Oleh:
Layyina Mujahida Fillah || Aktivis Dakwah Milenial
BAGI penduduk Indonesia, pasti sudah tak asing lagi dengan berita yang sekarang sedang tersebar dimana-mana. Iya, lagi-lagi kita menerima berita meninggalnya seseorang. Sebenarnya, setiap hari pasti terdapat seseorang yang pergi meninggalkan dunia ini. Hanya saja, mungkin tidak seramai saat ini. Mungkin kita saja yang tidak tahu.
Setiap orang di dunia ini sejatinya satu-persatu sedang menunggu waktunya tiba. Mungkin, seharusnya semua orang tujuan hidupnya sama, yaitu tujuan hidup kita adalah untuk mati. Karena artinya setiap kita masih bernafas, pasti selalu ada kemungkinan untuk berhenti.
Yang sayangnya si maut ini datang tanpa bilang-bilang. Bisa jadi saat kita sedang bermain, ia tiba. Atau bahkan saat sedang duduk santai saja, ia juga tetap bisa datang menjemput. Atau mungkin ketika kita sedang dalam perjalanan mau bepergian, entah apa sebab, ia bisa tanpa permisi mengantar kita kembali ke haribaan Illahi.
Tidak ada angin tidak ada hujan, atau mungkin kita sendiri juga tak ada persiapan, tapi ternyata waktu kita berkelana di dunia sudah berakhir. Saatnya pulang. Tidak bisa dibayangkan memang, karena si ajal ini datang tak diundang. Tapi yang jelas, ia pasti datang. Karena manusia itu pasti akan dilamar oleh malaikat maut, dinikahkan dengan kematian, dan bercarai dengan dunia yang selalu dikejar.
كُلُّ مَنۡ عَلَيۡهَا فَانٍ
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa” (QS. Ar-Rahman: 26)
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami.” (QS. Al-Anbiya’: 35)
"Dan Allah tidak akan menunda (kematian) seseorang apabila waktu kematiannya telah datang. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Munafiqun: 11)
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An-Nisa’ : 78)
Jadi, sebenarnya, hanya ada satu hal yang pasti di dunia ini. Bukan janji-janji manis penguasa, apalagi janji janji si doi. Bukan juga perkataan si menteri, apalagi cuman perkataan si orang lewat. Semua hal di dunia itu tidak ada yang pasti. Karena yang pasti hanya satu, yaitu kita semua pasti mati.
Maka urusan ini tidak perlu lagi dipertanyakan panjang lebar. Karena suatu urusan yang pasti, tidak mungkin tidak terjadi. Yang pantas dipertanyakan adalah, apa yang sudah kita persiapkan untuk kematian? Ketika ia datang, kira-kira apa yang sedang kita lakukan?
Dari entah apa yang akan kita persiapkan itulah, dari setiap pilihan hidup yang akan kita ambil itulah nanti orang-orang akan mengenang kita ketika kita tiada. Jika kita memilih mengisi kehidupan di klub malam, misalnya, atau kita memilih menjadi anak urakan, maka ketika kita sudah tiada, begitulah yang akan masyarakat pikirkan pertama kali ketika melihat nama kita.
Atau jika kita memilih mengisi hidup berada didalam masjid dan berusaha selalu menebarkan kebaikan, maka begitulah nantinya orang-orang akan mengenang kita. Artinya, kebiasaan yang kita bentuk dalam kehidupan ini, ialah yang akan menyatu dalam diri kita, dan menjadi ciri khas kita. Dan itulah nanti yang akan terkenang ketika kita sudah tiada.
Maka, seseorang yang baik, meski setelah ia tiada, ia akan tetap meninggalkan nama harumnya. Diingat dengan baik, dan menjadi contoh yang baik bagi masyarakat. Mungkin jasadnya sudah tiada, tapi namanya tetap mempesona, karya-karyanya tetap bermanfaat bagi agama, bangsa, dan negara.
Kematian yang husnul khotimah, dan ketika sudah tiada meninggalkan ingatan, kenangan dan karya yang baik bukanlah keajaiban yang tiba-tiba terjadi begitu saja, tapi itu adalah manifestasi dari aktivitas yang selama ini dilakukan semasa hidup. Jadi bekerja keraslah dengan baik, taat pada syariat Islam selama hayat masih dikandung badan, dan istirahatlah ketika sudah waktunya tiba, dengan meninggalkan kenangan dan nama yang harum.
Dan jelas, bagi seorang muslim, semua itu akan ia lakukan hanya karena Allah. Lillah. Bukan untuk siapa-siapa, dan bukan untuk mengejar dunia, tapi agar bisa istirahat tenang hingga ke surga. Tidak hanya dicintai penduduk dunia, tapi juga dicintai penduduk surga. Tidak hanya memiliki nama harum di dunia, tapi juga harum sampai di surga. Wallahua’lam bishowab.*