View Full Version
Ahad, 27 Jun 2021

Meramal Masa Depan

 

Oleh:

Keni Rahayu ||Influencer Dakwah Millenial

 

ZODIAK kamu apa, guys? Virgo, skorpio, atau pises? Ehm, gini-gini. Tulisan ini bukan mau bahas meramal yang jenis itu ya. Coba duduk di sini sembari menyeruput kopi secangkir, baca tulisan sampai akhir.

Percaya gak, masa depan itu bisa diramal, loh. Kata orang bijak: "masa lalu adalah sejarah, masa kini adalah kenyataan, dan masa depan adalah harapan." Kita bisa menciptakan masa depan dengan mengubah masa kini dan belajar dari masa lalu.

Pernah kebayang gak sih, di masa depan kita akan jadi orang yang seperti apa? Apakah kita akan menjadi dokter, ustaz, atau pengangguran? Jawabannya bisa kita lihat dari aktivitas kita hari ini.

Jika hari ini seseorang banyak berleha-leha, mager, dan santuy, maka masa depan sudah nyata di depan mata. Akhir hidupnya akan begitu juga. Sebaliknya, jika hari ini kita sudah berupaya menyusun batu bata, maka di masa depan rumah impian siap menyapa kita. Insyaallah atas izin Allah Swt.

Seorang yang hari ini punya hafalan Alquran, jago bahasa Arab, hafal hadis Rasulullah, menguasai shiroh plus fikih, dan berbagai tsaqofah Islam lainnya adalah seseorang terbentuk dari masa lalu yang sulit. Ia mendapati kesulitan belajar dengan berbagai tempaan di masa pendidikannya.

Kalau hari ini kita mencukupkan diri menjadi konsumen, maka di masa depan selamanya kita akan jadi budak. Jika sekarang kita mulai ambil langkah menciptakan karya, maka bersiaplah suatu hari nanti karyamu akan memimpin dunia.

Kita hari ini adalah garis yang kita tarik dari kumpulan titik yang kita gores di masa lalu. Maka merajut masa depan ibarat menyusun puzzle (a.k.a teka-teki). Kita mengambil satu per satu potongan puzzle yang sesuai dengan target kita. Sampai pada bagian puzzle terakhir, hingga teranglah gambar apa yang hendak kita ciptakan.

Mustahil banget dong, sis, ketika hari ini kita berleha-leha tiba-tiba di masa depan kita kaya raya. Mana mungkin tiba-tiba ada seorang hafiz Quran tanpa pernah menghafalkan sebelumnya? Kita gak akan pernah jadi pecandu narkoba kalau sebelumnya tak pernah coba-coba naudzubillahi min dzalik.

Meramal masa depan bukan perkara astrologi yang sirik itu. Sejatinya meramal masa depan adalah dengan menyisiri satu per satu amalan kita hari ini. Kita amati dominasi aktivitas kita. Kira-kira di jalan itulah kita tiga sampai lima tahun lagi.

Tulisan ini fokus membahasa tugas kita sebagai manusia, tanpa mengabaikan peran Allah dalam hasil akhirnya. Terlepas impian kita nanti di-ACC Allah atau tidak, tugas kita hanya berupaya. Sekali lagi, hanya berupaya.

Tak ada manusia yang tak ingin masuk surga. Sayangnya, amalannya sehari-hari hampir tak menggambarkan masa depan surga. Sholat jika ingat, mengaji ingin dipuji, belajar sekadar ingin pintar. Kira-kira, bisa masuk surga darimana?

“Betapa bodohnya manusia. Dia menghancurkan masa kini sambil mengkhawatirkan masa depan, tetapi menangis di masa depan dengan mengingat masa lalunya.”(Ali bin Abi Thalib)

Jangan sampai kita menangis saat di akhirat kelak. Sebab di masa lalu kita hanya mengkhawatirkan masa kini, tanpa satu pun langkah yang berartii.

Jika masa lalumu tak berarti, segera ambil kemudi. Banting setirmu ke arah yang Allah ridai. Masa kini ada di genggaman diri. Selamat berkarya menciptakan masa depan berarti. Lupakan masa lalu kelam, biarkan ia di belakang kemudian karam. Wallahu a'lam bishawab.*


latestnews

View Full Version