JAKARTA (voa-islam.com) - Sempat heboh, acara kontes yang mendeskreditkan simbol-simbol Islam di Gramedia Depok akhirnya dinyatakan hoax.
Anggota DPD Fahira Idris ikut mengawal rumor yang sempat ditampik dan dinyatakan hoax oleh Gramedia Depok. Namun bagi Uni Fahira Idrisi ini masih menyisakan tanda tanya. Apa pasalnya?
Dengan cerdas Uni Fahira Idris mengunggah foto Facebook dari sang penulis buku 'Akulah Istri Teroris', karya Abidah El Khalieqy terbitan Solusi Publishing. Ada banyak kejanggalan ditemukan.
Abidah El Khalieqy mengunggah foto Facebook pada 25 Mei 2015 yang sedianya akan menggelar 'Book Talk' pada Ahad, 31 Mei 2015, di Toko Buku Gramedia, Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat.
Fahira Idris yang merupakan pengusaha, aktivis sosial, Wakil Ketua Komite 3 DPD RI ini menyatakan melalui akun twitter @fahiraidris "Launching buku boleh, tapi cara/ide launching bukunya menuai masalah" ia pun melakukan mention @gramediadepok @Gramedia @gramediabooks pada pukul 12.20 wib.
Misteri Launching Buku 'Akulah Istri Teroris', Dibatalkan atau Hoax?
Meski acara launching atau book talk telah dianggap hoax dan tidak diselenggarakan oleh Gramedia Depok, namun menyisakan misteri dan kejanggalan bagi Fahira Idris. Ia menulis dalam akun twitter @FahiraIdris
"Sy apresiasi @gramediadepok yg sdh buat berita resmi bhw acara itu hoax. Hanya misteri bg sy, ini hoax/ dibatalkan?"
Ia kembali mengunggah foto pada akun twitternya.
Jika kita telusuri ternyata telah beredar run down acara bedah buku tersebut.
Seperti dapat dilihat pada gambar diatas, narasumber pada acara tersebut adalah sebagai berikut:
1. Kombes Pol. Ahmad Subarkah (Kapolres Depok)
2. Ir.H. Imam Budi Hartono (Anggota DPRD Jawa Barat)
3. Abidah El Khalieqy (Penulis Novel Akulah Istri Teroris)
Acara heboh ini adalah event promo untuk buku berjudul 'Akulah Istri Teroris' dengan penulis Abidah El Khalieqy terbitan Solusi Publishing yang sedianya akan digelar pada Ahad, 31 Mei 2015, di Toko Buku Gramedia, Jalan Margonda Raya, Depok, Jawa Barat.
Fahira akan memastikan hadir di toko buku Gramedia Depok, "Alhamdulillah.. Pastikan acara ini tidak terjadi di toko buku anda, akan saya cek lokasi anda pada tanggal dan jam tersebut".
Mari tanya Gramedia, yang benar tidak diselenggarakan atau dibatalkan sih?
Latar Belakang Penulis Buku 'Akulah Istri Teroris'
Seperti dilansir Hidayatullah.com, Abidah terdorong menulis novel dengan tema yang mengundang antusiasme masyarakat karena tawaran dan tantangan dari sahabatnya, untuk menulis nasib para istri-istri tertuduh kasus terorisme dalam perspektif kaum perempuan.
Dari pernyataan singkat sahabatnya tersebut, anak keempat dari tujuh bersaudara pasangan suami-istri Abdul Khaliq dan Misnawati ini kemudian tergerak untuk memenuhi permintaan dari kawan lamanya.
Pada awalnya, novelis yang merupakan Alumnus Pondok Pesantren Putri Modern Persis, Bangil, Pasuruan, Jawa Timur itu sempat ragu karena dirinya merasa tidak menguasai persoalan dan isu tentang terorisme, khususnya yang terjadi di Indonesia.
“Jika diprosentasekan, pada saat itu, saya baru mengetahui masalah yang berkecamuk seputar isu tersebut, sekitar 10 persen saja, tidak lebih”, aku penulis Novel Perempuan berkalung Sorban ini.
Lantas, novelis yang kini tinggal di Kota Budaya, Yogyakarta ini melakukan penelitian pustaka terkait dengan kasus terorisme.
Abidah menyelesaikan tulisannya, dia memutuskan untuk melakukan penelitian lapangan ke daerah Poso, Sulawesi Tengah.
Di antara hasil penelitiannya ini, ia mendapatkan kenyataan, bahwa ternyata para terduga kasus terorisme, secara umum dari segi fisiknya, tidaklah pantas untuk disebut atau dicap teroris.
“Kebanyakan dari mereka memiliki perawakan tubuh kecil, penampilannya sederhana dan sikapnya pun santun. Yang pantas dianggap teroris adalah Densus 88, yang memiliki badan besar, bicaranya keras, sikapnya kasar dan terlihat sangar. Pun, demikian halnya dengan para istri mereka. Mereka adalah perempuan santun, lembut dan sangat baik hati.
Sungguh amat sangat salah jika masyarakat mengecam dan mengecek mereka dengan istilah ninja (hanya karena mereka memakai cadar), apalagi penyebutan istri teroris, wanita kejam ataupun ejekan lainnya,” tegasnya.
Dari hasil reportasenya, Abidah menyimpulkan bahwa ada grand design (rancangan besar) dari pihak tertentu di balik peristiwa isu terorisme di Indonesia.
Setidaknya bertujuan untuk memojokkan, dan mengidentikkan Islam sebagai agama teroris, keras, ekstrem dan radikal. Saat ditanya seorang peserta saat sesi tanya jawab, siapakah pihak tersebut, ia pun tidak menyebutnya. “Melalui novel ini, saya ingin melakukan destigmatisasi (menghapus stigma) bahwa Islam itu identik teroris, atau mereka yang bercadar itu istri para teroris,” ujarnya.
Melalui novelnya pula, ia ingin membuka kesadaran semua pihak dan elemen, baik pemerintah, aparat kepolisian, masyarakat, tokoh agama dan masyarakat umum bahwa perempuan istri terduga kasus terorisme adalah makhluk Sang Pencipta yang juga harus dimanusiakan. Sebab mereka adalah seorang wanita, memiliki anak sekaligus anggota masyarakat yang ingin disikapi sebagaimana lainnya. “Mereka semestinya lebih mendapatkan perhatian dan kepedulian dari semua pihak atas kejadian yang mereka alami.
Bukan malah mendapatkan stigma sebaliknya,” keluh penyair kelahiran Jombang tersebut. Dalam novel ini, Abidah mengisahkan kehidupan sehari-hari tokoh utama bernama Ayu. Ia mendapat perlakuan diskriminatif hanya karena suaminya terduga kasus terorisme.
Ayu mendapat pandangan sinis bahkan dikucilkan para tetangganya. Dengan diterbitkannya buku ini, Abidah berharap ada perubahan sikap di masyarakat dalam melihat istri terduga kasus terorisme. “Setiap orang bebas untuk memilih jalan hidupnya, dia mau berpakaian tertutup, bercadar, atau terbuka. Kita tidak boleh men-stigma macam-macam hanya karena dia bercadar,” harapnya. [adivammar/voa-islam.com]
Berita Terkait :
Fahira Idris: Gagalkan Acara Lomba Berbusana Mirip Istri Teroris?, Gramedia Depok Membantah
Gramedia Depok Bikin Ulah, Gelar Acara 'Lomba Berbusana Mirip Istri Teroris', Ayo Gagalkan!