Oleh: M Rizal Fadillah (Pemerhati Politik dan Kebangsaan)
Letkol Purn H. Muhammad Mubin korban dari pembunuhan bermotif misterius yang dilakukan secara sadis oleh Henry Hernando alias Aseng bersama ayahnya Sutikno di Lembang meninggalkan kejutan. Ternyata mantan Dandim ini pernah menjadi pengajar sebuah pondok pesantren di Purbalingga. Almarhum mengajar Bahasa Arab dan Bahasa Inggris di depan para santri.
Menurut puterinya Muthia ayahnya mengajar di pondok pesantren itu kurang lebih satu tahun sebelum ia berpindah ke Bandung. Tentang kemampuan Bahasa Arab yang dikuasainya itu Muthia menjelaskan karena Almarhum dahulu adalah santri di Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang. Setelah purna tugas sebagai TNI, Mubin bekerja di perusahaan batubara dan minyak di Kalimantan. Selama 12 tahun.
Kepindahan ke Jawa itulah yang memulai langkah bekerja pada pengabdian keagamaan untuk kembali ke lingkungan pondok pesantren dengan menjadi pengajar bahasa Arab dan bahasa Inggris tersebut. Setahun kemudian ia pindah ke Bandung dan bekerja sebagai sopir di perusahaan meubel milik H Salim di Lembang. Mubin selalu berprinsip tentang pekerjaan yang halal dan berkah.
Saat melamar sebagai sopir di perusahaan meubel ia sempat ditolak karena kata pemilik perusahaan tugasnya itu berat, bukan hanya sebagai sopir tetapi juga harus mengangkat barang meubeuler yang dijualnya. Atas kesanggupannya ia pun diterima.
Baru 40 hari bekerja, peristiwa tragis telah menimpanya ia meninggal dibunuh secara keji hanya karena mobil pick upnya parkir di sebelah gudang yang pintunya tertutup milik Sutikno dan puteranya Henry alias Aseng.
Menurut Muthia ayahnya selalu mengajarkan hidup bersyukur kepada Allah. Jika ia berjalan bersama dan melihat ada pengemis, saat bersedekah juga menyatakan perlunya selalu bersyukur akan rizki Allah, karena Allah masih memberi kelebihan kepadanya dibandingkan orang lain. Muthia sendiri bersyukur ayahnya memasukkan ke pesantren tahfidz hingga ia kini hafal 20 juz Al Qur'an.
H Salim pemilik perusahaan juga senang dengan karyawan barunya ini. Ia sangat memperhatikan dan menyayangi puteranya Muhammad yang selalu diajak shalat bersama di Mushola tokonya. Ternyata Muhammad yang selalu diantarkan ke sekolah TK nya ini yang membersamai akhir hayat Letkol Purn yang baik tersebut. Melihat orang tua di sebelahnya ditusuk bertubi-tubi hingga bersimbah darah Ia tidak kuat sehingga harus lari setelah membuka pintu mobil.
Sungguh sadis perbuatan Henry alias Aseng ini karenanya perlu diketahui motif sebenarnya apa benar sekadar parkir saja. Kepolisian harus terbuka dan tidak boleh menutup atau melindungi seseorang dalam kasus ini. Saat di Polsek Lembang, terasa ada rekayasa.
Publik melihat ada "perlindungan" baik kepada Henry Hernando maupun ayahnya Sutikno. Bahkan terkesan keterlibatan Sutikno cenderung diabaikan atau disembunyikan.
Orang baik Letkol Purn H Muhammad Mubin telah tiada, dibunuh secara keji oleh pengusaha arogan penjual pupuk di Lembang Bandung. Bermotif misterius apakah kebencian, ketakutan, atau lainnya.
Peristiwa luar biasa yang tentu tidak bisa ditangani sekedarnya. Buka CCTV dengan seterang-terangnya sebab rekaman dan penglihatan Ilahi tidak bisa dibohongi oleh siapa pun termasuk Polisi.