Oleh:
Novia Darwati, S.Pd. || Lingkar Studi Perempuan dan Peradaban
TAHUN telah berganti, bahkan bulan pertama pun juga telah terlewati. Februari 2021 corona masih belum juga pergi. Tak ayal masyarakat semakin lekat dengan gadgetnya masing-masing. Tak sekedar orang dewasa, tuntutan sekolah online telah membuat anak-anak ikut terbiasa dengan gadget baik yang di kota maupun di desa.
Sebenarnya ini bukanlah perkara yang perlu dikhawatirkan jika saja internet yang diakses oleh anak-anak selalu terjaga dari konten-konten yang tidak baik dan jam-jam penggunaan gadget juga bukan tanpa batas. Namun sebaliknya, jika hal ini tidak bisa dikendalikan, baik oleh orang tua atau lingkungan (termasuk di dalamnya yang memiliki wewenang dalam pengontrolan akses internet), tentu ini akan menjadi boomerang bagi masyarakat itu sendiri.
Pada tahun 2019 saja, muncul pemberitaan tentang anak-anak remaja yang harus masuk ke Rumah Sakit Jiwa (RSJ) dikarenakan kecanduan gadget. Salah satu yang membuat mereka kecanduan adalah game. Belum lagi aplikasi-aplikasi semacam tik-tok yang lebih sering dimanfaatkan sekedar untuk having fun semata. Sungguh merugi jika perkembangan teknologi digunakan sekedar untuk hal-hal demikian atau bahkan sampai kecanduan di perkara-perkara yang kurang bermanfaat. Hal yang seperti ini bisa semakin parah jika tidak segera ditangani, apalagi masa pandemi belum juga berakhir.
Generasi Z dan generasi millenial merupakan masa depan bangsa. Di tangan merekalah bangsa ini akan dipegang ke depannya. Perlu pemikiran yang mendalam dan serius dalam menyikapi masalah gadget ini.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa perkembangan teknologi memiliki kecepatan perkembangan yang cukup signifikan. Ini harus dibarengi dengan pengontrolan tersistem baik dari keluarga, lingkungan, dan pemerintah dalam menjaga dan menfilter sisi-sisi negatif dari perkembangan teknologi.
Di sisi lain, alangkah baiknya jika pemerintah sebagai pihak yang memiliki kewenangan luas segera memanfaatkan perkembangan teknologi ini dengan membuat aplikasi-aplikasi canggih nan praktis untuk bisa membantu dalam pembelajaran daring. Mencari solusi teknis dalam pemecahan problem-problem pembelajaran daring agar hak generasi dalam mendapat pendidikan bisa terpenuhi dengan kualitas yang baik. Bukan sekedar menunggu pandemi usai, atau berharap guru-guru dengan sendirinya bisa menemukan cara-cara yang efektif dalam pembelajaran daring agar ilmu tetap tersampaikan dengan baik.
Pada intinya, generasi Z atau millenial dan gadget beserta akses internet mereka ini butuh mendapat perhatian lebih dari pemerintah. Agar mereka bisa memanfaatkan perkembangan jaman dengan tepat dan bukan malah terlena atau bahkan hancur masa depannya dikarenakan efek negatif gadget dan akses internet yang dimiliki.
Teringat pada masa kekhilafahan, meski saat itu perkembangan teknologi belum secanggih sekarang, namun peradaban Islam telah mampu melahirkan sosok-sosok hebat seperti Ibnu Sina, Al Khawarizmi, Muhammad Al Fatih, Sholehuddin AL Ayyubi, dan masih banyak lagi. Padahal ilmu yang mereka dapatkan tentu terbatas dengan jarak dan waktu. Tidak sebagaimana sekarang yang jika kita mengetik keyword tertentu tentang perkara apa saja di mesin pencarian semacam google, informasi dari berbagai negara bisa muncul.
Namun, tanpa itu semua, peradaban Islam sudah bisa menghasilkan orang-orang berkualitas tinggi. Kunci dari terlahirnya generasi-generasi hebat salah satunya adalah peduli dan berpikir serius tentang masa depan mereka. Membuat lingkungan baik dari sisi keluarga, masyarakat, dan pemerintah mampu melindungi dan mendukung masa depan mereka. Bukan sekadar membiarkan mereka meraih masa depan mereka dengan cara mereka sendiri tanpa memberitahu arah yang benar yang seharusnya diambil.*