View Full Version
Kamis, 06 Dec 2018

Pengalaman Saya di London Tahun 2016 Saat Aksi 212 Terjadi

Hari sabtu dan minggu, begitu banyak video dan foto-foto yang dikirm oleh teman-teman di Jakarta melalui Whatsapp group, plus artikel-artikel tentang kenapa ada gerakan 212, video-video Ahok yang marah-marah sama seorang dan lain sebagainya.

Sayang sekali saya tidak terpikir untuk mendokumentasikan apa yang terjadi hari Senin pagi di kantor. Tidak pernah terpikir saat itu kalau 2 tahun kemudian saya akan masuk ke dalam grup WA seperti ini.

Hari Senin seperti biasa, saya datang pertama di kantor jam 8 kurang saya tiba di kantor. Teman-teman mulai berdatangan sekitar jam 9 pagi, saya sudah tenggelam dalam kesibukan pekerjaan.

Seorang kawan asal Pakistan kemudian menghampiri saya, dia mulai pembicaraan sebagai berikut:

“Hey I heard some gathering last friday in your country?”

Terkejut saya, karena saya pikir dia tidak mungkin tau, tentunya reaksi awal saya normal

“How did you know?”

“oh we’ve read on Pakistani’s website” (maksudnya situs berita online pakistan), antusias dia memperlihatkan situs tersebut, saya lupa exactly situsnya tapi saya ingat foto Monas dan lautan manusia jelas di situ.

Karena antusias, saya mulai membuka library foto-foto yang dikirim oleh teman-teman di Jakarta, sambil menerangkan alasan gerakan tersebut. Setiap dia melihat foto-foto tersebut dia terkagum-kagum.

Kemudian dia bertanya :

“Is this happening every Jumu’ah?”

Saya jawab tidak, karena ini ada special case, lalu saya tunjukkan video Ahok marah-marah sama ibu “ibu maling!”, saya berusaha menerangkan apa yang terjadi pada video itu, kemudian saya tunjukkan juga video saat dia menyebut Al-Maidah 51.

Terlihat raut wajahnya berubah, dan komentar;

“wow, you guys are too nice to him”

Lalu dia menunjukkan berita tentang Mumtaz Qadri, link berikut :

https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2016/02/160229_dunia_pakistan_eksekusi_pembunuh

Saat itu saya tidak bisa berkomentar apa-apa, tapi saya hanya bisa bersyukur, kami di Indonesia damai tentram, tidak ada bentrokan fisik, tidak ada kerusuhan.

Bahwa sikap toleransi umat muslim sangat tinggi, sangat baik, betapa Islam yang damai bisa dibuktikan di Indonesia, ketika agama kita dihina oleh non muslim pun kita tidak menghakimi sendiri.

*Kisah ini diceritakan oleh saudara kita Rasyid dari London


[fq/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version