View Full Version
Sabtu, 13 Sep 2014

Wawancara Pengacara Iwan CH Pangka (1): Dengan Ancaman Sitok Perkosa RW

JAKARTA (voa-islam.com) - Dalam wawancara eksklusif Voa-Islam.com dengan Iwan CH Pangka, pengacara kasus perkosaan 'buayawan' liberal Sunarto alias Sitok Srengenge Jumat Siang (12/9) di Jakarta, ia menyatakan bahwa media liberal Tempo milik Goenawan Mohammad dan The Jakarta Post telah berulang kali menggiring opini bahwa kasus ini akan dihentikan atau SP3 oleh polisi.

Sebelumnya Iwan Ch Pangka mengirimkan rilis kepada Voa-Islam.com (10/9):

Saya sebagai pengacara RW, cukup terkejut dengan pemberitaaan di sejumlah media yang menyatakan bahwa kasus Sitok Srengenge akan di SP3 oleh pihak kepolisian.

Sebetulnya issue ini sudah timbul sejak tanggal 22 Juli 2014, yang pertama kali dimuat di Jakarta Post. Dan terus berulang hingga sekarang. Saya tidak  pernah mengerti maksud dan tujuannya apa? Sehingga timbul pemberitaan yang buat saya, sangat tidak menggembirakan karena pemberitaan itu mempunyai potensi menenggelamkan harapan khalayak banyak akan kasus kasus kejahatan seksual di masa mendatang akan terkuak.

Dan apalagi pada kenyataannya proses hukum kasus sitok srengenge masih berjalan dan masih belum di jadwalkan kapan Gelar Perkara atas kasus ini dilaksanakan. Bagaimana mau dan akan di sp3 kan kasus Sitok Srengenge  ini, proses Gelar perkara saja belum dilakukan?

Saya berharap pemberitaan yang timbul di media jangan sampai terjadi apa yang dinamakan penggiringan opini, seakan akan masyarakat di giring dengan pernyataan yang sifatnya politis serta masyarakat akan dijejali informasi yang sangat menyesatkan atas kasus Sitok Srengenge ini.

Dampaknya tentu akan berpengaruh pada psikis korban, korban telah “diperkosa” untuk kesekian kali dengan adanya pemberitaan yang sama sekali menunjukkan tidak adanya berpihak pada perspektif terhadap korban dan seolah olah masyarakat digiring pemikirannya bahwa kasus ini sudah pasti di SP3 kan serta Gelar perkara cuma dianggap ritual formalitas saja.

Keadaan ini tentu juga sangat tidak kondusif, sangat tidak produktif buat aparat hukum kepolisian yang sebetulnya mempunyai keinginan  yang baik untuk mengungkap kasus ini secara jelas dan terang benderang serta keinginan untuk melakukan terobosan hukum dengan menggunakan paradigma hukum progresif agar bisa mengejar perbuatan/tindak  kejahatan/kekerasan seksual yang semakin lama semakin canggih dalam hal modus.

Demikian surat Iwan Ch Pangka kepada tim redakasi Voice of Al Islam. Umat Islam dan Civitas Akademika Universitas Indonesia patut kiranya menaruh simpati dan perhatian pada kasus pencemaran nama baik Universitas Indonesia ini.

Wawancara Voa Islam dengan Iwan CH Pangka

Untuk mengetahui pandangan dan kelanjutan kasus yang ditangani pengacara yang ditangani Iwan CH Pangka, mantan penganut protestan ini menuturkannya kepada tim redaksi Voa-islam.com.

Voa-islam: Bagaimana asal muasal berkembangnya kasus perkosaan Sitok Srengenge kepada RW (22) mahasiswa Universitas Indonesia yang kini telah melahirkan dan anaknya telah berusia 9 bulan ini?

Iwan Pangka: Begini mas, tidak mungkin seorang RW dalam laki perempuan dalam satu kamar kalo mereka suka sama suka pasti mereka sama-sama (*maaf) telanjang bulat dua-duanya. RW waktu 'dikerjai' sama Sitok, baju pun masih melekat (dibadannya), dipaksa dipeloroti celananya.

(Ia menjawab pertanyaan tim Voa Islam sambil membiarkan dering telpon puluhan kali dari Tempo.) Lalu ia mengatakan "biarin aja Tempo menelpon, saya tidak pernah melayani Tempo. Gitu lho"

Iwan Pangka: Jadi Mas, Sitok menggiring korbannya dalam empat fase. Tipu daya, penghancuran mental, penguasaan kedaulatan tubuhnya korban dan setekah itu lalu jadi boneka seks dia lalu hancur.

Ada satu saksi mas, korban Sitok lain yang kita temui dan tak mau dijadikan saksi karena sudah menjadi keluarga yang baik, "itu masa lalu saya mas" kata korban Sitok yang lain.

Voa-Islam: Oh, jadi masih ada korban lain? Berapa orang kira-kira Pak?

Iwan Pangka: Oww banyak... 

Voa-Islam: Apakah anak UI dua-duanya?

Iwan Pangka: Yang ikut sama Kami bikin BAP saja ada dua orang. Anak Bandung dan Jakarta. Tapi sebelum-sebelumnya itu ada korban yang kami temui tidak mau sama sekali. (Korban bilang) "saya sudah tak mau mengingat masa lalu mas. Denger nama Sitok "ngambil (air) wudhu, apa ga gila itu (korbanya Sitok)?"

Si korban bilang "saya sudah tak mau mengingat masa lalu mas. Denger nama Sitok "ngambil (air) wudhu, apa ga gila itu (korbannya Sitok)?"

Voa-Islam: Apakah RW diancam Sitok? 

Iwan Pangka: Sitok punya kebiasaan, orang-orang teater itu jago ya caranya menaklukan orang, mungkin punya ilmunya ya. Dan dia (Sitok) selalu mengancam, dan mengancamnya pintar.

Tidak ada ditelepon dia mengancam, dia jago, dia punya pengalaman gitu lho. Jadi kalo dibuka Whatsappnya, BBMnya, telepon tidak ada, ga ketauan. Itu sudah direncanakan mas...

Tapi mas, kalo orangnya ga nurut (Sitok) sudah dibentak sama Sitok, sudah dibentak, dibawah tekanan, penghancuran mental mas.

Voa-Islam: Oh jadi dibawah tekanan?

Iwan Pangka: Dibawah tekanan, penghancuran mental mas, jadi seperti gini lho... pengemis jalanan, anak-anak kecil itu hancurnya bukan karena 'perut' aja, tapi dihancurkan mentalnya untuk untuk jadi pengemis. Sama  kaya human trafficing juga begitu, psk-psk kecil itu juga begitu. Kalo mentalnya tidak dihancurkan (mereka) ga mau jadi psk. Kalo tidak ditempiling (ditampar) sama (germo) dia. Itu yang dilakukan Sitok.

Sedangkan undang-undang mengenai perkosaan pasal percabulan, asusila itu, jauh tertinggal mas. Antara Pasal susila dengan lajunya modus kejahatan susila tidak nguber mas... gitu lho.

Jadi orang seperti Sitok ini tidak bisa terjerat, karena harus ada tiga unsur, ada persetubuhan, ada sperma, ada luka disetubuh. Mana ada jaman sekarang model begitu, mas? (Awalnya) dengan cara halus kok.

Mas tau, bukan tabu saya bicara, secara daya tarik seksual RW biasa saja, nah Sitok itu gak mau sama cewe-cewe yang bahenol. Gitu lho..

Voa-Islam: Universitas Indonesia akankah melawan? 

Bersambung... [ahmed/adivammar/voa-islam.com] 


latestnews

View Full Version