Oleh:
Keni Rahayu || Influencer Dakwah Milenial
BANYAK orang putus asa sebab kesedihan dan kegalauan berkelindan mengisi kepala. Banyak orang berpuas diri dengan tawa hampir di setiap harinya, meski hati hampa dibiarkan saja. Banyak orang berandai-andai, mengharapkan masa depan cerah sebab sesaknya peluh yang dirasa hari ini sungguh menyiksa.
Padahal, semua hanya sementara. Hanya sementara. Tertawa, sementara. Air mata juga sementara. Kita tak pernah tahu sampai kapan kita bisa tersenyum manis pada sanak saudara kita. Kita tak pernah tahu sampai kapan beban hidup kita ini berada di pundak kita. Tapi yang kita harus tahu bahwa itu semua sementara. Iya, sementara.
Kematian pasangan selebritas di jalan tol Jombang beberapa hari lalu, menyisakan sesak di dada. Bahkan story instagramnya belum berhenti, namun nyawa sudah tak lagi dimiliki. Anak, keluarga, pegawai, mobil mewah, harta melimpah, semua pergi meninggalkan manusia, seketika setelah nyawa tak lagi di menyatu dengan raga. Satu kata yang bisa kita jadikan hikmah, bahwa semua di dunia ini "sementara".
Allah swt. berfirman: Hai kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal. (QS. Al Mu'min:39).
Di dunia ini, apa yang hendak kita cari? Kebahagiaan dunia yang sementara saja kah? Atau kebahagiaan akhirat yang lebih sering terasa pahit? Daripada meratapi yang sementara, bukankah lebih baik kita fokus kepada yang selamanya? Apa itu? Ialah Allah. Sifat-Nya kekal dan Ia azali.
Menjalani hidup yang sementara ini memang mesti punya trik, agar ketika sesak pun kita tetap bisa bernapas. Juga sebaliknya, agar ketika kita tertawa pun kita tahu batas. Trik menjalani hidup yang sementara ini harus berangkat dari keimanan serta kesadaran individu terkait penciptaan: siapa Tuhannya, hidupnya untuk apa, pertanggungjawaban apa yang disiapkan ketika kembali pada Tuhan. Jika ia sadar akan hal ini, maka yang sementara ini akan menjadi bermakna di kehidupan yang abadi. Sebab sejatinya kehidupan dunia ini adalah manusia sedang mencari bekal untuk bisa hidup enak di akhirat nanti.
Berikut ini amalan yang bisa kita lakukan dalam mempersiapkan bekal untuk kehidupan kita di akhirat yang tidak sementara nanti:
1. Rajin ikut kajian Islam. Kajian yang diikuti bukan sekadar satu arah seperti nonton Youtube, pastikan ada gurunya dalam format dua arah. Agar ketika ada masalah, kamu bisa berdiskusi dengan beliau untuk mencari solusi bersama.
2. Amalkan. Apa yang sudah dikaji, jangan masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Amalkan. Sedikit demi sedikit, amalkan. Kita kajian bukan buat diri jadi sekadar tahu aja kan? Biar ilmumu berkah, maka amalkan.
3. Cari circle yang saleh. Betapa pentingnya kita berada di circle orang-orang saleh. Sebab ketika kita mulai salah jalan, orang saleh akan mengingatkan kita yang salah ini. Selain itu, orang-orang saleh akan memotivasi kita untuk bisa beramal minimal serupa dengan mereka, lebih bagus lagi kalau kita berusaha yang terbaik yang kita bisa.
4. Berdakwah. Amalan apa yang sekali dilakukan tapi pahalanya berkali-kali? Ya, dakwah.
“Barangsiapa yang menunjukkan kepada sebuah kebaikan maka baginya seperti pahala pelakunya". (HR. Muslim)
Selama apa yang kita lakukan dilakukan terus menerus oleh orang yang kita ajak, selama itu pula pahalanya mengalir ke kita. Bahkan jumlahnya sama persis dengan pahala si empunya amal tadi, tanpa mengurangi sedikitpun miliknya. Masyaallah!
Tapi, effort-nya gak kaleng-kaleng, emang. Sebelum bisa berdakwah, kita kudu belajar dulu, taklim dulu, ngaji dulu sama ustaz/ah kita. Jangan asal gas, eh gak ada ilmunya. Jangan dong. Gak jarang juga dakwah yang dilakukan mendapat penolakan bahkan cacian. Semoga Allah lapangkan semua urusan para aktivis dakwah. Aamiin.
Mudah-mudahan kita adalah manusia yang cepat belajar, mudah mengambil hikmah dari setiap kisah yang lalu lalang di kehidupan kita. Semoga kita segera menyadari bahwa dunia ini hanya sementara. Sementara. Wallahu a'lambishowab.*