View Full Version
Selasa, 25 Dec 2018

Anak Krakatau Berontak, Pantai Anyer dan Pandeglang Luluh Lantak

Oleh: Hana Rahmawati 

Masih jelas dalam ingatan kita, bagaimana dahsyatnya bencana alam di Lombok juga Palu dan Donggala. Bencana datang tanpa permisi terlebih dahulu. Kini alam kembali bergejolak. Menumpahkan segala sesak serta menyisakan isak tangis jiwa yang terkoyak.

Sabtu, 22/12/2018 sekitar pukul 21.27 WIB tsunami menerjang Pantai Anyer dan Lampung Selatan. Tsunami setinggi 2-3 meter di Selat Sunda ini diduga terjadi karena erupsi Gunung Anak Krakatau. Aktivitas Gunung Anak Krakatau terus menggeliat akhir-akhir ini. Sudah lebih dari 400 letusan kecil terjadi dalam beberapa bulan terakhir.

"Letusan besar terjadi pukul 18.00 WIB dan terus berlanjut hingga pagi ini. Bahkan letusannya terdengar hingga pulau sebesi yang berjarak lebih dari 10 KM arah timur laut," ujar Dr. Mirzam Abdurahman, volkanolog dari ITB, Minggu (23/12/2018).

Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, ada tiga kabupaten yang terdampak tsunami. Kabupaten terparah ada di Pandeglang.

"Ada tiga kabupaten yang terdampak yaitu Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Lampung Selatan dan Kabupaten Serang. Daerah terdampak paling parah ada di Palembang," ujar Sutopo dikutip Kompas.com, Minggu 23/12/2018.

Tidak hanya menghancurkan bangunan-bangunan di pinggir laut, tsunami juga menelan ratusan korban jiwa. Data terbaru yang dirilis Humas BNPB menyebutkan bahwa jumlah korban akibat tsunami di Selat Sunda akan terus bertambah, mengingat masih dilakukan pencarian para korban.

Sampai senin pagi pukul 07.20 data korban meninggal tercatat sebanyak 229 orang. "Total korban jiwa 229 orang meninggal dunia," ujar Sutopo kepada detikcom, Senin (24/12/2018).

Selain korban tewas, Sutopo juga mengatakan ada sekitar 480 hilang, 720 orang luka-luka dan 4.411 orang mengungsi. Selain itu, ada 528 unit rumah rusak berat, 1 unit rumah hilang tersapu ombak, 82 unit rumah rusak ringan dan 1 unit dermaga rusak berat.

Dalam konteks akidah Islam, bencana alam tidak terjadi karena kebetulan. Gempa, tsunami juga angin beliung bisa terjadi karena disebabkan ulah manusia. Tatkala manusia menjauh dari aturan Allah, maka Allah jadikan bencana sebagai bentuk teguran. Bisa jadi bencana tersebut sedang menguji keimanan seseorang.

"Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)." (QS. Ar-Ruum: 41).

Abu 'Aliyah seorang ulama berkata, "Barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah di muka bumi, maka sungguh ia telah membuat kerusakan di dalamnya. Sebab kebaikan bumi dan langit tergantung kepada ketaatan manusia terhadap Sang Penciptanya."

Hendaknya berbagai peristiwa alam yang berulangkali melanda, kita jadikan introspeksi diri. Di dalam Alquran surat al-A'raf ayat 96-97, Allah menjelaskan bahwa ketakwaan dan keimananlah yang mengundang datangnya keberkahan Allah.

"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi. Tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan. Maka, apakah penduduk negeri itu merasa aman dari siksaan Kami yang datang malam hari ketika mereka sedang tidur?" 

Jelaslah bahwa maksiat menyebabkan datangnya teguran dan kemurkaan. Allah kirimkan itu semua agar manusia menyadarinya dan kembali kepada ampunan. Untuk itulah seharusnya manusia sigap dalam menangkap pesan dalam setiap bencana, menyegerakan diri bertaubat menuju ampunan seluas jagat.

Rasulullah pernah menggambarkan tentang penyebab datangnya bencana.

“Apabila kekuasaan dianggap keuntungan, amanat dianggap ghanimah (rampasan), membayar zakat dianggap merugikan, belajar bukan karena agama (untuk meraih tujuan duniawi semata), suami tunduk pada istrinya, durhaka terhadap ibu, menaati kawan yang menyimpang dari kebenaran, membenci ayah, bersuara keras (menjerit jerit) di masjid, orang fasiq menjadi pemimpin suatu bangsa, pemimpin diangkat dari golongan yang rendah akhiaknya, orang dihormati karena takut pada kejahatannya, para biduan dan musik (hiburan berbau maksiat) banyak digemari, minum keras/narkoba semakin meluas, umat akhir zaman ini sewenang-wenang mengutuk generasi pertama kaum Muslimin (termasuk para sahabat Nabi saw, tabi’in dan para imam muktabar). Maka hendaklah mereka waspada karena pada saat itu akan terjadi hawa panas, gempa,longsor dan kemusnahan. Kemudian diikuti oleh tanda-tanda (kiamat) yang lain seperti untaian permata yang berjatuhan karena terputus talinya (semua tanda kiamat terjadi).” (HR. Tirmidzi).

Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bersabda, “Jika amanat disia-siakan, maka tunggulah saatnya (kehancuran) . Abu Hurairah bertanya; “ Bagaimana amanat itu disia-siakan wahai Rasulullah? , Beliau menjawab, ”Jika suatu urusan diserahkan pada orang yang bukan ahlinya (tidak memenuhi syarat)” . ( H R. Bukhari).

Cukuplah peringatan Rasulullah di atas untuk kita renungi. Kembali dan bertaubat haruslah disegerakan sebelum terlambat. Meskipun nanti karena bencana kita kan lumat, namun ampunan Allah telah kita dapat. Wallahu'alam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version