View Full Version
Ahad, 27 Mar 2016

Bagi Warga Jakarta, Mengapa Jangan Pilih Mu'allaf Sebagai Pemimpin?

SUARA PEMBACA:

Demi mendapatkan sebuah kemenangan, seseorang rela melalukan apa saja untuk menggapainya. Dan salah satunya adalah dengan cara merubah status agamanya. Dan permainan politik modern saat ini, agama kembali menjadi incaran untuk modal kemenangan dan dukungan.

Bukan hal yang mustahil mendadak seseorang yang ingin mencalonkan dirinya sebagai pemimpin rakyat, kemudian status agamanya dialihkan guna mencari dukungan yang kuat. Apalagi mencalonkan diri dalam mayoritas muslim.
 
Memang benar bahwa seseorang yang masuk Islam telah mendapatkan hidayahNya (Allah), tapi dari sisi lain ada keanehan yaitu secara tiba-tiba orang tersebut masuk Islam. Bukankah itu merupakan trik politiknya dalam merangkul dukungan. Kita tidak berbicara soal hakikatnya, tapi kita berbicara soal perbuatan (fi'li) seseorang yang masuk Islam dalam situasi politik yang semakin memanas dan tidak stabil.
 
----
 
Nah, saya menyarankan bagi warga Jakarta (mayoritas muslim) untuk lebih berhati-hati dalam hal ini. Jangan mudah terkecoh dengan status terbarunya sebagai orang yang sudah masuk Islam (mu'allaf), untuk masa modern ini tidak bisa diterima mentah-mentah begitu saja. Sekalipun mu'allaf tersebut lebih cerdas dari kita. Tapi dalam keadaan politik yang tidak stabil ini, jangan memilih mu'allaf sebagai Pemimpin kita.
 
----
 
Intinya, Jangankan memilih orang non-muslim sebagai Pemimpin kita mayoritas muslim (yang sudah ada dalil pelarangannya), memilih mu'allaf saja sebagai Pemimpin kita untuk masa sekarang ini sebaiknya jangan.
 
---
 
 
Kiriman Muksalmina, Mta
(Pengamat Hukum dan Politik Islam di Aceh)
 
Hp. 081360830961
Fb : Muksalmina Mta
Twitter : @Muksal_Mta

latestnews

View Full Version