Oleh: Lia Haryati, S.Pd.i
(Ibu Rumah Tangga & Aktivis Muslimah Ideologis)
Al-Quran Imam kami,
Al-Quran pedoman kami,
Al-Quran petunjuk kami,
Al-Quran satukan kami.
Aksi bela Islam 3x
Allah Allahu Akbar..."
Semangat yang menggema saat aksi jutaan umat Islam di Monas menguncang bumi pertiwi dengan mars Aksi Bela Islam. Pada hari Jum'at 03 Rabi'ul Awal 1438 H tepatnya tanggal 02 Desember 2016 M satu tahun yang lau. Pada Aksi Bela Islam ini, seluruh jutaan umat Islam bersatu padu menjadi satu dengan tertib membentuk ratusan shaf lebih di Monas dan sekitar kota Jakarta.
Mereka mengumandangkan pekik suara takbir serempak, khusu' dalam doa, tergetar ketika shalawat seolah hadir sosok yang dirindukan Umat yaitu baginda Rosululloh SAW sebagai pemimpin seluruh Umat dan mengema suara muadzin yang merdu, serta melaksanakan sholat Jumat berjamaah. Adakah tujuan yang kita gapai? Tentu saja, ya ada dan masih sama dihati ini, MEMBELA ALQURAN, aa ULAMA dan MENUNTUT KEADILAN HUKUM bagi penghinanya, Bapak Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok.
Kembali mengingatkan kita aksi bela Islam terjadi bukan karena Bapak Ahok adalah etnis atau agama non-muslim semata, melainkan karena perkataan beliau yang berani menghina kitab suci Al-Qur'an dan berani menghina Ulama. Peryataan beliau tersebut menjadi pelajaran bagi kita, termasuk bapak Ahok, yang ucapannya di Kepulauan Seribu memicu amarah umat Islam dan menyeretnya sebagai tersangka penistaan Al-Qur’an.
Usai Aksi damai 04 November, tersangka kasus penistaan agama, Basuki Tjahja Purnama (Ahok), enggan berkomentar banyak terkait wawancara eksklusif dengan ABC 7.30 . Kepada media asing tersebut, Ahok menuduh pengkritiknya korupsi dan mengatakan aksi damai 4/11 merupakan Muslim garis keras, bermuatan politik, dan merupakan aksi bayaran, jakarta utara, jum'at (Republika.co.id/18-11-2016).
Ahok kembali mengatakan perkataan yang mengores umat Islam bahwa peserta aksi bela Islam adalah peserta bayaran 500rb. Tak sampai disitu, aksi ini juga dipicu oleh lambatnya proses hukum negeri ini dan adanya indikasi bahwa hukum di negeri ini telah cacat hanya “tajam ke bawah, tumpul ke atas”.
Penampakan yang sama menjelang reuni 212, berbagai spekulasi, optimisme, pesimisme dan pragmatisme bermunculan, diminta untuk kembali pulang, dihadang, diminta putar arah dan masih banyak kejadian yang memicu semangat bersatunya seluruh umat dalam satu tujuan. Dan menggambarkan suasana sikap dan pandangan beragam dari berbagai kalangan dan penguasa. Ada peryataan ini dugaan adanya upaya makar, adanya tudingan untuk kepentingan politik, hingga ujaran ini terjadi karna revolusi sosial.
Kapolri dibeberapa daerah Indonesia mencegah dan hendak memulangkan sebagian dari para peserta aksi yang akan berangkat dan bersatu padu di Jakarta atau bahkan membatalkan tempat dengan alasan tidak ada surat Izin atau karna oknum tertentu. Tapi ghirah Islam menghalangi langkah umat Islam untuk reuni 212 di Jakarta.
Aksi bela Islam ini memperlihatkan kepada kita umat manusia akan pentingnya persatuan umat yang dibangun dengan kesadaran dan dalam satu keyakinan yaitu (Aqidah Islam). Aksi 212 tahun lalu menjadi pemicu semangat para Alumnie dan peserta kembali bersatu dengan motivasi dan tuntutan yang sama yaitu reuni 212 tanggal 02 desember 2017 M di Monas. Untuk kembali berkumpul dengan massa besar dari berbagai daerah dan menulis kembali dalam sejarah Umat Islam di Indonesia. Dengan latar belakang Madzhab yang berbeda tidak “menghiraukan” para alumnie dan peserta.
Reuni aksi ini mengajarkan saya pribadi untuk rela berkorban. Peserta yang hadir dari berbagai daerah baik yang paling dekat maupun terjauh berdatangan dengan ongkos masing-masing tanpa bayaran perkelomppk atau perorangan. Jamaah Bogor yang rela berjalan kaki bahkan jamaah Ciamis yang jaraknya ratusan kilometer dari jakarta pun turut dalam reuni 212, mereka semua longmarch ke jakarta berbekal Aqidah.
Di antara mereka adapula yang cacat kaki walau dengan tongkat, kursi roda dan berusia renta tidak menyurutkan semangat mereka dalam reuni 212 di Jakarta. Sumbangan dari para dermawan pun berdatangan, baik dalam bentuk makanan-minuman dan lainnya. Sungguh penampakan sikap rela berkorban yang luar biasa. Ini adalah bentuk dari kesadaran umat Islam.
Dan semoga reuni aksi bela Islam 212 ini menjadi wasilah kebangkitan Islam ke II. Hingga kenapakan pada kehidupan umat manusia akan penerapan Islam Kafaah terwujud. Aamiin ya robbal'alamiin. [syahid/voa-islam.com]