View Full Version
Selasa, 03 Dec 2019

Pentingkah Reuni 212?

Oleh: Wulandari Muhajir (Mahasiswi Unismuh Makassar)

Life is choice. Individu  bebas memilih antara benci atau suka, menentang atau memperjuangkan. Dan setiap individu hidup dan berjuang atas pilihannya itu.

Sama halnya dengan agenda reuni 212 yang pelaksanaannya tinggal menghitung hari. Setiap individu bebas menentukan sikap. Mau pro atau kontra silahkan, mau nyinyir atau hadir silahkan. Mau menentang atau memperjuangkan silahkan.

Namun setiap pilihan punya konsekuensi. Bagi yang memilih kontra, dan nyinyir, mereka akan terus mengerahkan tenaga dan hartanya untuk melawan arus dakwah, menjauhkan umat islam dari agamanya.

Mereka akan berusaha menghalang-halangi syiar islam. Cara klasik pun mereka dikerahkan. Memfitnah, menuduh reuni 212 ditunggangi ormas tertentulah, pesertanya cuman cari nasi bungkus, disusupi oleh kepentingan politik dan berbagai tuduhan yang menyayat hati.

Namun perlu diketahui mereka para penentang 212. Terlepas dari semua tuduhan yang dihujani kepada reuni 212, bahwa acara ini sebagai bentuk kecintaan umat islam Indonesia pada agamanya.

Sebagai ukuran indrawi bagaimana besarnya cinta peserta reuni 212 kepada ajaran islam dan berusaha memperjuangkan ajaran islam yang saat ini amat dipojokkan.

Saat ulamanya dikriminalisasi, syariatnya dituduh basi, kajiannya dibubarkan, maka harus ada pembelaan nyata agar pembenci islam tidak semakin kurang ajar dan merasa leluasa menginjak-injak syariah Allah.

Reuni 212 juga menjadi ukuran bagaimana kuatnya ukhuwwah islamiyyah atau persaudaraan umat islam.  Dengan berbagai  latar belakang yang berbeda, suku yang tak sama, warna kulit  yang beragam, menyatu dalam satu amarah kala islam diolok-olok.

Perbedaan tersebut mampu disatukan oleh islam. Sebagaimana islam mempersudarakan Suku Aus dan Suku Khajraj yang awalnya selalu saling bertikai. Allah berfirman:

إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا۟ بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ

Artinya: “Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”.

Maka penentang reuni 212 sebenarnya hanya buang-buang tenaga dan menghabiskan waktu membenci sesuatu yang salah.

Tuduhan keji dan murahan itu tidak akan mampu memadamkan semangat umat islam untuk membela agamanya, layaknya api yang tidak mampu membakar Nabi Ibrahim, atau laut yang tidak mampu menenggelamkan Nabi Musa.

Karena sejatinya yang mereka tentang bukan peserta 212, melainkan Tuhan-nya para peserta 212, yaitu Allah Azza wa Jalla.

WalLahu 'alam bish shawab.


latestnews

View Full Version