Oleh: Tardjono Abu Muas (Pemerhati Masalah Sosial)
Erupsi dahsyat kawah Gunung Semeru Lumajang Jawa Timur (Jatim) pada Sabtu (4/12/2021) sore, telah meluluhlantakkan sarana dan prasarana lingkungan dalam radius beberapa kilometer dari puncak Gunung. Jatuhnya korban jiwa dan pengungsian warga pun tak dapat dielakkan.
Seiring dengan tragedi erupsi Semeru ini, terbangunlah rasa kepedulian sosial sesama warga lintas provinsi. Tidak sedikit para relawan tanggap bencana terjun langsung ke lokasi bencana untuk membantu para korban terdampak erupsi. Inilah nuansa yang sangat mengharukan sekaligus membanggakan sebagai sesama anak bangsa.
Namun, seiring dengan munculnya para relawan yang secara suka rela ingin membantu meringankan beban para korban erupsi Semeru ini, muncul pula para relawan di sejumlah daerah mendeklarasikan dukungan bagi calon presiden (Capres) 2024.
Dapat disaksikan dalam tayangan-tayangan berita di Televisi muncul tayangan soal keberadaan dua kelompok relawan. Satu sisi ada para relawan yang terjun di lokasi bencana, di sisi lain ada para relawan yang koar-koar mendeklarasikan capres.
Boleh-boleh saja di sejumlah daerah para relawan capres menggelar deklarasi dukungan bagi sosok-sosok tertentu untuk menjadi capres, namun apakah untuk saat ini gelaran-gelaran tersebut dapat ditunda dulu seiring di sejumlah daerah sedang dilanda bencana. Bahkan pascaerupsi Semeru daerah Lumajang dinyatakan dalam suasana tanggap darurat.
Dalam situasi dan kondisi di sejumlah daerah sedang dilanda bencana, alangkah "eloknya" jika gelaran-gelaran deklarasi capres 2024 ditunda dulu. Sesama anak bangsa ini hendaknya kita bisa saling empati dan peduli dalam suasana duka. Karena duka mereka - juga duka kita, derita mereka - derita kita pula, demikian pula ketidaknyamanan mereka dari dampak bencana - merupakan juga ketidaknyaman kita.