Sahabat Voa-Islam,
Mari mengungkap khasiat Thalhun, buah ”Apel”-nya Nabi Adam as di Surga
Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa berdaun besar memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya (Musa acuminata, M. balbisiana, dan M. paradisiaca) menghasilkan buah konsumsi yang dinamakan sama. Hampir semua buah pisang memiliki kulit berwarna kuning ketika matang, meskipun, dari catatan Wikipedia diketahui, ada beberapa yang berwarna jingga, merah, hijau, ungu, atau bahkan hampir hitam. Selain di konsumsi langsung, masyarakat di beberapa negara, seperti Sudan dan India, mengolah buah pisang terlebih dahulu dengan cara mengeringkannya kemudian di tumbuk dan di giling, untuk selanjutnya di proses menjadi roti.
Nama atau istilah Arab dari buah pisang adalah thalhun. Konon, menurut Syaikh Muhammad Ash-Shayim dalam Sehat Dengan Herbal Pilihan, buah pisang adalah buah “apel”-nya Nabi Adam as di dalam surga. Allah SWT sendiri telah memuliakan buah ini dengan menyebutnya di dalam al Qur’an.
“Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri dan buah pisang bersusun-susun (buahnya) dan naungan yang terbentang luas” (Al-Waaqi’ah [56]: 28 – 30).
Menyehatkan
Dalam dunia kesehatan, keberadaan pisang rupanya mampu menyulut harapan. Tentang ini bahkan tidak hanya diakui ilmuwan era sekarang, namun sejak jauh-jauh hari sebelumnya.
Masyarakat Cina kuno menggunakan ekstrak akar pisang untuk mengobati penyakit kuning, sakit kepala hingga cacar air. Sementara di Filipina, daun pisang muda yang masih bergulung seperti payung belum di buka, sering digunakan kaum wanitanya sebagai pelindung wajah dari sengatan matahari.
Untuk luka iris aau lecet, bonggol pisang bisa dijadikan alternatif. Ambil bonggol yang telah dibersihkan secukupnya, tumbuk, dan tempelkan pada luka.
Bagi atlet atau pekerja berat, dianjurkan mengonsumsi pisang dan segelas air kalau takut terkena kram otot. Buah ini diyakini bisa mencegah gangguan tersebut.
Selain itu, kalau ingin memiliki kulit halus berseri, sering-seringlah mengonsumsi pisang ambon lumut.
Bukti lain, berdasarkan uji klinik tahap awal, diketahui, serbuk buah pisang klutuk mentah 3 kali sehari 1 bungkus (@ 5 gr), kemungkinan mempunyai manfaat klinik pada pengobatan gejala dispepsia dengan pengurangan gejala dalam skor sedang pada pengobatan selama 7 hari.
Namun itu saja rupanya belum cukup, sebab buah pisang ternyata memiliki “segudang” lagi manfaat meski tidak selalu bermakna positif bagi setiap oang.
Pisang, hipertensi, serangan jantung, dan stroke
Di samping faktor lain, makanan bisa jadi pencetus terjadinya hipertensi alias tekanan darah tinggi. Selain merepotkan jantung, penderita penyakit ini juga berisiko terkena stroke. Pada hipertensi, tekanan aliran darah yang meninggi akan menaikkan pergeseran dengan dinding pembuluh darah. Kalau naiknya mendadak, bisa menyebabkan dinding pembuluh darah pecah. Andai pecahnya di pembuluh otak, dapat menyebabkan stroke.
Hasil analisis terhadap 33 kasus yang dilakukan para peneliti John Hopkins Medical Institution di Baltimore, menunjukkan, pada orang yang diberi suplemen potassium (paling sedikit 2,5 gr, atau sebanding dengan 6 buah pisang) selama beberapa hari, mengalami penurunan tekanan sistolik lebih dari 3 poin dan diastolik mendekati 2 poin.
Dari penelitian lain, dengan tiga percobaan pada binatang, terungkap juga indikasi risiko stroke berakibat kematian berkaitan dengan rendahnya asupan potassium. Semakin tinggi kadar potassium dikonsumsi, semakin rendah risiko terkena serangan jantung dan stroke.
Mengingat kekayaannya akan mineral ini, terutama para manula, yang rentan dikenainya, dianjurkan mengonsumsi pisang paling tidak sebuah per hari.
Pisang dan stres
Stres erat kaitannya dengan kondisi emosi yang situasinya dipengaruhi neurotransmitter otak. Meski faktor penyebab sebenarnya kompleks –karenanya diperlukan juga cara penanganan yang beragam– asupan makanan yang baik dapat menolong mengendalikannya. Serotonin diketahui merupakan unsur berpengaruh pada neurotransmitter.
Buah pisang ternyata mengandung serotonin, dengan demikian buah ini bisa dipakai untuk menangkal stres. Karena teksturnya lunak, mudah dicerna, dan memiliki kemampuan menetralkan asam (antacid), pisang juga sangat bermanfaat bagi penderita gangguan lambung, yang biasa menyertai pengidap stres.
Pisang dan osteoporosis
Osteoporosis bila tidak diantisipasi bisa berakibat fatal. Untuk menghindarinya orang perlu mengonsumsi makanan tinggi kalsium. Akan tetapi itu saja kurang efektif bila proses penyerapan yang dilakukan tubuh kurang maksimal. Tubuh biasanya hanya mampu menyerap setengah dari kalsium yang dikonsumsi.
Agar kemampuan itu bisa ditingkatkan, orang perlu mengonsumsi makanan kaya oligofruktosa. Sebab jenis serat ini diantaranya juga banyak terdapat dalam pisang, maka jika ingin mencegah osteoporosis, disamping perlu mengonsumsi makanan tinggi kalsium, makan pulalah pisang.
Pisang dan prebiotik
Pisang juga merupakan salah satu makanan sumber prebiotik yang mampu membentuk kekebalan tubuh dalam masa pertumbuhan, menjadikan anak tahan menghadapi demam, nyeri tenggorokan dan diare – prebiotik merupakan nutrisi yang sesuai bagi bakteri baik seperti bifidobacterium, eubacterium, dan lactobacillus, tapi tidak cocok bagi bakteri jahat semisal clostridium, shigella, dan veillonela.
Mungkin dengan pertimbangan kemampuannya itulah, National Science Foundation di Filipina pernah membuat Bancon, sebuah sajian kombinasi pisang dan kelapa, yang ditawarkan jadi salah satu alternatif solusi terhadap masalah kekurangan gizi yang biasa terjadi di kawasan Asia.
Bukan untuk neonatus
Satu hal yang harus diingat, pisang bukan berarti aman bagi siapa saja. Buah ini tidak boleh diberikan kepada neonatus – bayi yang baru lahir hingga usia 4 minggu. Dari penelitian Hananto Wiryo, saat jadi staf medis fungsional anak RSU Mataram, NTB (April 1987 hingga Maret 1988), diketahui, pemberian pisang pada neonatus bisa menyebabkan penyumbatan saluran pencernaan (PSP), dengan gejala muntah dan kembung (abdominal distention) yang disertai gejala lain, seperti bayi tampak keakitan, menangis keras, nyeri tekan pada abdomen, dan kadang-kadang panas atau mencret. Dari telaahannya diketahui pula, angka kematian bayi karena PSP lebih tinggi daripada akibat tetanus neonatorum.
=== *** ===
Yuga Pramita, penulis buku “Ayat-Ayat Sehat”