Oleh:
Eriga Agustiningsasi, S.KM || Penyuluh Kesehatan; Freelance Writer
BARU-BARU ini beredar berita tak sedap dijagat hiburan Indonesia. Ya. Sosok yang menjadi representatif muslimah yang taat dan cinta sholawat, diisukan menjadi perusak rumah tangga orang. Namun, lagi-lagi muncul anggapan, “buat apa berjilbab, toh kelakuannya sama saja!” Benarkah demikian?
Tentu dalam tulisan ini saya tidak akan membahas kasus tersebut yang ramai diperbincangkan publik. Melainkan akan menanggapi bagaimana komentar komentar miring tentang hijab. Bahkan ada yang bilang, lebih baik tidak pakai kerudung tapi akhlak baik. Hijabin hati dulu deh..
Jika kita berbicara tentang jilbab, maka kita akan berbicara tentang syariat Islam, karena jilbab adalah salah satu aturan Allah untuk manusia (muslimah) dalam berpakaian. Begitu pula dengan akhlak. Akhlakjuga bagian dari syariat Islam. Maka muncul pertanyaan, jika jilbab dan akhlak adalah syariat Islam, bukankah dua-duanya juga harus dilaksanakan?
Begitupula dengan adab. Adab juga bagian dari syariat Islam. Bukankah harus terlaksana semua antara hijab (jilbab), akhlak, dan adab
Aturan terkait jilbab tercantum dalam Al Qur’an, Surah Al Ahzab ayat 59, Allah SWT berfirman, “Hai nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak diganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Aturan terkait dengan akhlak tercantum dalam sabda Rasulullah SAW, “Sesungguhnya diantara orang orang yang paling aku cintai dan paling dekat dengan tempat duduknya di hari kiamat denganku yaitu orang-orang yang paling baik akhlaknya” (HR. Tirmidzi)
Begitupula dengan adab. Para generasi Islam terdahulu sangat memperhatikan adab sebelum ilmu.
Mengapa ketiganya harus kita laksanakan? Kembali lagi perlu kita ingat adalah bagaimana visi penciptaan manusia oleh Allah SWT. Manusia tidak hanya diciptakan, kemudian dibiarkan begitu saja, melainkan diatur dengan syariatNya. Allah berfriman
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku” (QS. Adz Dzaariat: 56).
Beribadah kepada Allah berarti menjadi hamba Allah, menghamba secara kaffah (menyeluruh) dalam segala aspek, tidak memilih milih syariat dan meninggalkan yang lain. Allah berfirman,
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu” QS. Al Baqarah: 208).
Memang, kini kaum muslimin telah terjauhkan dengan pemahaman Islam secara utuh, jauh dari lingkungan yang Islami, jauh lingkungan yang menjaga kemurnian pemikiran kaum muslimin yang senantiasa distandarkan bagaimana Islam mengatur tingkah laku perbuatannya, mengatur tata kehidupan manusia. Anggapan mengambil sebagian syariat dan meninggalkan sebagian lainnya akan sangat berdampak besar. Sebagaimana firman Allah dan surah Al Baqarah ayat 85, Allah berfirman,
“.....Apakah kamu beriman kepada sebahagian Al Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? tiadalah balasan bagi orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat. Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat.”
Maka, mari kita ambil seluruh syariah Allah, memantaskan diri untuk berproses melaksanakannya, menjadi generasi ber Islam kaffah.Tidak setengah-setengah. Baik terkait jilbab, akhlak maupun adab Bahkan aturan secara menyeluruh untuk mengatur kehidupan manusia di muka bumi ini. Karena Islam Rahmatan lil Alamin. Rahmat bagi semesta alam.*