Dr. Muhammad Zaitun Rasmin
Kemerdekaan yang hari ini genep 76 tahun.
Bangsa dan negara yang terjajah tidak akan memperoleh hak-hak secara individual bahkan tidak mempunyai kebebasan untuk hal-hal mendasar sekalipun.
Kita berharap dipertahankan dan termaknakan menuju cita-cita baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.
Ini benar-benar rahmat dari Allah. Diakui oleh hati orang-orang beriman. Diabadikan dalam konstitusi, pada tempat tertinggi di konstitusi itu, yaitu di Pembukaan yang tidak akan diamandemen.
Disanalah pernyataan syukur itu. Kemerdekaan adalah rahmat Allah subhanahu wata'ala.
Ada perjuangan untuk meraih kemerdekaan. Namun kemenangan dan kemerdekaan itu tetap saja adalah hadiah dari Allah
Hari ini kita ingin mempertebal rasa syukur itu dengan selalu menjaga ketersambungan kita dengan Allah. Melalui ibadah dan amal-amal shalih.
Kesyukuran itu bermakna menjaga, mempertahankan, dan mengisinya. Sebagaimana dikehendaki Sang Pemberi nikmat, Allah ta'ala.
Anak-anak bangsanya dapat benar-benar meraih kemerdekaan itu. Terbebas dari kezhaliman dan penjajahan.
Tegak keadilan, kesejahteraan, dan kemakmuran.
Mari hilangkan kezhaliman. Mulai dari diri kita, mengekanng kebebasan orang lain dan keangkaramurkaan.
Amanat dari kemerdekaan kita adalah membantu bangsa-bangsa lain untuk merdeka. Secara khusus: Palestina, Rohingya, dan tempat-tempat lain yang masih merasakan penjajahan dan eksploitasi.
Membangun Indonesia dengan cara membangun jiwanya, lalu membangun badannya. Sebagaimana amanah dalam lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Kita sebagai anak bangsa, apalagi sebagai orang beriman kita harus siap
Ini adalah perintah kepada orang beriman, untuk menjadi khalifah Allah di muka bumi. Untuk memakmurkan bumi.
Kita kaum muslimin yang merupakan komponen terbesar dari bangsa ini harus ambil peran terbesar, membangun negeri ini. Itulah BAKTI YANG NYATA. Bertekad, berazam, dan benar-benar merealisasikannya. Yang meliputi pembangunan jiwa dan raganya.
Pembangunan jiwa didahulukan dari pembangunan raga. Terutama saat waktu dan kesempatan yang ada sangat terbatas. Ini adalah kunci kemajuan suatu bangsa.
Darisinilah Wahdah Islamiyah lahir. Memprioritaskan pembangunan jiwa, namun tidak mengabaikan pembangunan badan. Dengan berbagai program yang telah disusun dari musyawarah ke musyawarah dan dari muktamar ke muktamar.
Wahdah ingin menguatkan kontribusi tersebut. Saat ini kita melihat kontribusi terbaik adalah melalui pendidikan.
Membangun jiwa artinya membangun hati, akal, dan akhlak. Etos kerja dan semangat berkarya. Termasuk membangun fasilitas, infrastruktur, dan menjaga kelestarian alam.
Wahdah bertekad untuk lebih menguatkan konsep pendidikannya. 76 merdeka, pendidikan kita belum membawa banyak perubahan. Terutama jika dilihat dari indikator moral spiritual.
Bahkan ada yang bilang, "Kita telah kehilangan pendidikan". Terutama ketika kita lihat pendidikan belum berhasil melahirkan generasi yang komitmen terhadap kebenaran. Kita lihat fenomena kezhaliman, korupsi, pornografi, dll.
Bukan kita tidak mengakui capaian-capaian. Pendidikan kita telah banyak melahirkan sarjana-sarjana, tenaga pendidik, dan universitas-universitas. Tapi nilai-nilai yang diharapkan dri pendidikan itu masih kita rasakan jauh dari harapan.
Seharusnya bangsa ini mempunyai nilai-nilai dasar yang sangat baik untuk ditumbuhkembangkan. Namun membutuhkan pendidikan yang benar-benar sesuai dan mampu menyentuh berbagai unsur potensi tersebut.
Kata pendidikan maknanya bukan sekedar pengajaran dan pencerdasan otak
Kurang unsur PENGASUHAN dan unsur PEMBINAAN.
Ada kekeringan spiriyual, empati, dan kehiangan sensitifitas terhadap kemungkaran. Kekeringan dari nilai-nilai adab dan kekeluargaan. Ini karena kurangnya unsur pengasuhan dan pembinaan.
Pendidikan seharusnya menghimpun semua makna ishlah: pengajaran, pengasuhan, dan pembinaan. Dalam bahasa Arab kita sebut tarbiyah.
Ini yang dilakukan para nabi dan rasul.
Mereka tidak mendahuluinya dengan membawa sembako, apalagi senjata
Tidak didahului dari perbaikan ekonomi. Bukan dari bidang pertanian. Walaupun itu semua penting, namun bukan itu yang pertama dan utama.
Dimulai dari pengajaran nilai spiritual, kemanusiaan, pembinaan akhlak
Mereka tumbuh sebagai pejuang. Membaawa masyarakatnya keluar dari kegelapan menuju cahaya terang benderang.Setelah itu baru mereka diajarkan perbaikan dari sisi poleksosbudhankam.
Masyarakat yang dihadapi Rasulullah SAW jauh lebih parah dari masyarakat kita. Apalagi dari sisi moral. Sampai disebut sebagai masyarakat jahiliyah. Mereka diubah melalui pendidikan. QS Al Jumuah:2
Sebagai bakti kita untuk negeri ini. Kita persembahkan pendidikan (tarbiyah) sebagaimana para nabi dan rasul. Yang disebut juga gerakan ishlah.
Tarbiyah Islamiyah yang mutakamilah. Menyeluruh untuk semua lapisan usia
Tarbiyah sepanjang hayat.
Spiritual harus dikuatkan. Agar iman bisa masuk. Lalu dengan ibadah.
Untuk mengundang rahmat dan taufik. Dari sana akan lahir akhlak dan adab, tatakrama.
Pola interaksi yang harmonis. Sesama anak bangsa. Kebanyakan masalah timbul dimulai dari sisi akhlak.
Menyeluruh dari sisi aspek: poleksosbudhankam. Aspek pribadi, keluarga, masyarakat dan negara.
Tidak hanya menyeluruh, tapi juga TERPADU. Terpadu dalam konsep
Terpadu dalam pelaksanaan.
Kita bersyukur dengan apa yang dilakukan para pendahulu bangsa. Semua kegiatan perbaikan sudah ada nomenklaturnya. Namun sayang belum semuanya tersosialisaikan ke masyarakat.
Kita ingin selaraskan dengan cita-cita bangsa dalam "peta jalan pendidikan Indonesia".
Semoga ini menjadi sumbangsih dari Wahdah. Pembangunan jiwa maupun raga.
KETAHANAN KELUARGA menjadi perhatian khusus dari Wahdah
Menjadi sibghah (ciri khusus). Sejak balita, kanak-kanak, remaja, hingga dewasa.
Ada pokja khusus membahas persoalan ini. Mereka bekerja siang dan malam selama berbulan-bulan.
Kita ingin wujudkan generasi Indonesia emas. Generasi yang hatinya benar-benar diisi dengan iman. Gemar ibadah. Hatinya diisi dengan ilmu.Dunia dan akhirat. Termasuk ilmu untuk memajukan bangsa ini.
Upaya perbaikan ini memerlukan dukungan kita semua. Saya mengajak semua keluarga besar wahdah turut berkontribusi untuk mewujudkan cita-cita besar ini.
Hanya dapat terwujud jika kita bersatu padu dan siap berkorban, termasuk harta, tenaga, waktu, dan fikiran.
Semoga setelah ini kita dapat berlari dengan lebih kencang. [PurWD/voa-islam.com]