Buat anda yang akan memilih Presiden di Indonesia, kami kabarkan bahwa semua tidak akan mendukung rakyat dan hanya membela kepentingan kroni dan dinasti.Tidak ada harapan lagi untuk mempercayai manusia-manusia yang akan maju ke 2014. Setelah kalian membaca ini, berpikir ulang lah untuk memilih partai dan calon pemimpin yang selalu dibangga-banggakan baik itu di yudikatif, legislatif hingga eksekutif.
Kemana Umat Islam Indonesia ketika bangsanya di rampok?
Ini sudah benar-benar menggurita, kita semua di buat terbuai oleh segenap manusia-manusia yang katanya pintar dan mampu memimpin bangsa ini.
Pandainya mereka semua bersandiwara di depan rakyat. Di media massa hingga TV mereka pura-pura saling membenci tapi di belakang itu mereka saling menyayangi, saling berbagi, saling melindungi hingga saling menjual aset bangsa.
Untuk merubah bangsa ini,kita harus mengubah sistim. Jika tidak, maka bangsa ini akan terus menerus terpuruk. Mungkin akan hilang dari peta dunia.
1. Dominasi Maskapai-maskapai tambang AS di Nusantara, baik tambang mineral maupun tambang migas
Mulai dari perusahaan tambang tembaga-perak-emas Freeport McMoran di Papua Barat, perusahaan tambang emas Newmont di Minahasa (Sulut) & Sumbawa (NTB), perusahaan tambang migas ChevronTexaco (d/h Caltex) di Riau dan juga menguasai produksi geothermal di Jawa Barat (setelah Unocal lebur ke dalam ChevronTexaco) sampai dengan perusahaan tambang migas ExxonMobile yang sudah menguras Aceh kini diizinkan menghisap kekayaan Blok Cepu.
Kegiatan eksplorasi perusahaan-perusahaan tambang itu didukung oleh perusahaan-perusahaan jasa konstruksi industri migas AS, seperti kelompok Halliburton (Kellog, Brown & Root) yang bermitra dengan PT PP Berdikari milik yayasan-yayasan Soeharto, dan McDermott, yang bermitra dengan Bob Hasan, seorang kroni Soeharto.
Orang-orang Kunci di bidang Pertambangan, di luar Menteri Pertambangan dan aparat formalnya, adalah Seksi Ekonomi Kedubes AS, yang merupakan pelobi kepentingan perusahaan-perusahaan migas AS, yang berperan dalam alokasi konsesi migas ConocoPhillips di Celah Timor IMA (Indonesian Mining Association), lama dikuasai oleh
1. Benny Wahyu dari INCO.
2. Jantje Lim Poo Hien (Yani Haryanto), pemimpin Harita Group, kroni mendiang Presiden Soeharto (tetangga di seberang rumah Soeharto di Jl. Cendana), pemilik 10% saham dalam PT Kelian Equatorial Mining (KEM), mitra Rio Tinto & penyandang dana bagi Kent Bruce Crane, bekas operator CIA dan pemasok senjata api kecil bagi pemerintah AS dan negara-negara lain.
3. Ada lagi nama Jusuf Merukh, bergelar “Raja Kontrak Karya Emas”, pemegang saham minoritas dalam belasan kontrak karya tambang emas dari Aceh sampai dengan Maluku Tenggara; pernah dekat dengan Megawati Soekarnoputri, Prabowo Subianto dan James Riady, boss Lippo Group yang mengfasilitasi masuknya pompa bensin Shell pertama di kompleks Lippo Karawaci.
"Kabinet SBY,kabinet indonesia bersatu sejatinya bermakna bersatu garong sumber daya alam Indonesoa" Ujar Rio dari Baretaz
Ramai ramai para kabinet indonesia bersatu garong sumber daya alam. Paling tidak tiga orang di antara segelintir decision maker ekonomi Indonesia atau keluarga dekat mereka ikut mengeruk rezeki berlimpah dari minyak dan gas bumi, sebelum mereka bergabung ke dalam Kabinet ‘Indonesia Bersatu’ pimpinan SBY.
4. Di puncak anak tangga tentunya perlu disebutkan mantan Wakil Presiden M. Jusuf Kalla sendiri, yang keluarganya adalah pemilik Nuansa Group. Menantu JK, Soesanto Soepardjo, yang menikah dengan putri tertua Jusuf Kalla, Muchlisah Kalla, diserahi memimpin PT Kalla Inti Kalla Nuansa Group, salah satu investor yang tertarik menggarap sumur minyak di Blora, Jawa Tengah.
5. Di luar urusan Blok Cepu, kelompok Bukaka yang dipimpin oleh Ahmad Kalla, adik kandung sang Wakil Presiden, punya hubungan bisnis dengan salah satu raksasa migas dari AS, ConocoPhillips. Berkongsi dengan perusahaan daerah Batam, PT Bukaka Barelang Energy sedang membangun pipa gas alam senilai 750 juta dollar AS setara Rp. 7,5 trilyun untuk menyalurkan gas alam dari Pagar Dewa, Sumatera Selatan, ke Batam.
Nama perusahaannya, PT Bukaka Barelang Energy. Gas alamnya sendiri berasal dari ladang ConocoPhillips di Sumatera Selatan.
"Inilah Karnaval para artis migas..!!"
1) Karnaval ini meliputi mantan Menko Ekuin Aburizal Bakrie sekarang menjadi calon presiden dari Golkar (Golongan ingkar), mantan Menaker Fahmi Idris, dan mantan Menteri Urusan BUMN Sugiarto.
Di masa kediktatoran Soeharto, adik-adik Ical ikut membangun perusahaan-perusahaan perdagangan minyak anak-anak dan adik sepupu Soeharto di Hong Kong dan Singapura, di bawah nama “Mindo”, “Permindo”, dan “Terrabo”.
Setelah Soeharto dilengserkan oleh gabungan kekuatan IMF, tentara, dan gerakan mahasiswa, Ical dan adik-adiknya melepaskan diri dari kelompok Mindo itu lalu Pertamina menutup keran perusahaan-perusahaan tersebut.
Belum jelas apakah perkongsian antara keluarga Bakrie dan keluarga Soeharto di pabrik pipa PT Seamless Pipe Indonesia Jaya, di perusahaan perkebunan PT Bakrie Sumatra Plantations, dan di Bank Nusa, juga telah berakhir.
Sebelum era presiden Soeharto berakhir, Bakrie Bersaudara sudah berhasil membangun imperium bisnis migas mereka sendiri. Indra Usmansyah Bakrie, adik Ical, tercatat sebagai Presiden Komisaris Kondur Petroleum S.A perusahaan swasta yang berbasis di Panama.
Perusahaan itu dimiliki oleh PT Bakrie Energi, yang 95 % milik Bakrie Bersaudara dan 5% milik Pan Asia, yang pada gilirannya milik Rennier A.R. Latief, CEO dan Presdir Kondur Petroleum SA.
Di Indonesia, perusahaan ini bergerak di bawah nama PT Energi Mega Perkasa Tbk yang sejak tahun 2004 terdaftar di Bursa Efek Jakarta, dan juga dipimpin oleh Renier Latief. Perusahaan ini sekarang menjadi perusahaan migas swasta nasional kedua terbesar setelah Medco Group.
Di mancanegara, kendaraan bisnis minyak Bakrie bersaudara ini tetap bergerak dengan nama Kondur Petroleum SA, dan beroperasi di Kroasia, Uzbekistan, Yaman dan Iran. Tapi sebelumnya, sebagai operator Kawasan Production Sharing Selat Malaka (KPSSM), Kondur telah berbisnis dengan Shell, yang menampung minyak mentah itu untuk dimurnikan di Australia.
Selain di Kondur Petroleum SA, Bakrie Bersaudara juga memiliki saham dalam PT Bumi Resources Tbk, yang sedang mengalihkan usahanya dari sektor perhotelan ke pertambangan, khususnya pertambangan migas dan bahan baku enerji yang lain.
Hampir 22% saham perusahaan itu milik Minarak Labuan, maskapai minyak milik Nirwan Dermawan Bakrie, yang telah menanamkan 33 juta dollar AS di Yaman. Diversifikasi usaha itu dilakukan dengan membeli 40% saham Korean National Oil Corporation (KNOC), yang menanam 4,4 juta dollar AS dalam unit pengolahan minyak TAC Sambidoyong di Cirebon.
Selain di Indonesia, KNOC melakukan eksplorasi migas di sebelas negara lain, termasuk Libya, Afrika Selatan, Yaman, Vietnam, Venezuela, Peru dan Argentina.
Dominasi ekonomi politik Aburizal Bakrie dijamannya suharto dan megawati, walaupun sudah digeser dari Menko Ekuin ke Menko Kesra, dapat kita lihat dari alotnya penyelesaian ganti rugi bagi korban-korban lumpur PT Lapindo Brantas, yang sahamnya sebagian milik PT Energi Mega Persada. Sebagian lagi sahamnya milik kelompok Medco.
Lain lagi dengan Fahmi Idris, dia adalah anggota Grup Kodel (“Kelompok Delapan”), yang berkongsi dengan perusahaan migas AS, Golden Spike Energy. Kodel sendiri juga bergerak dalam bidang pertambangan migas, melalui anak perusahaannya, PT FMC Santana Petroleum Equipment Indonesia, yang berkongsi dengan kelompok Nugra Santana milik keluarga Ibnu Sutowo almarhum.
Dulu,sebelum perombakan di era kabinet SBY-JK yang terakhir, Sugiarto, yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Urusan BUMN, adalah mantan Direktur Keuangan PT Medco Energi Internasional Tbk, perusahaan swasta Indonesia terbesar di bidang migas, milik Arifin Panigoro dan keluarganya.
Kelompok Medco itu pada awalnya ikut berkembang karena perkongsiannya dengan besan Soeharto, Eddy Kowara Adiwinata (mertua Siti Hardiyanti Rukmana) dan salah seorang Menteri, yakni Siswono Judohusodo. Ekspansinya ke negara-negara Asia Tengah eks-Uni Soviet dilakukan dengan membonceng ekspansi pengusaha muda yang waktu itu masih termasuk keluarga Cendana, yakni Hashim Djojohadikusumo.
Sesudah berakhirnya masa kepresidenan Soeharto, manuvermanuver politik Arifin Panigoro, yang spontan mendukung gerakan reformasi, menyelamatkan kelompok bisnis ini, yang muncul sebagai penyandang dana PDI-P dan berhasil mengorbitkan Megawati Soekarnoputri ke kursi RI-1.
Setelah pudarnya bintang Megawati Soekarnoputri, Arifin Panigoro keluar dari PDI-P dan mendirikan partai baru, Partai Demokrasi Pembaruan (PDP) bersama Laksamana Sukardi.
Sementara itu, Medco semakin berkembang, dan berusaha melakukan diversifikasi ke sektor pembangkitan tenaga listrik geothermal maupun tenaga nuklir, setelah berkongsi dengan Pertamina menyadap sumber-sumber migas di Sulawesi Tengah dan sedang mengambil ancang-ancang menjadi produsen migas No. 2 terbesar di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD). Dengan demikian, kelompok Medco dan unit-unit migas dari kelompok Bakrie, dapat digolongkan sebagai maskapai transnasional (TNC) juga.
Hatta Rajasa yang sekarang menjabat Menko perekonomian sekaligus besannya SBY, pernah menjadi eksekutif Medco (1980-3), sebelum mendirikan perusahaan konsultan manajemen, PT InterMatrix Bina Indonesia, yang bekerja sama dengan Pertamina dan perusahaan-perusahaan perminyakan asing.Saat ini Hatta sedang memonopoli batubara untuk PLTU di Cilegon Banten.(KPK jadi ayam sayur)
Sebagai anak Palembang, Insinyur Pertambangan lulusan ITB itu tidak asing dengan dunia perminyakan. Mertuanya salah seorang staf Stanvac, ketika Hatta jatuh cinta kepada Okke, dokter gigi yang kini sebagai isterinya.
Mantan Menteri ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral) sendiri, Purnomo Yusgiantoro, adalah Wakil Pemimpin Perusahaan PT Resource Development Consultant, di mana M.S. Kaban, Menteri Kehutanan, menjadi konsultan. Entah apa bidang bisnis PT itu. Namun embelembel “resource development” jatuhnya tidak jauh dari sumber-sumber daya energi juga.
Sutan Batughana,ini juga berbisnis oil dan gas.Dimana ia menjadi Komisaris di PT Timas Suplindo.Proyek yang sedang di garong adalah Star Energy nilainya 20 jt dollar dengan mark up.Yang terbaru Lifting Platform Bravo pertamina dan ada yg udah kontrak di sulawesi nilainya sekitar 1.5 milyar dolar.
Untuk sang anak presiden,Ibas,jangan kita tanyakan,perusahaannya banyak di segala bidang.Sebagai tambahan saja,ibas juga berbisnis oil dan gas melalui perusahaannya bernama Swiber bergerak di penyewaan kapal pengangkut oil dan gas.Dia juga merangkap menjadi komisaris
So,bagaimana dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sendiri?
Kedekatan SBY dengan Letjen (Purn.) T.B. Silalahi, staf ahli Presiden bidang sekuriti, sangat rentan dimanfaatkan oleh Tomy Winata, pimpinan kelompok Artha Graha. Soalnya, T.B. Silalahi orang kunci di Artha Graha. Kenyataannya, Artha Graha, yang sebagian saham banknya milik Yayasan Kartika Eka Paksi, lengan bisnis TNI/AD, juga ikut mengadu untung di Blok Cepu.
Dalam rush para pelaku bisnis top di Indonesia untuk mendapat bagian dalam pengeboran minyak bumi di blok Cepu di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur, nama Tomy Winata.
Selain dia, pengusaha yang sudah menampakkan minatnya untuk ikut menggarap blok Cepu adalah
1.Surya Paloh, melalui perusahaannya, PT Surya Energi Raya, Ketua partai Nasdem (nasi adem), yang digandeng oleh PT Asri Dharma milik Pemkab Bojonegoro
2.Dahlan Iskan, boss Grup Jawa Pos
3.Ilham Habibie, putra sulung mantan presiden B.J. Habibie
4. Letjen (Purn.) A.M. Hendropriyono, mantan Kepala BIN (Badan Intelijen Negara)
5. Hartati Murdaya, pimpinan kelompok CCM (Central Cakra Murdaya);
6.Laksdya Sudibyo Rahardjo.
7.Susanto Supardjo, menantu Jusuf Kalla.
Hampir semua nama-nama diatas itu merupakan tokoh lama di bidang politik dan ekonomi yang masih aktif sampai sekarang.
Sudibyo Raharjo, mantan Dubes R.I. untuk Singapura dan mantan penasehat Otorita Batam, adalah mertua Thareq Kemal Habibie, putra kedua B.J. Habibie. Setahu saya, purnawirawan perwira TNI/AU itu tidak terlalu dekat dengan SBY.
Berbeda halnya dengan ‘trio’ Hendropriyono, Tomy Winata, dan Hartati Murdaya. Trio itu punya pertalian bisnis yang berputar di seputar keluarga Hendropriyono. Di masa jayanya sebagai Kepala BIN, Hendropriyono juga masuk dalam kelompok Artha Graha, karena menjadi Presiden Komisaris PT Kia Motors Indonesia (KMI), yang termasuk kelompok Artha Graha.
Tomy Winata pribadi, menjadi salah seorang pemegang saham PT KMI. Sedangkan seorang putera Hendro, Ronny Narpatisuta Hendropriyono, menjadi salah seorang direktur PT KMI, bersama Fayakun Muladi, putera mantan Menteri Kehakiman Muladi. Ronny, pada gilirannya, juga komisaris PT Hartadi Inti Plantations, penguasa areal konsesi kelapa sawit seluas 52 ribu hektar di Kabupaten-kabupaten Buol dan Toli-Toli di Sulawesi Tengah.
Berarti, keluarga Hendropriyono punya hubungan bisnis yang cukup erat dengan Tomy Winata maupun dengan Hartati Murdaya. Melihat kenyataan itu, boleh jadi trio Hendropriyono-Tomy Winata-Hartati Mudaya akan bekerjasama untuk mendapatkan bagian dari mega proyek blok Cepu itu.
Dengan mengungkap semua kaitan bisnis migas keluarga dan konco-konco Presiden, mantan2 Wakil Presiden,mantan2 menteri dan para Menteri, baik yang sudah terwujud maupun yang sedang digarap, kita dapat memahami kepentingan mereka untuk menaikkan harga BBM, yang naik sangat tidak proporsional dengan kemampuan kocek rakyat.
Bayangkan saja, harga bahan bakar minyak (BBM), yang kemarin rata-rata naik 125% jelas-jelas menunjukkan bias ke arah kepentingan kelas menengah dan atas.
Dari keterangan di atas terlihat bahwa ada Menteri yang bisnis keluarganya punya kaitan dengan Shell, yakni Aburizal Bakrie.
Kebetulan Ical juga penyandang dana Freedom Institute dan kebetulan juga Freedom Institute dipimpin oleh Rizal Mallarangeng, yang abangnya, Alfian Mallarangeng, dan ‘kebetulan’ lagi dulunya salah seorang jurubicara Presiden SBY,Menpora dan kebetulan di tangkap KPK.
Lalu, betulkah semua ‘kebetulan’ itu memang ‘kebetulan’? Ataukah tangan-tangan Shell memang begitu kuat mencengkeram ke dalam berbagai celah pemerintah dan masyarakat sipil di Indonesia? Siapa pelobi masuknya Shell ke pemasaran BBM? Ini dapat ditelisik dari lokasi pendirian pompa bensinnya yang pertama, yakni di depan Hypermart Lippo Karawaci di Tangerang.
Tanah di mana SPBU Shell itu berdiri, adalah bagian dari kota satelit Lippo Karawaci seluas 500 hektar, milik PT Lippo Karawaci Tbk. James T. Riyadi (lahir di Jakarta, 7 Januari 1957), adalah pemegang saham utama perusahaan itu.
Dia memimpin kelompok Lippo di Indonesia dan di AS. Sedangkan ayahnya, Mochtar Riady, memimpin usaha kelompok Lippo di Tiongkok dan kebetulan lagi merupakan penyandang dana terbesar untuk Jokowi Ahok.
Kerjasama ayah dan anak ini pernah menimbulkan kontroversi di AS, ketika kelompok Lippo menyumbang satu juta dollar AS untuk dua kali pemilihan Presiden William (Bill) Clinton.
Kedekatan mereka dengan Bill Clinton membuahkan hasil yang lumayan menguntungkan: sebuah pembangkit listrik raksasa yang dibangun kelompok Lippo di Tiongkok, mendapat pinjaman dari Bank Exim AS, yang sejatinya hanya meminjamkan dana kepada perusahaan-perusahaan AS.
Tidak banyak orang yang masih ingat peranan kelompok Lippo dalam skandal korupsi Bill Clinton itu, berkat kelihaian strategi human relations kelompok itu, yang menyasar kelas menengah-atas keturunan Tionghoa.
James Riady telah menyumbang pembangunan banyak gereja di berbagai kawasan pemukiman mewah di Indonesia. Kapela (gereja kecil) di kampus UKSW, Salatiga solo dimana kampung jokowi berasal, itu juga merupakan sumbangan Lippo.
Ayah James, Mochtar Riady, bahkan duduk dalam kepengurusan yayasan pengelola perguruan tinggi Kristen itu, yang telah memecat Arief Budiman, cendekiawan keturunan Tionghoa, yang sangat kritis terhadap perkembangan konglomerat di Indonesia.
Selain itu, kelompok Lippo dikenal sebagai salah satu donor PDI-P. PDI-P sendiri tidak dapat diharapkan karena penunjukan ExxonMobil sebagai pengelola Blok Cepu. Ini tidak terlepas dari dominannya peranan Megawati Soekarnoputri dan suaminya, Taufik Kiemas, di fraksi terbesar ke 2 di DPR-RI itu.
Padahal keluarga ini merupakan pedagang BBM yang semakin berjaya di wilayah DKI. Dengan memiliki 13 SPBU, keluarga Mega-Taufik sangat berhasil di bidang pemasaran BBM, dan masih terus berniat membuka pompa bensin baru, dengan merek Pertamina maupun yang lain.
Semua SPBU milik keluarga Mega-Taufik sudah berhasil menjual lebih dari 15 ribu liter gabungan premium, pertamax dan solar. Bahkan salah satu di antaranya, yaitu yang berlokasi di kawasan Pluit, Jakarta Barat, mampu menjual 90 ribu liter sehari.
Makanya, mereka sangat diuntungkan dengan keputusan pemerintah menaikkan harga BBM tahun lalu. Padahal, keluarga Taufik Kiemas bukan satu-satunya anggota parlemen yang berjualan minyak. Lalu, untuk apa mereka mau menentang masuknya maskapai migas asing, mulai dari hulu sampai ke hilir..??
Dari semua yang ditulis diatas,saya jadi ingat keterangan Koordinator Jaringan Advokasi Tambang (Jatam), Hendrik Sinaga.
Hendrik mengatakan, tujuh parpol yang terlibat Migas pertambangan itu terdiri atas pihak Sekretariat Gabungan (Setgab), oposisi dan partai pendatang baru.
Selain fungsionaris dan kader parpol, pihak korporasi juga terlibat dengan cara berlindung di balik izin yang didapatkan dari parlemen atau parpol.Korporasi, baik nasional maupun trans nasional, mendapatkan proteksi politik untuk mengeksploitasi sumber daya alam dari tujuh parpol itu.
"Tujuh parpol itu adalah Golkar, Demokrat, NasDem, Gerindra, PKS, PAN, dan PDI-P. Sementara tiga parpol lainnya yaitu PPP, PKB dan Hanura juga terlibat, hanya keterlibatannya belum mendetail," terangnya.
Golkar terlihat dari peran ketua umum partai tersebut yang secara langsung, terlibat dalam praktik politik penjarahan melalui bisnis tambang yang dikelola Bakrie Grup.
Sementara itu, keterlibatan Demokrat dan Gerindra terlihat dari izin tumpang tindih di Kutai Timur. Kasus ini pun berbuntut dengan digugatnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang juga ketua Dewan Pembina Demokrat, Pemda Kutai Timur dan Pemerintah Indonesia ke arbitrase Internasional Centre for Settlement of Investment Disputes (ICSID) di Washington DC, Amerika Serikat.
Kalau Nasdem, terlibat karena Surya Paloh punya saham sepuluh persen di Blok Cepu dan tambang emas di Banyuwangi. Gerindra juga terlibat karena adiknya Prabowo, Hasyim Djoyohadikusumo berbisnis di migas.
Lebih jauh, selain kasus sapi, PKS juga terlibat langsung dalam pemilihan Komisaris PT Newmont. Politisi PKS, Dzulkifli Mansah dipilih menjadi komisaris Newmont.
Sedangkan PAN terlibat karena peran ketua umumnya, Hatta Rajasa, yang telah malang melintang di bisnis migas sebelum menjadi menteri koordinator perekonomian. Keterlibatan PDIP sendiri melalui perizinan tambang yang diloloskan kepala daerah.
Kalau sudah seperti ini,bagaimana tidak seorang Antasari Azhar direkayasa kasusnya, mau membersihkan negara dari para mafia tapi disikat dari segala penjuru. Mafia dan Godfather berkolaborasi saling bahu membahu membungkam Antasari Azhar. [RioC/Muhammad/voa-islam]
Mengupas The Untold Stories, The Indonesian Godfather :
MafiaWar (1): Popularitas Jokowi & Uang Haram Mafia 'ChinaConnection'
MafiaWar (2): Mafia Cina Vs The Godfather, Perang Demi Kekuasaan
MafiaWar (3): James Riady Intelijen Cina Yang Ingin Kuasai RI
Mengupas The Untold Stories, The Indonesian Godfather :
The Godfather(1): Sibak Topeng SBY 'Sang Jenderal Prihatin'
The Godfather(2): Membungkam Lawan dgn isu Korupsi & Terorisme
The Godfather (3): SBY Galau Menjadi Teman Dekat Bunda Puteri?
The Godfather (4): Siapa Bunda Putri & Apa Hubungan Dgn Dinasti SBY ?
The Godfather(5): Perang Para Pemilik Dinasti Kekuasaan Indonesia
The Godfather(6): Bakar Gedung, Habisi Dokumen Century & Hambalang
The Godfather(7) : Istana Presiden Dikendalikan Para Broker?
The Godfather(8) : Antasari Azhar Jilid 2 Tutupi Kasus Hambalang?
The Godfather(9): Jangankan Rakyat, Tuhan Pun Kau Tipu!
The Godfather (10): Konser NOAH 2 Benua 5 Negara Dari Dana Hambalang?
The Godfather (11): Dibalik Layar Mafia Penguasa Tambang RI
The Godfather (12): Waspada Operasi Senyap & Manipulasi Kekuasaan