View Full Version
Kamis, 10 Jan 2019

Operasi Penyelematan

Oleh: M Rizal Fadillah

Dengan batal penyampaian visi dan misi dilanjutkan daftar pertanyaan yang "dibocorkan" pada kandidat, maka ini sinyal salah satu pasangan ada yang gelisah.

Sebagai analisa luar tentu tak menjamin kebenaran kondisi dalam, mungkin saja bukan gelisah tapi tidur. Namanya juga analisa, dibuat berdasarkan sinyal sinyal tadi. Ya sah sah saja.

Pasangan Prabowo Sandi tidak ada mengajukan opsi apapun bagi penyampaian visi dan misi kandidat. Siap menyampaikan sendiri. Demikian juga kesiapan untuk berdebat dengan pertanyaan rahasia dan dadakan. Keduanya baik Capres maupun Cawapres nampak oke oke saja. Dari profil keduanya, soal penyampaian visi misi maupun menjawab pertanyaan hal yang biasa, tak ada masalah. Hal ini bisa dilihat dari rekam jejak.

Sebaliknya KPU nampaknya "sangat memperhatikan" ketidaksiapan pasangan Jokowi Ma'ruf. Khawatir "babak belur" terjadi di arena, maka mesti diambil langkah yang menyelamatkan. Akhirnya kebijakan pun dikeluarkan. KPU menuai kritik. Pasangan Jokowi Ma'ruf bernafas agak lega. Tapi hal itu sementara juga.

Di samping debat mesti terjadi, maka operasi "penyelamatan" ini secara tak langsung merugikan pasangan Jokowi Ma'ruf. Tembakan sekarang justru mengarah padanya. Ini yang juga turut menggelisahkan.

Jokowi bukan figur yang bagus dalam menjawab pertanyaan wartawan. Gagap kelihatannya. Sementara itu tandemnya, Kyai Ma'ruf belum menjamin lincah menjelaskan. Berbeda dulu sewaktu Jusuf Kala yang cukup menguasai tata kelola negara. Persoalan keagamaan mungkin sang Kyai mampu. Itu asal bukan hanya berorientasi pada "Islam Nusantara" sebab akan dianggap pandangannya sektarian.

Jadi wajar jika agak gelisah menghadapi sesi debat yang lima kali diagendakan. Agak tertolong oleh pertanyaan yang sudah diketahui dan akan disiapkan jawaban Tim. Namun itu pun bukan berarti clear. Pertama menghafal jawaban itu tak mudah, kedua dokumen "kunci jawaban" harus tersimpan apik. Jika terlalu mencolok maka akan jadi bahan tertawaan publik. Apalagi sampai jatuh berceceran.

Operasi "penyelamatan" yang sejauh ini lancar dan sukses membuat kegelisahan baru. Masyarakat akan lebih mencermati efek "penyelamatan" tersebut. Salah sikap, salah jawab, atau kejanggalan yang terjadi akan dikomentari dengan tajam nanti.

Konsekuensi dari gaya kepemimpinan yang biasa diskenario, diatur atur, dan dibuat-buat. Masyarakat melihat sebuah model kepemimpinan buruk telah terbentuk, yaitu model kepemimpinan buatan, "artificial leader".

Akhirnya, memang rakyat harus jujur bahwa yang lebih baik, lebih pantas, dan lebih membanggakan itulah sebenarnya Presiden dan Wakil Presiden pilihan kita. Ia adalah juru bicara rakyat dan bangsa Indonesia untuk berbagai forum, termasuk forum internasional.

Bukan yang segala sesuatu mesti dibantu, difasilitasi atau ada pemeran pengganti. Ini bukan panggung pertunjukkan, tapi medan perjuangan untuk membangun kedaulatan dan menyejahterakan seluruh rakyat Indonesia. Juga menegakkan keadilan. Bukan yang hanya bisa berteriak "Merdeka!". [syahid/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version