Sahabat VOA-Islam...
Baru-baru ini terjadi suatu peristiwa yang sangat menohok dada yaitu peristiwa penembakan yang menewaskan seorang dokter wanita bernama Letty, ternyata pelakunya merupakan suaminya sendiri yang juga memiliki kesamaan profesi yakni dokter RH.
Penembakan terjadi di Klinik Azzahrah Cawang Jakarta Timur sekitar jam 14.00 WIB Kamis, 9 November 2017. Hasil pemeriksaan polisi bahwa pelaku dr. RH melakukan tindakan tersebut dalam keadaan depresi dan pelaku kerap memakai obat penenang kalau dalam menghadapi masalah kehidupannya.
Lantas terpikir setega itukah suami terhadap istrinya, setega itukah seorang yang memiliki pendidikan tinggi yang seharusnya menjadi contoh seorang yang ilmunya tinggi menjadi panutan bagi masyarakat sekitarnya.
Pandangan hidup seseorang sangat berpengaruh pada bagaimana orang tersebut menjalani kehidupannya. Pandangan hidup yang materialistis hanya akan melihat bahwa tolak ukur keberhasilan dan kesuksesan hidup bersifat materi, sehingga jika kebutuhan itu tidak terpenuhi akan timbul kegelisahan yang sangat hingga depresi. Makna kebahagiaan pun ikut berpengaruh dalam hal ini.
Ketika memaknai kebahagiaan dengan kebahagiaan semu, bisa dari kepuasan fisik semata, maka akan rentan mengalami kegelisahan. Sehingga harus kita cari apa makna kebahagiaan hakiki. Kegelisahan juga bisa timbul akibat tidak terpenuhinya naluri yang ada dalam diri. Bisa jadi itu naluri mempertahankan diri, naluri kasih sayang atau naluri beragama.
Ada kecenderungan orang-orang yang mengalami depresi mencari solusi yang bersifat sesaat dan justru menimbulkan kemudharatan seperti misalnya menyalurkan kegelisahannnya ke dunia hiburan, obat-obatan (narkoba, obat penenang) sehingga melahirkan perilaku yang sadis yang tidak manusiawi tanpa sadar.
Sebagai seorang yang beragama, apalagi muslim, seharusnya menyalurkan kegelisahan dengan mengalihkannyapada kegiatan ritual seperti kajian – kajian islam, dzikir, dan sebagainya. Dengan ilmu islam, akan didapatkan makna kebahagiaan hakiki yaitu mendapat ridho Allah swt. sehingga apapun yang terjadi pada diri kita akan menambah kedekatan kita dengan Allah. Karena yakin Allah akan memberikan cobaan pada kita sesuai dengan kemampuan kita. Ketika dirasa cobaan begitu besar dan berat maka Allah lah tempat mengadu dan tempat kembali.
Allah yang memberikan cobaan, Allah juga yang memberikan solusinya. Selain juga dibantu dengan komunikasi yang baik. Walau secara personal ini mungkin bisa membantu, tetapi secara umum cara ini tidak menyelesaikan masalah, karena sumber masalah yang menimbulkan depresi tidak hanya masalah individu saja. Depresi bisa diakibatkankan juga dari ekonomi (Kemiskinan, pengangguran, dan sebagainya).
Obat untuk depresi menghadapi kesulitan hidup saat ini harus kembali kepada Islam, semakin mendekat kepada Allah swt, yakni memupuk keimanan dan ketakwaan. Baik secara individu dengan mengkaji Islam lebih dalam. Ditambah dengan mengkondisikan masyarakat agar terwarnai dengan Islam sehingga saling menjaga dan mengingatkan satu sama lain.
Dan juga institusi negara yang akan menerapkan Islam secara kaffah, yang menjamin keimanan dan ketakwaan rakyatnya, menjamin pula terpenuhinya kebutuhan pokok (sandang, pangan, papan) bagi seluruh rakyatnya. Inysa Allah stress dan depresi bisa diminimalisir dan Allah pun ridho terhadap kita dengan menerapkan Islam kaffah. Wallahu’alam bish shawab. [syahid/voa-islam.com]
Kiriman Tuti, Bandung