Oleh:
Keni Rahayu || Influencer Dakwah Millenial
AKU mencintaimu dan tentu saja aku mencintai Tuhanku. Tapi jika Tuhanku melarang, maka haruskah aku mengabaikannya demi kamu? Bisakah kamu percaya padaku, seseorang yang: Tuhan saja diabaikan, apalagi kamu?
Selamat datang di akhir zaman, masa di mana semua ide Barat mengambil panggung dan berperan. Dari lagibeti, childfree, seks bebas, sampai pernikahan beda agama semua nyata di depan mata kita. Kalau suguhannya begini, kira-kira kita harus menyantap yang mana ya?
Selamat datang di akhir zaman, masa di mana kajian tak begitu dihiraukan. Perjuangan pergerakan Islam hanya dipikul oleh pasukan Badar, sedikit sekali jumlahnya. Well, hey! Jangan sedih. Sebab kemenangan bukan perkara jumlah tapi perkara izin dari Allah, sang empunya dunia.
Balik lagi perkara cinta beda agama. Aku tak serta merta menyalahkan pelakunya. Hanya saja, yang aku sayangkan adalah kepolosan hati memilih zina atas nama cinta. Toh awalnya chat biasa tak sengaja, pada akhirnya diajak nikah juga.
Maklum maklum, semua tontonan mengandung iklan. Bukan iklan jajan setelah film, tapi iklan ide busuk barat yang termuat dalam konten filmnya. Sebut saja film Akhirat: A Love Story. Film ini tentang cinta beda agama. Setelah nonton trailernya, minimal ada gambar netizen di kepala: oh meski beda agama masih bisa diperjuangkan ya?
Mau berjuang dalam pernikahan atas nama cinta? Perjuangan dilakukan tanpa peduli norma dan agama? Emang kuat? Sampai kapan? Sesuatu yang tidak dilandasi agama, pasti hawa nafsu adalah Tuhannya. Ya kalau doi selamanya bisa cinta dan setia. Kalau di tengah jalan berubah, gimana? Hati manusia siapa yang tahu?
Lagi jaman sih emang, namanya tren moderasi. Ngakunya cinta sepenuh hati. Tapi gak sadar kalau agama sedikit demi sedikit tereduksi. Semua agama sama, katanya. Padahal, kalau semua agama sama, lah kenapa gak sekalian aja masuk ke agama sana. Kan semua agama sama?
Kenapa sih, kok tetep meluk Islam tapi kelakuannya gak Islami sama sekali. Alasannya lagi-lagi moderasi. Berislamlah seperlunya. Tidak perlu fanatik dalam beragama. Ujung-ujungnya persoalan akidah dicampur aduk juga. Kalau sudah begini, emang gak takut Allah murka?
Cinta Beda Agama dalam Islam
Pernikahan dalam Islam adalah sesuatu yang suci. Ia sakral dari akar. Ketika Islam menjadi landasan pernikahan, seseorang dinikahi Allah. Tujuan dalam pernikahan adalah sebagai sarana menambah ketaatan kepada-Nya. Sebaik-baik cinta ya cinta karena Allah, bukan sebab cinta itu sendiri.
Sebab manusia itu rawan berubah, rawan hati berganti. Maka yang bisa mengekalkan keplin-planan manusia hanyalah Allah Sang Maha Pemilik Hati. Jika dalam pernikahan, Allah tak lagi diberi kemudi, kemana kelak pernikahan ini pergi?
Cinta beda agama tentu saja bertentangan dengan Islam. Meski embel-embel moderasi di belakangnya menyertai, tetap saja hal ini adalah haram.
Islam moderat sejatinya adalah serigala berbulu domba. Ia berbaju Islam, padahal isinya ide Barat juga. Yakin masih mau husnuzan sama Islam moderat?
Berikut yang bisa kita upayakan dalam rangka menjaga diri dari fitnah Islam moderat:
Belajar Islam lebih dalam. Pelajari dari akidah, kenali Allah, kenali rasulullah, berikut pula orang-orang saleh sepanjang sejarah. Kalau gak belajar, darimana kita bisa pintar?
Belajar sejarah. Sejarah kita kaya sekali kisah-kisah kemenangan dan kekalahan. Pola ini akan berulang di masa mendatang. Maka, pelajari konsepnya, apa saja musabab kita kalah di masa lalu, hindari. Apa saja wasilah kemenangan kita di masa lalu, penuhi. Mudah-mudahan Allah ringankan hati ini untuk terus mengkaji dan mengkaji.
Belajar Islam politik. Kenapa harus Islam politik? Sebab Islam ritual selamanya tidak akan mengantarkan umat Islam menuju kebangkitan. Kebangkitan hakiki hanya akan realisasi manakala Islam dijadikan asas dan kendaraan. Tidak akan cukup meraih kebangkitan ketika Islam hanya sebatas ritual apalagi semboyan sakti. Islam harus diupayakan dalam aktivitas di setiap segi.
Sudah ya sudah. Jangan lagi husnuzan sama Islam moderat. Itu bukan ide Islam. Jangan diam, mengizinkannya masuk dan menyenangkan Barat. Tahu-tahu kita mundur teratur dari mendalami Islam. Nauzubillahi min zalik.
Apalagi mengiyakan moderasi atas nama cinta sejati? Big no. Cinta sejati hanya Allah. Karena dan untuk Allah itulah yang dinamakan cinta sejati. Mudah-mudahan hati kita selalu dilindungi dalam ketaatan kepada Allah.
Islam beribadah, akan dibiarkan, Islam berekonomi, akan diawasi, Islam berpolitik, akan dicabut seakar-akarnya (Muhammad Natsir)
Wallahu a'lam bishowab.