Oleh: Annis Miskiyyah
Libur panjang kini telah berakhir. Namun masih menyisakan luka dan kesedihan yang mendalam, khususnya bagi keluarga yang tertimpa musibah di tempat rekreasi. Pada siang hari, tiba-tiba saja sambungan seluncuran di kolam renang Kenpark Surabaya ambrol. Korban berjatuhan dari ketinggian 10 meter seluncuran sampai cedera parah.
Dikutip dari medcom.id, pada hari Sabtu (7/5) terjadi ambrolnya seluncuran di kolam renang Kenpark (Kenjeran Park) Surabaya. Dengan 16 orang menjadi korbannya. Diduga sementara, sambungan seluncuran itu sudah lapuk.
Raup Keuntungan Kurang Pengawasan
Tempat rekreasi seharusnya menjadi tempat yang paling menyenangkan untuk mengisi liburan panjang. Tentu saja, akan banyak orang yang berkunjung ke tempat rekreasi tersebut secara bersamaan. Apalagi sudah dua tahun pandemi, orang tidak pergi ke tempat keramaian termasuk tempat rekreasi. Sebagaimana terjadi di Kenpark Surabaya, pada hari libur tersebut ada lebih dari 1000 orang yang mengunjungi Kenpark.
Padatnya orang yang berkunjung ke tempat rekreasi, seharusnya sudah diantisipasi oleh pengelola tempat rekreasi. Wahana harus punya kualitas bagus dan kapasitasnya dibatasi jangan sampai overload. Perawatan wahana wajib rutin diperiksa dan dipastikan keamanannya sesuai standar.
Kepala HRD Kenpark Bambang Irianto menyatakan rutin perawatan seluncuran tetapi ternyata dilakukan sembilan bulan lalu. Oleh karena itu, kemungkinan besar ambrolnya seluncuran air tersebut karena overload dan kurangnya perawatan rutin.
Alasan untuk memperoleh keuntungan materi dan tidak mau mengeluarkan biaya besar untuk perawatan rutin akan mengemuka. Sedangkan, keamanan dan kenyamanan pengunjung luput dari perhatian pengelola.
Sistem kapitalis telah membentuk mindset pariwisata sebagai ajang bisnis. Keuntungan materi banyak bisa diraup pengelola pariwisata. Maka, dengan modal sekecil-kecilnya untuk keuntungan sebesar-besarnya menjadi hal lumrah terjadi saat ini. Sehingga, ajang libur panjang, tiket naik, penggunaan wahana tak dibatasi dan pengawasan sangat kurang. Padahal, sudah lapuk wahananya. Akibatnya, kecelakaan dan jatuhnya korban tak bisa dihindarkan.
Peran Minimalis Negara
Sementara itu negara bertugas sebagai regulator bagi kepentingan para kapitalis. Pariwisata diserahkan kepada swasta untuk ijin mengelola dan mengawasinya. Sehingga kesan tidak mau campur tangan terkait adanya kecelakaan yang menelan korban di tempat rekreasi diserahkan kepada pihak yang berkepentingan. Terutama pihak keluarga korban dan pengelola tempat rekreasi, bahkan jika bisa diselesaikan dengan jalan damai. Hanya sedikit sekali yang melibatkan pihak berwajib. Sanksi yang keras kepada pihak yang lalai juga tidak membuat jera. Asalkan pajak masuk ke kas negara, biasanya urusan selesai.
Negara juga telah menjadikan tempat rekreasi sebagai salah satu pos pemasukan APBN dan APBD. Hal tersebut ikut menyumbang menjamurnya pembukaan tempat rekreasi dimana-mana. Tanpa lagi memperhatikan segi keamanan dan keselamatan dari para pengunjung. Banyak sekali, tempat rekreasi yang menyuguhkan rekreasi memacu adrenalin. Sehingga ketika liburan tiba, berbondong-bondong pergi ke tempat rekreasi tersebut. Negara tidak memeriksa SOP setiap tempat juga kualitas alat dan daya tahan, kekuatan serta kadaluarsanya, ini yang luput dari perhatian.
Demikianlah dalam sistem kapitalis, peran negara sangat minimalis dalam menjamin keamanan dan kenyamanan rakyat di tempat rekreasi. Kesan lebih mementingkan para pengelola pariwisata sangat terasa. Perangkat hukum juga kurang membuat jera. Jadi sudah saatnya, sistem kapitalis dicampakkan dari kehidupan kita.
Dakwah dan Pariwisata
Berbeda halnya dengan Islam memandang pariwisata atau rekreasi. Wisata bukan sekadar hiburan sesaat untuk melepas penat. Bukan pula ajang meraup keuntungan materi bagi pengelola tempat rekreasi, juga bukan sebagai sumber pemasukan bagi anggaran negara atau daerah.
Rekreasi atau pariwisata dalam Islam merupakan sarana dakwah. Negara akan merancang dan memastikan tempat wisata aman dan nyaman. Juga bisa mengantarkan manusia umumnya untuk takjub kepada Pencipta alam semesta. Sehingga, seorang muslim akan semakin kokoh keimanan dan semakin taat aturan Islam. Sedangkan, bagi yang belum beriman akan tumbuh keimanannya.
Negara dalam Islam bahkan yang akan bertanggung jawab penuh menyelenggarakan tempat rekreasi tersebut. Kemudian, negara pula yang akan menjaga dan mengawasi sarana dan prasarana di tempat rekreasi.
Sedangkan untuk perekonomian, ada pemasukan dari pos-pos tertentu sesuai syariat Islam dan dicontohkan oleh Rasulullah saw. Yaitu pengelolaan kepemilikan umum dan kepemilikan negara, fa'i, kharaj, ghanimah, usyur. Bahkan negara akan menerapkan sistem ekonomi Islam dan juga sistem aturan Islam lainnya dalam kehidupan. Sehingga kita mendapatkan rahmat bagi seluruh alam. Wallahu a'lam bishshawab. (rf/voa-islam.com)
Ilustrasi: Google