BEKASI (voa-islam.com) – Berdasarkan informasi dari jamaah bahwa antara hari Jum’at sampai Ahad (9–11/05/2014) kumandang adzan sebagai panggilan kepada kaum muslimin untuk menjalankan shalat 5 waktu di Masjid Muhammad Ramadhan (MMR) terganggu karena tidak adanya muadzin yang mengumandangkan adzan. [Baca: Nasib MMR Pasca 'Dikudeta', Dzuhur Sampai Isya' Tak Ada Kumandang Adzan]
Setelah dikonfirmasi langsung kepada Abdul Azis (Muadzin), kenapa hal ini terjadi? Abdul Aziz menjawab bahwa dirinya, awalnya, tidak tahu kalau sampai tak ada kumandang adzan di MMR. Aziz mengaku dirinya tidak berada di masjid sejak Jum’at sampai Ahad (9–11/05/2014). Ia pergi ke tempat saudaranya dengan maksud untuk mencari pekerjaan pasti untuk mencukupi kebutuhan pokok hidupnya.
Menurut pengakuannya, sebelum pergi dia sudah menyampaikan pesan kepada seseorang untuk menggantikannya selama dia tidak berada di masjid. “Mungkin orang tersebut tidak amanah dan lagian marbot yang ada sekarang yang juga tinggal di masjid tidak bisa adzan,” ujarnya kepada contributor voa-islam, Ahad (18/05/2014) lalu.
Lebih lanjut dia menambahkan bahwa sejak terjadinya pergantian DKM tidak ada kepastian posisi dirinya menjadi muadzin. Walaupun dia mengatakan bahwa tidak tahu menahu tentang konflik yang ada di pengurusan MMR.
Aziz menyampaikan, dirinya menjadi muadzin di MMR karena direkrut oleh DKM lama dengan alasan selain dia rutin berjamaah lima waktu di MMR, suaranya dianggap cukup bagus.
Dengan adanya bantuan untuk kehidupan harian dia dari DKM pimpinan Ustadz Nanang Prayudiyanto, maka dirinya ditugaskan menjadi muadzin tetap di MMR. Setelah ada pergantian DKM di MMR bendahara DKM MMR lama masih memberikan mukafaah. Uang itulah yang digunakan untuk menopang kehidupannya sehari-hari.
Muadzin yang konsisten melazimi masjid dan tak mau pusing dengan kerakusan sebagian orang yang ingin menguasai masjid dengan omset mingguan yang lumayan ini mengaku, “di hari Jum’at yang lalu itu jujur bahwa sisa uang yang diberi DKM lama sudah tipis sedang kepastian dari DKM baru belum ada.”
“Hanya disuruh bersabar,”tuturnya menunjukkan kejengkelan kepada DKM baru yang hanya bisa membuat berantakan sistem masjid yang sudah mapan dan menyejahterakan petugas-petugasnya.
(Ketua Yayasan Islam Al Anshar, Abdul Kadir Marikar -kiri- nyerahan masjid Asda II Aceng Sholahuddin -kanan-)
(Abdul Hadi, tokoh paling ambisius menguasai masjid dan menentukan format kepengurusan DKM baru)
Aziz juga mengaku masih mendapat perhatian dari pengurus DKM lama. Seorang pengurus lama yang ‘terusir’ dari masjid menanyakan kepadanya sebab dirinya mencari pekerjaan keluar dan harus meninggalkan masjid.
“Walaupun dia sudah diganti, perhatian ke saya tetap ada, dan saya sampaikan setelah kejadian itu saya dikasih uang dan dengan uang inilah sampai hari ini saya bertahan. Entah kedepannya bagaimana,” ujar dengan penuh galau.
Abdul Aziz memiliki keistimewaan dengan suaranya yang Indah. Sejak kepengurusan DKM ‘terkudeta’ dirinya sudah ditunjuk menjadi muadzin tetap dengan mendapat insentif dari DKM pimpinan Ustadz Nanang. Setiap hari dia manfaatkan suara emasnya untuk mengajak umat mendatangi rumah Allah, shalat berjamaah lima waktu. Pekerjaan yang sangat tinggi nilainya di sisi Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Namun setelah MMR diambil alih paksa Pemkot Bekasi dan diserahkan kepengurusannya kepada kelompok tertentu, kondisi masjid semakin kacau. Shalat lima waktu sepi dari jamaah. Bahkan di satu hari, dari Dzuhur sampai Isya’ tak berkumandang adzan di MMR. Pastinya pihak-pihak yang berkolaborasi merusak kemakmuran rumah ini akan mempertanggungjawabkannya kelak di hadapan Allah. [PurWD/abusabil/voa-islam.com]