Oleh: Tardjono Abu Muas (Pemerhati Masalah Sosial)
Tak terasa waktu terus bergulir yang pada gilirannya tak terasa pula telah membawa kita memasuki Tahun Baru Hijriyah, 1 Muharam 1443H sekaligus meninggalkan tahun 1442H yang baru saja kita lalui.
Tak dapat dinafikan, kadang diri kita masih merasakan seolah-olah betapa dekatnya diri kita dengan tahun sebelumnya yang baru kita lalui, padahal jangankan tahun, bulan, pekan atau hari bahkan hitungan menit yang baru kita lalui saja adalah hal yang paling jauh dari kita di dunia ini.
Tentang hal ini, pernah disampaikan Imam Al Ghazali yang pada suatu hari beliau menyampaikan enam pertanyaan kepada para muridnya, salah satu pertanyaan beliau di antaranya:
"Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?" Para muridnya ada yang menjawab, bulan, matahari, dan bintang-bintang yang ada di langit. Lalu Imam Al Ghazali menjelaskan, semua jawaban kalian benar, namun jawaban yang "paling benar" adalah "masa lalu". Siapa dan bagaimana pun kita, serta betapa kaya rayanya kita, tetap saja kita tak bisa kembali ke "masa lalu".
Oleh karenanya, hari ini dan hari-hari yang akan dijalani, kita harus menjaga ucap, sikap, dan perilaku kita agar tetap sesuai dengan aturan Allah dan Rasul-Nya.
Suasana batin kita memasuki tahun baru kali ini, tentu berbeda dengan suasana pada tahun-tahun sebelum pandemi covid ini melanda. Di tengah-tengah keceriaan kita memasuki tahun baru kali ini, di sela-sela ketaqwaan yang sedang kita coba bangun dan upayakan untuk memperolehnya.
Dan, di tengah-tengah kekhusyuan kita beribadah untuk mengharap keridhaan Allah SWT, serta di tengah-tengah kita menghadapi penyebaran virus corona pula, ternyata masih banyak juga rasa khawatir yang hadir di dalam hati kita tentunya, karena kita tahu persis mungkin telah puluhan, ratusan, bahkan mungkin telah ribuan kali Allah menurunkan musibah/azab kepada kita.
Dan mungkin di antara kita ada yang tergugah dengan azab Allah tersebut, atau mungkin di antara kita ada yang sama sekali tidak pernah tergugah atau tidak pernah terusik bahkan tidak pernah bergeming oleh azab yang Allah anugerahkan kepada kita. Sehingga Allah SWT menganugerahkan azab secara nasional dan global yang kini bisa kita rasakan bersama saat ini.
Hal ini selayaknya menjadi pertanyaan dalam diri kita, sudahkah hati kita memiliki keterbukaan dan kepekaan untuk bisa menerima sinyal-sinyal peringatan dari Allah sehingga mampu menghadirkan hidayah bagi kita?
Semoga memasuki tahun baru kali ini, kita dapat menerima sinyal-sinyal peringatan dari Allah SWT, untuk selanjutnya kita dapat mengoptimalkan energi kepekaan sosial kita. Kita gerakkan keshalehan individu untuk dapat dikembangkan menjadi keshalehan sosial yang lebih luas lagi terlebih dalam masa pandemi ini.