View Full Version
Rabu, 31 Oct 2018

Aksi Bela Tauhid, Ekspresi Cinta dan Peduli

Oleh: DR. Tuti Rahmayani

Insiden pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid di Garut, sontak membuat umat Islam di negeri muslim terbesar ini bereaksi. Wajar, masing-masing agama memiliki simbol agama.

Nasrani memiliki salib, Islam pun demikian. Umat Nasrani bebas mau memakai simbol salib sebagai kalung, pajangan, lukisan dsb, itu bagian dari ekspresi keimanan mereka. Pun juga umat Islam, lafadz Allah SWT dan nabi Muhammad saw dalam tulisan arab, ayat-ayat Al-Quran, ka'bah dsb merupakan simbol dalam ajaran Islam.

Umat Islam berhak dan bebas menggunakan sebagai pajangan, kaligrafi di dinding atau masjid, pin, bendera, topi, gantungan kunci, stiker, gambar profil, status di media sosial dsb.

Bila simbol agama diperlakukan tidak semestinya, misal dibuang, dicoret-coret, dibakar dengan konteks kebencian, maka jelas ini akan menyakiti pemilik iman atas agama tersebut. Misal gambar salib dicoret atau dibuang ke tempat sampah atau dibakar, pastinya umat Nasrani akan marah. Karena hal demikian termasuk bentuk penistaan dan pelecehan terhadap agama mereka.

Tak heran, bila saat ini umat Islam menampakkan ekspersi kemarahan terhadap insiden pembakaran bendera tauhid di Garut oleh oknum berseragam dari ormas tertentu. Umat mengungkapkan ekspresi pembelaan kalimat tauhid dengan menggelar aksi bela tauhid di berbagai daerah di seluruh Imdonesia.

Mulai di Pekan Baru, Jakarta, Malang, Pamekasan dan kota besar lainnya. Dan akan berlanjut dengan aksi serupa di waktu yang akan datang. Walau marah, umat tidak melakukan kekerasan atau tindakan anarkis selama aksi bela tauhid yang dihadiri ribuan massa. Mereka pun juga menyerahkan kasus ini ke pihak berwajib.

Pemberian sanksi tegas harus diberlakukan agar tidak terjadi kasus penistaan berulang. Dan hal tersebut juga berpotensi membuat polemik di tengah-tengah umat. Pemberian sanksi juga hendaknya dilakukan di depan publik agar mampu memberi efek jera bagi masyarakat.

 

Aksi, Upaya Menghentikan Kezaliman

Bermunculannya aksi bela tauhid adalah bentuk ekspresi kecintaan, kepedulian dan kesabaran umat Islam. Kecintaan terhadap kalimat tauhid sebab itu wujud keimanan dan aqidah mereka.

Aksi nyata bela tauhid adalah upaya menampakkan ketidakrelaan terhadap upaya penistaan yang dilakukan oleh oknum tertentu. Dan bahwa umat tidak tidur ketika agama Islam dihina dan dizalimi. Aksi ininpun sebagai bentuk amar makruf nahi mungkar untuk menghentikan kezaliman yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Dan ini adalah hal yang penting dilakukan.

Allah SWT berfirman:

“Dan peliharalah diri kalian dari fitnah yang tidak hanya menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kalian, dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” (QS. Al-Anfaal [8]: 25).

Imam Ibn Katsir menyatakan bahwa ayat ini merupakan peringatan dari Allah ta’ala kepada hamba-hamba-Nya yang beriman tentang fitnah yaitu ujian dan bencana, yang tidak hanya dikhususkan bagi ahli maksiat dan pelaku dosa saja, namun berlaku umum, terhadap orang yang melakukan kemaksiatan ataupun tidak.

Hal ini terjadi karena orang-orang yang tidak melakukan perbuatan dosa tadi tidak berupaya mencegah dan menghentikan kemaksiatan para ahli maksiat.

Dalam hadist, Rosul saw bersabda: "Tidak, demi Allah, kalian harus menghentikan orang yang zalim, kalian harus membelokkan mereka (dari kezaliman) dan kalian harus menahan mereka dalam kebaikan atau Allah akan mengunci hati sebagian yang lainnya dan Allah akan melaknat kalian sebagaimana telah melaknat Bani Israil.

Inilah kesabaran hakiki dalam menghadapi kezaliman, yakni dengan menghentikannya tanpa rasa takut terhadap cacian orang yang suka mencaci.

Kesabaran saat melakukan amar makruf nahi mungkar dan tidak lemah meski dihadapkan pada berbagai penindasan di jalan Allah SWT. Bukam dengan diam seribu bahasa. [syahid/voa-islam.com]]


latestnews

View Full Version