Oleh:
Adib Muhammad, S.Pd
PANDEMI covid-19 belum juga menunjukkan tanda-tanda usai, Allah SWT menunjukkan kekuasaan-Nya dengan memberikan cobaan berbagai bencana di tanah air. Setidaknya ada 5 bencana alam yang sedang dihadapi rakyat Indonesia. Mulai dari jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di Kepualuan Seribu pada hari Sabtu, 9 Januari 2021.
Di hari yang sama tanah longsor di Sumedang mengakibatkan ribuan penduduk mengungsi. Berselang tiga hari disusul banjir bandang di Kalimantan Selatan, menurut laporan Pusat Pengendalian Operasi BNPB tercatat ada 3.571 rumah terendam banjir.
Tepat hari Kamis, 14 Januari 2021 gempa bumi menggoncang Majene, Sulawesi Barat mengakibatkan ribuan rumah mengalami kerusakan dan puluhan orang meninggal dunia. Dua hari setelah gempa di Majene, terjadi erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur. Seyogyanya moment ini justru sebagai ajang pembuktian para pemimpin apakah bisa mengatasi ujian dari Allah SWT di wilayahnya masing-masing dengan bijak. Berbicara soal pemimpin yang bijak kita dapat meneladani salah satu khulafaur Rasyidin, yaitu Umar Bin Khattab.
Dikisahkan pada suatu malam, Khalifah Umar Bin Khattab sedang mengelilingi perkampungan. Dijumpainya seorang anak kecil yang sedang menangis. Di sebelahnya ada sang ibu sedang memasak batu untuk mengelabuhi anaknya seolah sedang memasak makanan. Setelah ditelusuri ternyata anak tadi nangis karena kelaparan sejak pagi belum makan. Melihat kondisi rakyatnya yang kelaparan, Khalifah Umar Bin Khattab meneteskan air mata dan bergegas menuju Madinah untuk mengambil sekantung gandum. Dibantu sahabatnya, beliau menyiapkan makanan untuk dihidangkan kepada anak kecil dan ibunya tadi. Selesai makan Khalifah Umar berpamitan dan berpesan kepada ibu tadi agar besok pagi menemuinya. Khalifah Umar akan mencukupi kebutuhannya.
Sepenggal kisah tadi menggambarkan sosok pemimpin yang peduli dengan rakyatnya. Di saat rakyatnya sedang menerima cobaan, sang pemimpin bergegas menyelesaikannya dengan solusi terbaik. Lantas timbul pertanyaan, masih adakah pemimpin bijak di negeri ini? Masih adakah pemimpin yang peduli dengan rakyatnya? Di tengah bangkit dari pandemi, justru beredar kabar mencengangkan yang semakin mencekik penderitaan rakyat kecil. Menteri Sosial ditangkap KPK karena dugaan kasus korupsi bantuan sosial. Apakah pemimpin tersebut bisa dikatakan berjuang demi rakyat? Silahkan jawab dilubuk hatinya masing-masing.
Nampaknya asas demokrasi yang selalu digembor-gemborkan ‘dari rakyat untuk rakyat’ perlahan mulai tergerus akibat ulah dari beberapa pejabat. Kepercayaan rakyat terhadap para pemangku kebijakan kadarnya sudah tidak lagi 24 karat sebab hanya membuat sekarat. Bagaimana mau percaya, jika rakyat sedang menderita para pejabat malah suka ria. Bisa jadi kedepannya asas tersebut berubah menjadi ‘dari rakyat untuk pejabat’.
Berita terbaru yakni datang dari saudara kita yang menjadi korban gempa bumi di Sulawesi Barat, dikabarkan bahwa terjadi penjarahan bantuan oleh warga. Hal ini menandakan bahwa lambannya para pamangku kebijakan di negeri ini dalam membantu rakyatnya. Rakyat bertindak nekat karena saking laparnya. Rakyat tenang jika perutnya kenyang. Lantas, masih adakah pemimpin negeri ini yang mencukupi kebutuhan rakyatnya sebelum mereka meminta layaknya seperti Khalifah Umar?
Angin segar terdengar dari salah satu fraksi. Ketua Fraksi PKS DPR RI, Jazuli Juwaini menginstruksikan seluruh anggota Fraksi PKS dari daerah hingga nasional untuk empati meringankan beban para korban bencana di tanah air. Hal tersebut direalisasikan dengan memotong gaji para anggota fraksi. Ini hanya segelintir contoh bentuk kepedulian para pejabat terhadap rakyat. Semoga fraksi lain tercerahkan untuk ambil angkah meringankan beban rakyatnya yang sedang tertimpa bencana.
Rasulullah SAW bersabda,” setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang kepemimpinannya. Pemimpin negara yang berkuasa atas manusia adalah pemimpin dan ia akan ditanya tentang kepemimpinannya.” (HR Bukhari dan Muslim). Sebagai rakyat kecil tentu punya harapan. Tidak perlu muluk-muluk seperti sang Khalifah, karena derajat keimanan manusia era sekarang jika dibandingkan dengan para sahabat jelas tidak sama. Rakyat hanya ingin keadilan dan kepedulian dari para pemimpin. Karena setiap pemimpin akan dipertanggung jawabkan kelak di akhirat. Wallahua’lam bisshawab.*