View Full Version
Selasa, 04 Nov 2014

We Need Khilafah, Not Democracy

Sahabat VOA-Islam yang Shalih dan Shalihah...

Pada peringatan Sumpah Pemuda yang lalu, yang digelar di Taman Menteng Jakarta Pusat pada hari Minggu (26/10/14), Organisasi Seperlima mempromosikan pendidikan seks. Acara ini mengambil tema "Beda itu Biasa", yang diikuti juga oleh Rahima, PKBI, Organisasi Pemuda Pamflet, Pusat Penelitian Gender dan Seks Universitas Indonesia, dan juga LSM-LSM lainnya.

Koordinator Pamflet Afra Suci Ramadhan mengatakan bahwa inti dari acara tersebut adalah dalam rangka mempromosikan pentingnya pendidikan seks di kalangan pemuda. Acara ini dikemas dalam bentuk pagelaran musik dan film agar menarik minat para pemuda untuk berkunjung di acara tersebut.

Lebih lanjut, Afra mengatakan bahwa acara ini juga dalam rangka menguatkan pluralisme dan persatuan pemuda Indonesia, dan pendidikan seks adalah jalan yang yang ditempuh untuk mewujudkan semua itu.

Sementara Kartika “Tika” Jahja dari band lokal Tika & The Dissidents yang mengisi acara tersebut, mengatakan bahwa masih banyak dari lagu-lagunya yang menceritakan tentang homophobia, sesuai dengan tema acara tersebut yaitu 'Beda itu Biasa'. Kartika berharap bahwa semua orang khususnya pemuda bisa mengerti dan menerima akan perbedaan, bahwa perbedaan itu adalah hal yang biasa. Termasuk perbedaan orientasi seksual.

Jelas sekali kampanye yang digelar untuk promosi pendidikan seks yang dimaksud adalah mempromosikan dan mempropagandakan homoseksual. Perbedaan orientasi seksual ini masih belum diterima oleh masyarakat, karenanya mereka gencar menyuarakan beda itu biasa agar masyarakat, terutama kaum muda bisa menerima perbedaan itu.

 

Demokrasi Biang Keladi

Demokrasi yang diterapkan di negeri yang mayoritas muslim ini memang memberikan ruang kebebasan yang luas kepada siapapun. Demokrasi yang di dalamnya dikenal empat macam kebebasan, yaitu kebebasan beragama, kebebasan berperilaku, kebebasan berekonomi dan kebebasan berpendapat, menjamin berlangsungnya keempat macam kebebasan tersebut. Negara demokrasi tidak boleh membatasi kebebasan tersebut. Demikianlah, dalam alam demokrasi siapapun boleh berperilaku apapun, termasuk penyimpangan seks. Parahnya, hal ini melanda kaum muda, dimana mereka adalah aset bangsa yang akan melanjutkan kepemimpinan bangsa ini di masa yang akan datang.

Bagaimana nasib bangsa ini ke depan, jika pemuda saat ini berperilaku menyimpang jauh dari arahan Sang Pencipta? Bisa dibayangkan kehancuran generasi akan nyata mengingat penyimpanhan seks yang saat ini secara massif dipropagandakan lewat media-media; cetak, elektronik, dan event-event seperti pagelaran musik, seni dan film.

 

Kami Butuh Khilafah, Bukan Demokrasi

Meski banyak kaum muda di negeri ini yang berfaham liberal, namun tidak sedikit juga yang tercerahkan dengan Ideologi Islam. Mereka adalah para pemuda yang siap mengawal dan mengantarkan negeri ini menuju kebangkitan hakiki dengan ideologi Islam. Kepribadian pemuda Islam adalah kepribadian yang istimewa yang terpancar dari integritas pola pikir yang cemerlang dan pola sikap yang benar sesuai arahan Sang Pencipta. Gerak mereka sesuai rel yang telah digariskan Islam. Mereka menjadi garda terdepan dalam perjuangan penegakkan Islam dalam bingkai negara Khilafah. Mereka tidak takut terhadap celaan orang-orang yang mencela, cacian orang-orang yang mencaci. Mereka terdepan dalam mempersembahkan yang terbaik bagi Diin ini. Mereka menjadi yang terdepan dalam mengoreksi kebijakan-kebijakan penguasa yang dzalim. Meski tidak sedikit ujian, hambatan yang datang, mereka tidak gentar, tetap berdiri kokoh mendakwahkan Islam ke tengah-tengah masyarakat demi perubahan yang lebih baik, yaitu perubahan sistem.

Pemuda Islam menyadari bahwa di pundak mereka lah tanggung jawab mengemban dakwah Islam itu ada. Mereka terus menciptakan arus perubahan demi tegaknya Syariah Islam dalam negara. Inilah yang diperjuangkan oleh pemuda Islam Indonesia dalam acara puncak Indonesia Congress Of Muslim Students (ICMS) 2014 yang diselenggarakan oleh Hizbut Tahrir Indonesia yang bertempat di Monumen Nasional pada tanggal 2 November 2014. Acara ICMS ini diselenggarakan juga di 73 kota di Indonesia. Acara yang mengambil tema "We Need Khilafah, Not Democracy" ini merupakan bentuk kepedulian dan kecintaan mahasiswa Islam Indonesia terhadap kondisi bangsa yang carut marut ini.

Acara ICMS ini dihadiri oleh mahasiswa dari berbagai gerakan, dari berbagai kampus, dari berbagai daerah di Indonesia. Mereka bersatu menyuarakan hal yang sama bahwa solusi tuntas bagi setiap persoalan kehidupan ini adalah dengan diterapkannya Syariah Islam dalam bingkai Negara Khilafah Islamiyah. Sesuai tema acara ICMS yaitu 'Kami Butuh Khilafah, Bukan Demokrasi (We Need Khilafah, Not Democracy)'. Pemuda Ialam menyadari bahwa demokrasi adalah pangkal segala kerusakan negeri ini. Demokrasi adalah biang keladi segala kemaksyiatan yang ada. Perzinahan, perjudian, aborsi, kebodohan, kemiskinan, penjarahan SDA oleh asing, dan lain-lain. Maka dari itu, mereka menyerukan untuk mencampakkan demokrasi dan menegakkan Khilafah.Wa Allahu 'alam.

Penulis: Lilis Holisah, Pendidik Generasi di HSG SD Khoiru Ummah Ma'had al-Abqary Serang - Banten


latestnews

View Full Version