisa saja seseorang yang seumur hidupnya diisi dengan amal baik dan ibadah, tiba-tiba mencoba ingin tahu asyiknya berhibur sebuah diskotek. Siapa nyana ternyata di sana ia meregang nyawa. Seluruh amalnya sia-sia ibarat panas setahun dihapus oleh hujan sehari. Plas…hilang semua.

Tak perlu tergiur mencoba sesuatu yang haram meskipun dengan alasan modern dan kemajuan. Tak kenal diskotek maka bukan anak gaul. Biarkan saja bila ada teman yang mengatakan demikian. Daripada coba-coba mengincip kemaksiatan, ternyata si malaikat maut sudah siap membidik untuk mengambil nyawa kita. Na’udzubillah.

…Kita memang tak pernah tahu bagaimana akhir hidup kita nanti. Tapi kita bisa mengupayakan, dan kita bisa memilih, akhir hidup seperti apa yang kita inginkan…

Kita memang tak pernah tahu bagaimana akhir hidup kita nanti. Tapi kita bisa mengupayakan, dan kita bisa memilih, akhir hidup seperti apa yang kita inginkan. Selain kebebasan memilih itu tadi, jangan lupa bahwa ada Yang Mahatahu di atas segalanya. Oleh karena itu memohonlah pada-Nya agar dimantapkan hati ini di jalan orang-orang yang lurus dan diridhai-Nya dan bukan jalan orang-orang yang sesat serta mendapat murka-Nya.

Sungguh, Ia adalah Sang Maha Membolak-balikkan hati. Semoga diteguhkan hati ini untuk jauh dari maksiat dan dekat kepada taubat. Wallahu ‘alam. [riafariana/voa-islam.com]

Baca berita terkait:

Jangan Selingkuh Sebelum Baca Artikel Ini!


latestnews

View Full Version