View Full Version
Ahad, 01 Sep 2019

Renungan: Hijrah Masa Kini

MOMENTUM tahun baru Islam 1441 Hijriyah merupakan tonggak perbaikan diri, masyarakat dan negara. Melakukan renungan (muhasabah) tentang apa yang terjadi didunia Islam saat ini.  Tak dapat dipungkiri bahwa saat ini negeri-negeri muslim sedang menghadapi berbagai permasalahan yang kian runcing. Akidah umat kian lemah dengan maraknya korupsi, perzinaan, penyalah gunaan narkoba, miras.

Kualitas pendidikan menurun dengan banyaknya tawuran antar pelajar, banyaknya oknum guru yang tersandung kasus kriminal bahkan pelecehan seksual. Biaya hidup kian mahal dengan mahalnya biaya rumah sakit, bahan pokok, pendidikan. Perdamaian dunia juga terkoyak dengan terjadinya berbagai tindakan penindasan kepada kaum muslimin hampir diseluruh dunia. Palestina juga belum terbebas dari kejahatan Israel. Umat Islam juga masih terpecah belah.

Berbagai permasalahan tersebut terjadi akibat lemahnya umat Islam karena telah mengabaikan aturan Allah. Mendustakan ayat-ayat Allah. Memilah-milih syariat Allah hanya mengambil yang dirasa bermanfaat, namun tidak mau seluruh kehidupan ini diatur oleh sang Maha Pengatur yakni Allah Al-Mudabbir. Hal itulah yang menyebabkan problematika umat Islam saat ini sangatlah kompleks. Lalu kapan permasalahan ini akan berakhir? 

Permasalahan tersebut harus segera diakhiri. Tak bisa ditunda lagi. Agar kondisi umat Islam diseluruh dunia kembali dalam kedamaian dan keberkahan. Maka umat Islam harus dicetak menjadi hamba-hamba yang bertakwa agar mendapatkan berkah bukan menjadi hamba-hamba yang mendustakan ayat-ayat Allah sehingga mendatangkan murka seperti yang terjadi dimasa kini.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman :

"Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." (QS. Al-A'raf 7: Ayat 96).

Ya. Untuk mengembalikan umat Islam dalam takwa maka umat Islam harus melakukan perubahan. Umat Islam harus berhijrah. Bukan berpindah dari tempat atau negara yang mengalami penindasan ke negara yang lebih tenang. Bukan pula pindah dari umat Islam yang minoritas kepada negeri umat Islam yang menjadi mayoritas. Karena pada dasarnya seluruh negeri-negeri muslim ( negara mayoritas penduduk beragama Islam ) juga mengalami berbagai problematika kehidupan yang serius. Yaitu tidak menerapkan aturan Allah dalam kehidupan dan bernegara. Maka hijrah umat Islam harus mencontoh hijrah yang dilakukan oleh Rasulullah.

Sebelum itu, umat Islam harus paham tentang makna dan esensi yang terkandung dalam hijrah Rasulullah. Bahwa hijrah beliau tidak cukup dengan pindahnya beliau dari Makkah ke Madinah? Bahwa hijrah beliau bukan berhenti pada masuknya beberapa kaum kafir kepada Islam.

 

Karena sebagai umat Islam kita pasti tahu. Bahwa Rasulullah hijrah dari Makkah ke Madinah tidak bersamaan dengan para sahabat. Namun sahabat dan kaum muslimin lebih dulu hijrah ke Madinah. Kecuali sahabat Abu Bakar Ashiddiq dan Ali bin Abi Thalib. Jika makna hijrah hanyalah cukup berpindah tempat. Tidaklah perlu Rasulullah menunggu datangnya wahyu perintah beliau untuk hijrah. Bukankah bisa saja Rasulullah ikut hijrah bersama sahabat dan kaum muslimin yang lebih dulu berhijrah?

Jika hijrahpun hanya berhenti pada masuknya kaum kafir ke dalam Islam. Tentulah Rasulullah dan kaum muslimin sudah melakukan hijrah sejak mereka memeluk Islam. Jika hijrah adalah sekedar mencari tempat yang lebih aman. Pastilah Rasulullah akan hijrah sejak awal dakwah Islam mendapat pertentangan dari kaum kafir Quraisy.

Namun Rasulullah menunggu datangnya waktu yang tepat dengan turunnya Wahyu perintah berhijrah. Dan menanti kesiapan Madinah untuk manyerahkan kepemimpinan kepada beliau. Semua itu karena dalam hijrah ada sebuah misi yang harus diemban. Dalam hijrah, ada sebuah aturan yang harus diterapkan. Ya. Makna hijrah, esensi hijrah Rasulullah adalah untuk menerapkan seluruh aturan Islam secara kaffah. Dan hal tersebut dapat dilaksanakan setelah adanya penyerahan kekuasaan penduduk Madinah kepada Rasulullah untuk menjadi pemimpin seluruh umat Islam.

Ketika sudah berhijrah ke Madinah, barulah umat Islam memiliki Daulah Islamiyyah (Negara Islam). Kemudian mereka memiliki Pusat pemerintahan yaitu Masjid. Lalu mereka juga memiliki tentara, sistem pemerintahan, hubungan luar negeri dan lainnya . Umat islam memilki Rasul sekaligus pemimpin pemerintahan (Khalifah) yang menjaga mereka.

Sebelum nya ketika masih berada di Makkah, mereka hanya memiliki tanah air tanpa memiliki kekuasaan berbentuk Daulah, mereka juga tidak memilki bala tentara, juga tidak memiliki sistem pemerintahan dan lainnya, bahkan untuk Masjid pun mereka belum memilki nya.

Keadaan umat muslim berbalik 180 derajat ketika sebelum dan sesudah Hijrah. Alasan inilah yang menjadikan peristiwa Hijrah selalu dikenang oleh Kaum Muslimin, baik Muhajirin maupun Anshar. Serta dengan alasan inilah yang menjadikan bahwa Hijrah itu sangat penting dalam perjalanan dakwah Rasulullah. Inilah makna hijrah Nabi. Hijrah sejati yakni hijrah menuju perubahan hakiki dengan tegaknya Daulah Madinah Al Munawwarah.

Dan kita, sebagai umat Islam wajib meneladani hijrah Rasulullah. Dengan memahami esensi hijrah Nabi, bukan sekedar berpindah tempat. Maka hijrah masa kini adalah dengan mencampakkan cara hidup sekuler kapitalis dan merubahnya dengan menerapkan aturan Islam secara kaffah ( total ).

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

"Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu." (QS. Al-Baqarah 2: Ayat 208).

Semoga bulan Muharram tahun ini, 1441 H menjadi tonggak kelahiran umat Islam yang memiliki negara agar aturan Allah dapat diterapkan secara kaffah sehingga seluruh dunia mendapat rahmat dan berkah. In syaa Allah.*

Nusaibah Al Khanza

Pemerhati Masalah Sosial


latestnews

View Full Version