Oleh: Zahra Nurlaelatul Hamidah
(Mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung Prodi Ilmu Komunikasi Jurnalistik)
Kita semua menyadari bahwa kita semua hidup di alam dunia, tidak berada dalam kondisi hidup sendirian, sesama manusia selalu membutuhkan orang lain.
Orang kaya membutuhkan tenaga orang miskin, orang miskin membutuhkan uluran tangan orang kaya, orang berilmu membutuhkan orang bodoh untuk mengajarkan dan mengamalkan ilmunya dan juga Sebaliknya. Suatu pekerjaan dapat berjalan cepat dan lancar jika para pekerjanya saling membantu dan pengertian.
Dengan adanya saling membutuhkan itu, maka manusia suka atau tidak suka, tidak dapat mengelak dari kerja sama. Semakin banyak kebutuhan manusia, semakin sedikit pula kemampuan untuk memenuhinya dan kita semakin tidak bisa mengelak dari kebutuhan pada tangan atau bantuan orang lain. Maka tidak heran, seiring semakin meningkatnya kebutuhan, semakin seseorang tergantung pada selainnya. Demikian pula sebaliknya.
"Hai manusia, kamulah yang amat butuh kepada Allah; dan Allah Dialah yang Maha Kaya (tidak membutuhkan sesuatu) lagi Maha terpuji" (QS. Fathir ayat 150).
Semua kita berada di bawah kendali dan kuasa Allah. Dengan kuasanya-Nya itulah yang kita butuhkan-Nya serta tidak dapat mengelak dari kedudukan sebagai makhluk sosial.
Hidup bergotong royong dan bersosial sudah ada di dalam ajaran Islam yaitu agama selalu memperhatikan aspek sosial mulai dari syahadat, shalat, zakat, puasa sampai berangkat haji ke mekkah tidak terlepas dari aspek sosial. Diantara 5 rukun islam yang lebih mengandung aspek sosial adalah zakat
Dengan keberadaan zakat berarti kita harus lebih bersungguh-sungguh mencari rizki yang halal sampai kita memperoleh kelebihan atas kebutuhan sehari-hari. Pada hakekatnya harta yg kita miliki sebenarnya milik allah. Kita hanya diberi hak untuk memakai sedangkan allah lah pemilik mutlak.
Agama Islam memberi pedoman dan batasan zakat yang harus dikeluarkan. Tidak semua orang berhak menerima zakat, melainkan hanya 8 orang yang sudah dijelaskan dalam alquran surat At-Taubah:60.
"Sesungguhnya shadaqoh hanya diperuntukan bagus takut, miskin, amil, budak, orang yang banyak hutang nya, orang yg berjuang dijalan allah, muallaf, dan ibnu sabil. Semua itu adalah ketetepan dari allah dan allah maha mengetahui lagi maha bijaksana."
Orang kaya tidak dapat menjadi muslim sejati kecuali jika mau mengorbankan sebagian hartanya untuk kepentingan social. Hal tersebut bertujuan agar terjalin hubungan kasih sayang antara si kaya dan si miskin serta menghilangkan rasa kebencian.
Dan sebelumnya sudah dijelaskan bahwa kekayaan yang kalian miliki 100% adalah milik allah semata. Dan harta yang kita miliki hanyalah titipan yang suatu saat akan diambil.