Oleh: Badrul Tamam
Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah. Shalawat dan salam atas Rasulullah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.
Apabila seseorang selesai shalat, maka dzikir pertama yang ia baca adalah istighfar tiga kali. Hal ini ditunjukkan oleh hadits shahih dari Tsauban Radhiyallahu 'Anhu:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَإِذَا انْصَرَفَ مِنْ صَلَاتِهِ اسْتَغْفَرَ ثَلَاثًا وَقَالَ اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
“Apabila Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam selesai shalat (sesudah salam) beliau beristighfar tiga kali, dan berdoa: Allaahumma Antas Salaam wa minkas Salaam Tabaarakta Dzaljalaali wal ikraam (Ya Allah Engkau Maha Penyelamat dari Engkaulah keselamatan Engnkau Maha Baik wahai Dzat yang Agung dan Mulia).” (HR. Muslim)
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassam dalam Taudhih al-Ahkam mengatakan, “Dikatakan kepada salah seorang perawi hadits ini, yaitu Al-Auza’i: bagaimana bunyi istighfar itu? Beliau menjawab: Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam membaca: Astaghfirullaah, Astaghfirullaah, Astaghfirullaah.” (Ini disebutkan dalam Al-Adzkar milik Imam Nawawi Rahimahullah)
Jadi bacaan istighfar sesudah shalat:
أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ ، أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ، أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ، اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْك السَّلَامُ ، تَبَارَكْت يَا ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
Kapan Membacanya?
Imam Nawawi menjelaskan makna inshiraf min al-al-Shalah adalah salam. Yakni apabila sudah salam dari shalatnya. (dijelaskan Syaikh bin Bazz dalam Fatawanya, Nuur ‘Ala al-Darb, dengan judul: al-Dzikr al-Masyru’ Ba’da al-Shalah)
Ini ditunjukkan dalam hadits lain, bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tetap berada di tempatnya dengan menghadap ke kiblat sampai menyelesaikan dzikir ini, lalu menghadap ke makmum dan menyelesaikan dzikir setelah shalatnya. Ini berlaku atas imam. Sedangkan bagi makmum dan orang yang shalat sendirian, ia tetap menghadap ke kiblat sampai ia menyelesaikan dzikir sesudah shalatnya.
Disebutkan dalam Syarh al-Iqna': disunnahkan bagi imam agar tidak lama-lama duduk menghadap kiblat berdasarkan hadits 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha yang berkata:
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا سَلَّمَ لَمْ يَقْعُدْ إِلَّا مِقْدَارَ مَا يَقُولُ اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ وَمِنْكَ السَّلَامُ تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
“Apabila Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam salam (dalam shalatnya) beliau tidak duduk kecuali sekadar beliau membaca: Allaahumma Antas Salaam wa minkas Salaam Tabaarakta Dzaljalaali wal ikraam.” (HR. Muslim)
Bacaan Istighfar yang Lebih Panjang
Ada bacaan istighfar lain yang lebih panjang dan lebih masyhur di tengah masyarakat kita. Namun sayang, riwayat yang menyebutkannya berstatus dhaif sehingga mayoritas ulama meninggalkannya dan berpegang dengan riwayat shahih di atas. Yakni:
أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ الْعَظِيمِ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْحَيَّ الْقَيُّومَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ
Makna Istighfar
Istighfar adalah meminta ampunan. Tidak mungkin memintanya kecuali karena adanya perasaan salah. Maka istighfar di sini merupakan isyarat dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bahwa beliau tidak mampu menyempurnakan hak Allah dalam ibadah secara maksimal. Karena adanya was-was, teringat sesuatu, dan kekurangan dalam melaksanakan hak Allah yang agung ini. karenanya disyariatkan istighfar untuk menyempurnakan yang kurang-kurang tadi dan pengakuan akan kelemahan dan kekurangan diri. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]